18. R & S | Si Bejat ....

529K 11.1K 1.6K
                                    


"Jangan jual mahal, Sayang. Om tahu kamu sering tidur sama Kakak kamu kan?" Romli terkekeh dengan gilanya.

Sella menggeleng dan mundur untuk menjauhinya, "Ja...jangan..."

Ketika Sella beringsut mundur, dia melihat pintu kamar mandi yang menyatu di dalam kamar tidurnya dalam posisi terbuka. Lalu dengan satu ide pasti, Sella memutar tubuhnya dan berlari ke arah pintu, namun langkahnya terhenti saat Romli berhasil menangkapnya.

"AAAAAA! JANGAN SENTUH SELLA!" Sella menjerit saat pria itu melingkari tubuhnya dengan kuat. Suara kekehan pria itu membuat air mata ketakutannya mengalir deras.

"Lepasin Sella, Om.... hiks!"

Romli mendorong tubuh Sella hingga terjatuh ke atas tempat tidur. Tubuh gempalnya menindih kuat dengan tatapan menakutkan penuh nafsu. Melihat hal itu, Sella pun meronta sekuat tenaga berusaha melepaskan diri. Tangannya yang bebas mencoba memukul dan mencakar tangan laki-laki itu. Namun kekuatan Sella tidak sebanding dengan kekuatan Romli.

Dengan tatapan mata yang telah di selimuti oleh nafsu, Romli merobek gaun tidur di bagian dada milik Sella. Refleks Sella pun melindungi dadanya sekuat tenaga dan memeluknya erat. Sementara tangan Romli yang bebas, dengan mudah melepaskan pelukan tangan Sella di dadanya dan mulai membekap mulutnya.

"Hiks!" Tangis Sella semakin kencang.

"Sangat cantik, Sayang." Romli tertawa terbahak-bahak melihat Sella telah berada di bawahnya dan siap untuk dia setubuhi seperti mimpinya selama ini. Tubuh Sella benar-benar molek dan indah.

***

"Dokter sudah datang. Aku akan pergi." Romeo melepaskan tangan Susan yang masih erat menahan lengannya agar tidak pergi.

"Kak Romeo, aku takut sendirian!" Susan kembali mencengkeram pergelangan tangannya dengan manja.
Romeo geram.

Romeo yang tidak lagi tahan untuk bisa bersama dengan Sella mulai dibuat emosi oleh sikap Susan.

"CUKUP!" Romeo menggeram sinis ditengah rengekan Susan kepadanya, "Kamu sudah cukup besar untuk bisa mandiri, Susan."

Dengan dingin, Romeo menyentak keras tangan Susan yang masih setia memeluk pergelangan tangannya.

"Sella juga sudah besar, tapi kenapa..."

"Jangan bandingkan Sella denganmu. Dia berbeda dan jauh lebih berharga darimu." Kata-kata kejam Romeo membuat Susan bungkam. Tangan gadis itu mengepal kuat menahan letupan kecemburuan di hatinya.

"Jika perlu sesuatu, mintalah bantuan kepada pelayan." Setelah mengucapkan itu, Romeo angkat kaki dari kamar Susan.

Romeo berjalan dengan cepat, bahkan nyaris berlari saat ia mencapai tangga.

Tap!
Tap!
Tap!

"Sella..."

***

Sella yang masih bergulat dengan Romli mencoba menahan tangan milik pria tua itu untuk membuka pahanya yang tertutup rapat. Dalam kesempatan itulah, Sella kemudian menggigit tangan Romli yang berusaha keras membekap mulutnya.

"SIALAN! BERANINYA GADIS YATIM-PIATU SEPERTIMU MENGGIGITKU!" Romli mengumpat kejam seraya memberikan hadiah tamparan di pipi Sella hingga darah keluar dari sudut bibirnya. Yang mau tidak mau membuat Sella menangis karena rasa sakit itu. Seumur hidupnya tidak ada yang pernah menamparnya sesakit ini. Kakaknya saja, walaupun sering menyakiti hatinya tidak pernah melakukan hal itu kepadanya. Romeo tidak pernah main tangan kepadanya.

"HIKS!" Sella menangis kencang menahan rasa sakit itu.

"Kak Romeo... hiks...." Sella terisak seraya memeluk dadanya.

"Panggil saja sampai bosan. Romeo sedang bersenang-senang dengan putriku, dan aku akan sangat bahagia karena berhasil menidurimu, Sayang. Hahaha!" Ucapan Romli membuat Sella mual.

Sella menggelengkan kepalanya saat bibir si tua Romli ingin mencumbunya.
"Jangan!"

Sella tidak mau dicium olehnya!

"KAK ROMEO!" Sella menjerit dengan sekuat tenaga dan hanya dibalas oleh tawa kejam Romli yang semakin bernafsu untuk segera menyetubuhinya.

Romli memaksa membuka lebar-lebar kedua kaki milik Sella.

"Berteriaklah sesuka hatimu, Sayang. Berteriaklah sebelum Om nikmati kamu..."

Sella meronta sambil menangis tergugu, dan bersamaan dengan itu suara gubrakan keras datang dari arah pintu kamarnya.

BRUK!

Seseorang berhasil mendobrak pintu kamar tidurnya.

Suara gemuruh di belakangnya membuat Romli menghentikan aksi.
Romli memutar tubuhnya dan terkejut saat pria yang telah merusak engsel pintu itu adalah....

"Sialan." Romli mengumpat pelan dengan wajah pucat.

Sella yang ikut serta melihat sosok dibalik pintu itu kembali dibuat menangis histeris.

Sella yang tidak lagi ditindih oleh Romli dengan cepat turun dari atas tempat tidur.

Sella berlari dengan gaun tidur yang setengah robek di bagian dadanya. Mengeskpos bukit kembar indah yang masih ditutupi oleh bra.

"Kak Romeo!" Sella memeluk tubuhnya yang jangkung. Menyembunyikan isak tangis pada wajahnya di dadanya yang bidang.

Romeo membalas pelukan Sella dengan memeluk tubuhnya. Menciumi puncak kepalanya dengan lembut.

"Tidak ada yang boleh menyentuhmu, Sella. Tidak boleh." Bisik Romeo dengan suara menyerupai geraman dan ancaman.

"Kak Romeo..." Sella menikmati sentuhan itu dan semakin erat memeluk tubuh Kakaknya.

Setelah Sella kembali tenang, Romeo melepas pelukannya. Membawa Sella menjauh darinya.

Romeo kemudian berjalan menghampiri Romli dengan tatapan dan sikap tubuh yang seolah siap untuk membunuh.

"Ini salah paham, Romeo... adikmu menggodaku..." Romli membela diri.

"Diam."

"Adikmu menggunakan tubuhnya biar Om..."

"DIAM BAJINGAN!"





++++++++++++++++++

Cerita ini udah ada lengkap di platform Karyakarsa ya

Romeo & Sella [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang