11. R & S | Motel Terlarang (21+)

716K 17.2K 370
                                    

Sella dapat menghirup dalam-dalam aroma tubuh kakaknya yang saat ini tengah menggendongnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sella dapat menghirup dalam-dalam aroma tubuh kakaknya yang saat ini tengah menggendongnya.

Sella bahkan dapat melihat garis arogansi pada wajahnya. Alis tebal hitam yang selaras dengan warna pada matanya menunjukkan kesan tegas dan kuat.

Sella terus memandangi wajah Romeo, dan tidak sadar bahwa kakaknya berjalan ke arah tempat yang berlawanan dengan villa.

Sella baru menyadarinya saat matanya jatuh ke jalan setapak.

Sella mengusap matanya yang bengkak dan perlahan mulai dilihat dengan jelas kakaknya membawa Sella ke sebuah tempat peristirahatan.

"Kak Romeo... kenapa kita ke sini?" Sella berkata lirih di antara suaranya yang masih menyisakan sesenggukan kecil.

Seperti biasa kakaknya tidak pernah merespon ucapannya.

Apa karena Sella anak angkat hingga membuat semua orang merendahkannya?

"Mungkin sudah bawaan dari lahir, Om. Anak adopsi sih."

Ucapan Susan menorehkan luka kecil di hatinya. Begitupun dengan ucapan kakaknya yang hingga saat ini masih memberikan luka mendalam di tempat yang sama.

"Berhenti melakukan hal bodoh dan memalukan, Sella."

Sella mengusap matanya yang tiba-tiba kembali berair, dan bersamaan dengan itu Romeo tiba-tiba menurunkan dirinya.

Tanpa alas kaki, Romeo menuntun Sella untuk masuk ke dalam.

"Kak Meo, kenapa kita kesini?" Tanya Sella dan sekali lagi tidak dibalas sedikitpun oleh Romeo.

Sella berjalan dengan sedikit tertatih sampai seorang wanita berdiri di depan meja resepsionis. Lalu di hadapannya adalah sepasang kekasih dengan beda usia yang terlihat begitu jauh. Si pria tampak berusia 40-an, sementara si wanita masih begitu muda. Mereka tampak mesra dan si wanita tidak merasa malu ketika tangan si pria meremas pantatnya.

"Kak, Sella mau pulang..." ucapnya sambil memeluk lengan Romeo, ketakutan.

"Tidak. Terlalu banyak mata di villa, Sella." Setelah sekian lama diam, Romeo akhirnya membalas ucapan Sella.

"Aku yakin kamu tidak mau berlama-lama berbicara dengan Susan."

Susan?

Sella tiba-tiba teringat dengan ucapan gadis itu. Menyakitkan dan membuat Sella sakit hati.

Sella buru-buru mengusap matanya yang kembali berair. Dengan jantung berdebar, ia mengikuti langkah Romeo di sampingnya. Mereka berjalan bersisian hingga ke depan meja resepsionis. Berdiri tepat di samping pasangan beda usia yang sedang melaksanakan transaksi.

"Berapa lama Tuan akan menyewanya?" Tanya si resepsionis dengan gincu merah tebalnya kepada si pria.

"Dua jam." Ucapnya sambil kembali meremas pantat si wanita yang usianya mungkin baru menginjak awal 20-an. Anehnya perempuan itu tampak menikmatinya.

Melihat hal itu, Sella segera mengedarkan matanya ke sekeliling ruangan.

Pencahayaan yang kurang dan terkesan gelap menjadi dominasi kondisi pondok peristirahatan ini.

Sella melihat rest area yang dikunjunginya bersama kakak angkatnya saat ini lebih menyerupai motel yang berkonotasi negatif.

Sella terus mengedarkan matanya hingga tanpa sengaja matanya bertemu pandang dengan pria yang baru saja melakukan transaksi aneh itu.

Pria itu kemudian melemparkan senyum lebar kepada Sella sampai perut Sella dilanda rasa mual.

Sella buru-buru memutus kontak mata yang tidak disengaja itu dengan sepihak. Dipeluknya lengan kakaknya, termasuk menyembunyikan wajah di lengannya yang besar itu.

Romeo tahu Sella ketakutan. Tapi salah Sella sendiri telah berlari hingga sejauh ini, melewati tempat yang memang dulu pernah Romeo kunjungi bersama ONS-nya.

"Selamat pagi, Tuan. Ada yang bisa kami ban-"

"Satu kamar." Potong Romeo dengan suara yang terdengar arogan.

Wanita itu tampak terkejut karena nada suara Romeo yang begitu tegas menyerupai perintah. Tatapan matanya kemudian jatuh kepada Sella yang saat ini tampak berantakan.

Setelah melakukan check in, Romeo kembali menuntun Sella. Mengabaikan tatapan si pria tua yang masih bergeming di depan meja resepsionis.

Romeo menuntun Sella memasuki terowongan. Masuk semakin dalam melewati beberapa kamar, dan akhirnya berhenti saat mereka telah berada tepat di depan pintu kamar nomor 690.

"Mau masuk atau kakak gendong?" Romeo memberikan Sella pilihan karena Sella tiba-tiba berdiri kaku di depan pintu kamar.

"Tempat ini menakutkan...." Sella meremas jaket rajutnya yang berfungsi untuk menutupi payudaranya yang sedikit terbuka.

"Mau kupanggilkan pria tua itu untukmu, Sella?" Romeo mengangkat sebelah alisnya.

"Ihh, nggak! Sella nggak mau!" Bukannya masuk ke dalam kamar, Sella kemudian mundur sambil mengambil ancang-ancang untuk berlari.

Melihat hal itu, dengan gesit Romeo menarik lengan Sella dan kembali menyeretnya hingga akhirnya masuk ke dalam kamar.

Lalu dikuncinya pintu kamar itu dengan sekali percobaan oleh Romeo.

Cerita ini udah eray publish di Karyakarsa ya.....

Romeo & Sella [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang