17. R & S | Sella dan Romeo... (21+)

606K 15.5K 2.2K
                                    

"Seseorang yang mengalami trauma kekerasan hanya bisa diobati dengan kasih sayang dan kelembutan."

Romeo teringat dengan saran Reva beberapa waktu yang lalu.

Reva memintanya untuk selalu menyayangi Sella, tapi bisakah pria sepertinya melakukan hal itu?

"Aahh... kak Meo..." Romeo merasakan remasan erat di pergelangan tangannya. Sella gemetar memegang tangannya.

"Kamu mau aku berhenti?" Bisiknya sambil terus meremas payudaranya yang lembut dan berisi.

Romeo melihat dari samping, kedua pipi Sella berubah merah seperti kepiting rebus. Lalu berikutnya, balasan lirih mulai keluar dari mulutnya yang manis, "Jangan..."

Mau tidak mau Romeo hanya menarik sudut bibir naik mendengarnya.

"Jadi kamu mau aku melanjutkannya lagi?" Bisik Romeo parau.

Sella mengangguk pelan, lalu membalas pertanyaannya dengan satu kata yang terdengar menggoda, "Iya..."

"Oke." Romeo membaringkan tubuh Sella hingga telentang ke atas sofa. Romeo melihat wajah cantik adiknya yang kini tengah bernapas dengan sedikit terengah. Wajahnya merah padam dengan tatapan sayu di kedua matanya. Romeo memegang dadanya dan merasakan detak jantung adiknya berdebar begitu kencang.

"Ada apa Sella? Kita sudah sering seks bersama." Bisiknya sambil terus menciumi lehernya.

"Ngghh... iyah..." Sella hanya bisa mendesah dan menikmati ciumannya di leher. Kedua tangan Sella memeluk lehernya dengan kencang kala tangannya masih bermain di atas tubuhnya yang molek.

Dengan lincah, Romeo melepas gaun tidur Sella hingga kini jatuh ke lantai. Hanya menyisakan bra dan celana dalam yang sengaja tidak Romeo lepas.

"Sella malu..." Sella menutupi wajahnya dengan kedua tangannya saat Romeo menatap intens setiap jengkal tubuhnya yang indah.

"Tidak apa-apa, Sella." Romeo mengulum puncak payudara Sella. Ia menghisap dan menggigit putingnya hingga Sella menjerit. Selain vaginanya yang sempit, payudaranya yang berisi adalah bagian lain yang menjadi favoritnya.

"Aahh, sakit!" Sella menggigit jari tangannya dengan mata berkaca-kaca.
Sella menangis dan entah kenapa membuat hati kecilnya ikut resah.

"Sshh... tenang Sella." Romeo mengambil tangan Sella, lalu menciumi lembut bekas gigitan adiknya saat berteriak kesakitan tadi. "Jangan menangis.

Sella tersenyum dan mengangguk seraya menyeka matanya yang basah.
Senyuman Sella yang polos menular pada Romeo. Tanpa terasa sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang jarang sekali ia berikan kepada orang lain.

Romeo mengangkat tubuh Sella, lalu membawanya masuk ke dalam pangkuan. Romeo memeluk tubuhnya yang terasa pas dengannya.

Satu tangannya bebas memeluk punggungnya, sementara tangannya yang lain menarik tengkuk. Romeo mencium Sella dan menuntunnya untuk mengikuti permainan lihai lidahnya.

Romeo melepas ciuman di bibirnya, menunggu Sella mengatur napas. Romeo kemudian melanjutkan permainannya lagi dengan turun ke selangkangannya. Romeo memijat inti Sella dan Sella tampak menggelinjing karena permainannya.

"Kak Romeo.... jangan di sinihh..."

"Tidak apa-apa, Sella. Rileks."

"Jangan... Sella takut ada yang lihat..." Sella menolak keinginan Romeo untuk seks di sofa.

"Tenang, Sella." Perintahnya lagi.

"Sella nggak mau... nggak!" Sella terus meronta di bahwa pelukannya, tak urung membuat Romeo sedikit kesal.

"Kamu mau melakukannya di dalam kamar?" Tanya Romeo mencoba sabar menghadapi Sella yang kembali ingin menangis.

Sella menatap Romeo takut di antara bulu matanya yang lentik. Ia mengangguk pelan sambil berkata lirih, "Iya..."

"Oke." Romeo menurunkan tubuh Sella dan membantunya untuk kembali memakai gaun tidurnya dengan cepat.
Setelah selesai, Romeo menyeret Sella berjalan.

Saat mencapai tangga, seseorang tiba-tiba berteriak kesakitan.

"Aduh!"

Romeo menghentikan langkah. Ia melihat Susan jatuh di lantai sambil mengusap kakinya.

"Kak Romeo?" Sella memeluk lengannya.

"Naik dan tunggu aku di kamar." Perintah Romeo kepada Sella.

"Tapi..."

"Tunggu di kamarku." Ucap Romeo lebih tegas.

Sella akhirnya menganggukkan kepalanya dengan ekspresi sedih. Sella tidak senang melihat Romeo berduaan dengan Susan dan Romeo tidak bodoh dengan tidak menyadarinya.

"Aku tidak akan lama." Ucap Roneo sambil mencium kening Sella.

Setelah Sella naik ke atas, barulah Romeo datang menghampiri Susan yang masih merintih kesakitan.

"Ada apa?" Tanya Romeo sambil berjongkok dihadapannya.

"Kakiku terkilir Kak," ucap Susan dengan suara merajuk.

Tak ingin membuang waktu, Romeo menggendong Susan dan membawanya masuk ke dalam kamarnya.

Setelah itu Romeo menelepon dokter pribadi dan memintanya datang ke villa.

"Sebentar lagi dokter akan datang. Tunggulah sebentar."

"Kakak mau kemana?" Susan menahan tangan Romeo untuk tidak pergi.

"Susan, aku..."

"Kakiku sakit banget Kak... jangan tinggalin aku ya...." Susan merengek kepadaku. "Please..."

***

Sella masuk ke dalam kamar Romeo, lalu duduk di atas tempat tidur menunggu kedatangan kakaknya.

Satu jam...
Dua jam...

Dua jam berlalu begitu saja. Sella yang berada dalam masa penantian menundukkan kepalanya dengan raut muka penuh duka.

"Kak Romeo..." Sella merasa resah mengingat Kakaknya sedang bersama dengan Susan. Sella cemburu.

Pikiran buruk itu lenyap ketika pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.

Sella yang sempat tersenyum lebar tiba-tiba berubah tegang.

"Om Romli?" Sella berdiri tegang manakala pria itu masuk dan menutup pintunya dengan santai.

"Nggak usah nungguin Romeo." Romli tertawa melihat kerut ketakutan di kening Sella, "Romeo lagi sama Susan, Sayang."

"Sella mau keluar, Om." Sella buru-buru berlari ke pintu dan terkejut saat pintunya telah dikunci oleh Romli.

"Jangan sok jual mahal, Sayang. Om tahu kamu sering ditidurin sama Kakak kamu kan?" Romli mengusap lengan Sella, namun segera ditepis olehnya.
Sella mundur sambil melihat ke sekeliling ruang. Mencari benda yang setidaknya dapat membantunya untuk bertahan.

"Sini sama, Om. Nggak usah takut, Sayang."







++++++++++++++++
Cerita ini udah ada lengkap di platform Karyakarsa ya.

Romeo & Sella [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang