13. R & S | Sella Mulai Agresif? +

689K 18.7K 1.8K
                                    


Sella menggeliat ringan tanpa beban. Suhu badannya yang sejak semalam tinggi kini telah kembali normal.
Tubuhnya yang berbaring miring tampak nyaman untuk Sella. Entah karena pengaruh dari pelukan hangat seseorang di belakangnya atau karena adanya sosok lain yang ikut menemaninya tidur, Sella untuk pertama kalinya, akhirnya bisa tidur nyenyak.

Sella mengusap matanya dan terkejut saat kakaknya ikut berbaring di sampingnya sambil memeluknya. Mereka saling berhadapan dengan jarak yang begitu dekat.

Sella mengerjapkan matanya selama beberapa saat. Diamatinya wajah Romeo yang sebentar lagi akan menginjak usia 26 tahun, hampir sembilan tahun lebih tua darinya yang saat ini masih berusia 17 tahun.

Sella menatap wajah Romeo dengan wajah yang tiba-tiba berubah merona. Tangannya perlahan maju dan menyentuh wajah kakaknya yang saat ini masih memejamkan mata.
Sentuhan yang semula sebatas pipi, perlahan mulai meluas hingga ke rahangnya yang terbentuk sempurna.

"Puas menyentuhku, Sella?" Suara yang datang secara tiba-tiba dari mulut Romeo membuat Sella menjauhkan tangannya dengan segera.
Romeo membuka matanya, dan Sella kembali dilanda rasa takut...

Sella takut jika kakaknya marah. Namun dugaannya salah.

"Suhu badanmu turun, Sella." Romeo menyentuh keningnya dengan begitu lembut.

"Kak Romeo..." Sella menikmati sentuhan yang jarang sekali kakaknya lakukan kepadanya.

"Siap untuk kembali ke villa?" Tanya Romeo.

Sella mengangguk antusias seraya tersenyum ceria. Sella menerima uluran dan bantuan Romeo yang kembali membantunya untuk merapikan pakaiannya.

"Kak Meo, sesak..." Sella merintih dengan bibir bergetar kala Romeo mencoba merapikan gaun miliknya yang sempat memperlihatkan belahan payudaranya, "Sella nggak bisa napas..."

Romeo berdecak saat Sella mulai memasang wajah sedih. Sella tampak labil akhir-akhir ini dan mudah merengek kepadanya. Sella seolah dengan sengaja ingin menarik perhatiannya.

"Jangan coba untuk menangis, manja apalagi merengek di hadapanku, Sella." Ancam Romeo.

"Kenapa Sella nggak boleh begitu?" Sella mulai berani memberi argumen pada Romeo.

"Jangan mendebatku. Cukup ikuti ucapanku dan-"

"Kenapa Sella nggak boleh manja?" Sella mengangkat kepalanya dengan mata berkaca-kaca.
Sella kembali berani memotong ucapan Romeo?!

"Jangan banyak bertanya, Sella!" Romeo menjepit kedua pipi Sella dengan tangannya. Suaranya meninggi dan terdengar sinis.

Tanpa diduga sama sekali, Sella tiba-tiba menangis.

"Hiks! Hiks!" Air matanya kembali berlinang dan mengalir deras.

"Sial!" Romeo melepas jepitannya di kedua pipi Sella.

Romeo meremas rambut hitamnya dengan frustasi, "Ada apa denganmu, Sella?! Sedikit-sedikit menangis!"
Bukannya berhenti, Sella malah semakin keras menangis.

"BERHENTI MENANGIS, SELLA!" Bentak Romeo dengan suara yang mampu mengalahkan tangis histeris Sella.
Bentakan itu membuat Sella mundur, menjauh. Sella lansung membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Lewat bulu matanya yang lentik, Sella menatap takut kepada Romeo. Tampak sekali bahwa saat ini Sella tengah menahan begitu keras agar tidak menangis lagi.

Melihat reaksi Sella yang seperti itu membuat Romeo dilanda rasa resah dan.... bersalah?

"Kemarilah, Sella." Romeo mengulurkan tangannya kepada Sella agar ia kembali mendekat kepadanya.
Sella mengusap matanya yang masih tidak mau berhenti mengalir, lalu diraihnya tangan Romeo dengan gemetar.

"Berhenti menangis. Setelah kembali ke villa, kita beli pakaian baru untukmu." Ucap Romeo sambil menghapus jejak tangisan di kedua pipi Sella.

Sella mengangguk patuh sambil terus mengusap matanya yang terus berlinang.

***

Selama perjalanan, Sella terus mencuri pandang pada Romeo. Dan Romeo tidak bodoh dengan tidak menyadarinya. Romeo memilih abai karena ia terlalu lelah untuk menanggapi sikap cengengnya yang labil.

"Kak Meo..."

"Hm."

"Sella mau jalan-jalan."

"Kita sedang jalan-jalan, Sella."

"Tapi Sella mau nanti malam jalan-jalan di luar. Terus kita makan malam bersama. Semua teman Sella selalu begitu kalau weekend."
Romeo memiringkan kepalanya dengan alis terangkat sebelah, "Aku sibuk, Sella."

Sella langsung mengerucutkan bibirnya, kecewa. Sella setia diam di samping kakaknya yang terus menggenggam tangannya, seolah takut kalau ia berniat melarikan diri lagi.

Sella mengusap matanya. Ia menoleh ke sekeliling, tidak menyangka bahwa ia telah berlari begitu jauh dari villa.
Setidaknya hampir lima belas menit suasana begitu hening. Sella bersyukur saat villa milik keluarga Suregar telah terlihat dan itu menandakan bahwa mereka telah hampir sampai.

"Sella!" Teriakan dari wanita yang Sella panggil 'Mama' itu membuat Sella tersenyum lebar.

Sella melepas genggaman tangan Romeo dan berlari untuk memeluk Ana.

"Mama!" Sella memeluk tubuh Ana sangat erat.

"Mama khawatir sama kamu, Sayang." Ana mengusap punggung Sella, lalu mendorong bahu putri angkatnya itu agar dapat melihat wajahnya. Ia terkejut saat melihat dari dekat mata Sella terlihat bengkak, "Kok mata kamu bengkak? Kamu habis menangis, Sayang?"

Sella menggigit bibirnya dengan kepala tertunduk lemah, dan terkejut saat ia mendapat ciuman di puncak kepalanya.

"Sella merajuk minta dibelikan pakaian baru, Ma." Romeo mengusap puncak kepala Sella penuh sayang. Punggungnya ditarik mendekat pada tubuh Romeo.

Ana mencubit hidung Sella dengan gemas, "Nanti biar Romeo yang belikan pakaian baru untukmu, Sayang."

Sella hanya mengangguk diam, dan beberapa saat kemudian Susan muncul dengan tanktop yang menurutnya cukup terbuka, lalu berjalan menghampiri Sella.

"Gue minta maaf ya, Sel." Susan mengulurkan tangannya dengan senyum polos tak bersalah, "Gue cuma bercanda kok kemaren. Nggak nyangka aja, kamu anaknya gampang baper."

"I-iya." Sella membalas uluran maaf Susan dengan setengah hati dan hal itu dapat dibaca oleh Romeo.

"Mumpung masih pagi, gimana kalau kita jalan-jalan sekalian beli pakaian baru untukmu, Sella?" Romeo mencium pipi Sella tanpa rasa canggung.

"Sella mau!" Sella yang mendapatkan kelembutan yang langka dari Romeo refleks membalas ciuman kakaknya itu dengan turut melakukan hal yang sama kepadanya.

Namun refleks itu ternyata membuat Romeo, Ana dan Susan terkejut.

Jika Romeo hanya mencium lembut pipinya, hal yang berbeda dilakukan oleh Sella.

Sella mengalungkan kedua tangannya ke leher Romeo dan mencium bibirnya.

Nb : cerita Romeo & Sella bisa dibaca lengkap di Karyakarsa ya.

Romeo & Sella [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang