14. R & S | Ada Apa Dengan Sella?

595K 17.1K 1K
                                    

"Mumpung masih pagi, gimana kalau kita jalan-jalan, sekalian beli pakaian baru untukmu, Sella?" Romeo mencium pipi Sella tanpa rasa canggung.

"Sella mau!" Sella yang jarang sekali mendapatkan kelembutan dari Kakaknya refleks membalas ciuman itu dengan turut melakukan hal yang sama kepadanya.

Namun refleks itu ternyata membuat Romeo, Ana dan Susan terkejut.
Jika Romeo hanya mencium lembut pipinya, hal yang berbeda dilakukan oleh Sella.

Sella mengalungkan kedua tangannya ke leher Romeo dan mencium bibirnya.
Setelah mencium bibir Romeo, Sella memeluk tubuh tegap Kakaknya yang kaku.

"Sella mau jalan-jalan!" ucap Sella dengan senyum polos yang bahagia.
Melihat sikap Sella yang berubah drastis, membuat Ana resah.

"Sella?!" Ana buru-buru menarik lengan Sella agar menjauhi Romeo.

"Aduh... sakit..." Sella merintih saat lengannya ditarik kuat oleh Ana.

"Kalian berdua ikut Mama!" Masih setia menggenggam tangan Sella, Ana membawa masuk Sella ke ruang pribadi Raka, diikuti oleh Romeo yang juga terlihat gusar.

Di sana Raka tampak tengah duduk sibuk dengan berkas kerja yang setengah menumpuk.

"Sayang?" Raka bingung melihat istrinya tengah menggiring putri kesayangannya, "Sella?"

"Apa yang kamu lakukan, Sella? Bagaimana kamu bisa mencium Kakakmu sendiri?!" Tanya Ana dengan suara tinggi, mengabaikan tatapan bingung Raka.

Sella mencuri pandang ke arah Kakaknya, "Kak Meo..."

"Sella! Mama lagi ngomong sama kamu!" Ana berkata tegas dan ini pertama kalinya wanita paruh baya yang masih memiliki garis kecantikan abadi itu berkata dengan nada seperti itu.

"Kenapa Sella nggak boleh cium Kak Romeo?" Tanya Sella dengan eskpresi sedih, "Apa karena Sella hanya anak angkat?"

"Bukan karena itu, Sella. Romeo itu Kakakmu!"

"Tapi Kak Romeo sering-"

"Ini salahku, Ma." Romeo memutus ucapan Sella. Setelah lama terdiam, Romeo akhirnya ikut bicara. Begitupun Raka yang awalnya bingung dengan topik pembicaraan itu, kini mulai menarik minat, "Aku sering mencium Sella, dan itulah yang mungkin membuat Sella salah paham."

"Sella tidak pernah pacaran dan selama ini hanya akulah laki-laki yang dikenal olehnya." Kata Romeo secara diplomatis karena sadar ia berada di posisi sulit.

Raka bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Romeo.

Ditatapnya mata putranya itu dengan tajam, "Apa yang sudah kamu lakukan kepada Sella, Romeo?"

"Maksud Papa, apa?" Romeo merespon pertanyaan Raka dengan cukup tenang.

"Sella banyak berubah sejak Papa menitipkan Sella kepadamu."

Romeo dan Raka saling menatap satu sama lain. Yang satu tampak tenang, sementara yang lain memberikan ekspresi sangar.

Romeo tertawa parau, "Papa menuduhku telah melakukan hal buruk kepada Sella?"

Tawa Romeo membuat bulu kuduk Sella meremang. Tanpa sadar kakinya melangkah mundur menjauhi Kakaknya. Sementara Ana masih mencoba mencerna maksud ucapan putranya itu.

"Papa tidak menuduhmu, Romeo. Papa banyak mendengar..."

"Apa yang Papa dengar?" Sahut Romeo dengan senyum remeh.

Raka menggeram, "Jangan memancing Papa, Romeo. Papa bisa kapan saja mencoretmu sebagai salah satu ahli waris jika kamu tidak bisa menjaga sikapmu!"

Iris mata Romeo pelan-pelan mulai menggelap. Kepalanya tertarik miring ke bawah, menatap Sella yang berusaha menjauh darinya. Mata jernihnya yang polos tampak ketakutan.

"Papa mau dengar sebuah cerita?"Romeo meraih pinggang Sella, lalu membawanya mendekat dengan sedikit paksaan ke tubuhnya.

"Kisah tragis seorang gadis yatim piatu. Memiliki wajah cantik yang mampu meruntuhkan tembok pertahanan pria manapun yang melihatnya."

"Romeo-" Raka meminta Romeo untuk berhenti.

"Kecantikan itu kemudian terdengar hingga ke telinga seorang pria yang dikenal begitu dermawan oleh masyarakat. Pria yang diketahui adalah pemilik panti asuhan yang ditempati gadis itu. Usianya yang telah berumur, dengan sengaja mencoba melihat gadis itu. Kecantikan yang membuat pria itu terjerumus pada sebuah kejahatan seksual. Pria itu memperkosanya hingga hamil. Gadis itu mengandung dengan tekanan sampai akhirnya meninggal ketika masa persalinan. Dan sekarang bayi itu...."

"Kak Romeo..." Sella mencoba menutup kedua telinganya karena kisah mengerikan itu. Sella tidak menyukainya...begitu tragis dan membuat Sella tiba-tiba ingin menangis.

PLAK!

"ROMEO!" Raka menampar wajah Romeo dengan keras.

"Papa!" Sella terkejut karena baru kali ini melihat ayahnya semarah itu.

"Sayang!" Ana menutup mulutnya melihat reaksi suaminya.

"Ck, padahal aku belum selesai bercerita." Romeo mengusap pipinya dengan buku jari.

"Keluar dari ruangan ini dan jangan pernah mengungkit kisah itu lagi, Romeo!" Raka mengusir Romeo agar keluar dari ruangannya.

Romeo tertawa kecil dan tanpa menunggu untuk diusir lagi oleh ayahnya, Romeo keluar dengan serta membawa Sella ikut bersamanya.

***

Kamar Romeo

Sella merintih sakit saat Romeo mendorong tubuhnya hingga jatuh ke atas tempat tidur.

"Kak Romeo, sakit..." Sella memukul pergelangan tangan kakaknya yang saat ini menjepit kedua pipinya.

"Apa yang kamu rencanakan, Sella?" Romeo semakin kencang menjepit kedua pipi Sella.

"Aahh.. sakiitt.."

"Jawab aku, Sella!"

"Aakkhh... Sella nggak ada maksud apa-apa.. sungguh... hiks!" Sella kembali menangis karena sikap Kakaknya yang kembali jahat kepadanya.

"Menangis lagi!" Romeo melepas cengkramannya dengan amarah yang masih meluap. Ia menendang kaki ranjang hingga menimbulkan suara keras yang menakutkan.

"HIKS!" Sella semakin kencang menangis. Kenapa setiap apapun yang dilakukan oleh Sella dipandang buruk oleh orang lain? Sella hanya ingin mencium Kak Romeo seperti halnya Kak Romeo yang selalu menciumnya.

"Diam."

"HIKS!" Sella masih menangis tersedu-sedu.

"Aku bilang hentikan tangisanmu, Sella!" Romeo kembali maju dan menangkup wajah Sella dengan tatapan yang jauh dari kata lembut. Berhasil membuat Sella diam, namun air matanya masih setia mengalir dan membasahi wajah cantiknya.

"Aku tanya sekali lagi," Romeo menghapus air mata yang mengalir deras di sepanjang pipinya yang merah,

"Kenapa kamu menciumku, Sella?"
Sella mudah terbawa dengan suasana. Emosinya yang labil membuat hatinya mudah hancur. Dan semua itu muncul jika berhubungan dengan Kakaknya.

"Kenapa Sella nggak boleh cium kak Romeo?" Tanya Sella dengan suara terbata-bata.

"Aku sedang bertanya kepadamu, Sella." Romeo merasa Sella sudah mulai berani mendebatnya.

"Sella juga sedang bertanya sama kak Romeo!" Sella kembali mendebat Romeo dengan bibir bergetar menahan air matanya yang mengancam akan kembali berlinang.

Tatapan Sella yang merajuk sedih membuat Romeo kehilangan zona nyaman.

"Sebenarnya ada apa denganmu, Sella?!" Romeo melepaskan tangkupan di wajah Sella dengan gusar.

Sella menghapus air matanya, dan perlahan turun dari atas tempat tidur.
Sella berjalan menghampiri Romeo, lalu dipeluknya tubuh tegap dan jangkung Kakaknya tersebut dengan erat.

"Sella cuma mau Kak Romeo..."


Cerita ini tersedia lengkap di platform karyakarsa ya...

Romeo & Sella [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang