Bab 2

14.6K 860 8
                                    

Rima pergi ke supermarket bersama dengan Hulya, seperti biasa mereka membeli beberpa kebutuhan rumah tangga. Tadi Akbar memberinya uang belanja dan uanng untuk Rima juga Hulya berbelanja pakaian dan beberapa hal yang di butuhkan mereka berdua.

Akbar memang tipe suami yang tidak perhitungan, dia selalu memberikan uang bulanan lebih kepada Rima. Bahkan dia suka menambahkannya hanya untuk keperluan Rima. Terkadang Rima senang dengan keroyalan dari suaminya itu, tetapi terkadang juga ia merasa sedih karena Akbar tidak pernah bisa menemaninya untuk sekedar berbelanja ke supermarket.

"Umi, Hulya ingin memakan ice cream," ucap gadis cantik berjilbab itu.

"Baiklah, ayo kita mencari kedai ice cream," ucap Rima menuntun Hulya menuju kedai ice cream. Mereka begitu senang berjalan bersama seraya berpegangan tangan.

"ABI!" teriak Hulya begitu saja menghentikan langkah mereka, dan beberapa pria tak jauh darinya yang juga menoleh ke arah mereka.

"Mas Akbar," gumam Rima.

Akbar tersenyum ke arah mereka berdua dan berjalan mendekati mereka berdua.

"Assalamu'alaikum," sapa Akbar.

"Wa'alaikumsalam, Abi." jawab Hulya dan Rima.

"Kalian masih belum pulang?" tanya Akbar.

"Belum, ini Hulya ingin di belikan ice cream. Abi sedang apa di sini?" tanya Rima,

"Kebetulan salah satu teman satu timku mengajakku untuk makan siang di sini, ayo biar aku kenalkan," ucap Akbar.

Akbar, Hulya dan juga Rima berjalan mnedekati 4 orang pria yang tadi bersama Akbar.

"Umi, Hulya, ini Dani, Asep, Jacki, dan Saeful. Dan ini Rima istriku, ini Hulya putriku," ucap Akbar.

Rima hanya tersenyum formal tanpa saling berjabat tangan.

"Oh ini wanita itu," bisik Saeful kepada Jacki.

Selama berumah tangga, memang ini kali pertama Rima di perkenalkan Akbar dengan teman-teman satu kerjaannya. Sebelumnya Rima hanya mendengar namanya saja kalau Akbar bercerita.

Rima sedikit bingung dengan ucapan Saeful itu, dan Akbar terlihat tidak menggubrisnya dan malah mengajak kami semua untuk makan siang bersama.

Mereka mampir ke sebuah restaurant nusantara yang menyediakan berbagai menu masakan Indonesia. Rima dan Hulya duduk cukup terpisah jauh dari teman-temannya Akbar. Akbar hanya ingin menjaga kehormatan Rim dari pandangan orang-orang yang melihat ke arah mereka.

Mereka menikmati makan bersama, dan Akbar memilih duduk bersama teman-temannya, itu tak menjadi masalah bagi Rima. Hanya saja entah kenapa pandangan Saeful teman dari Akbar tampak aneh dan berbeda padanya. Rima tidak paham dengan apa yang terjadi padanya.

Setelah 30 menit mereka menghabiskan makanan mereka, Akbar mengantar Rima dan juga Hulya menaiki mobil Rima yang baru dua bulan ini di belikan Akbar. Setelahnya Akbar kembali ke teamnya menaiki mobil dinas mereka.

"Dia kan wanita itu Kapten?" tanya Saeful seakan dia tak bisa menahan lagi bibirnya yang sudah gatal sejak tadi ingin menanyakannya.

"Berhentilah menanyakan itu Saeful," jawab Akbar begitu dingin dan mereka meninggalkan area itu.

"Hari ini team kita sedang free, bagaimana kalau nanti malam kita nongkrong?" ajak Jacki berusaha mencairkan suasana.

"Kalian saja, aku tidak ikut," jawab Akbar.

"Ayolah Kapten, sekali-kali kamu butuh hiburn," seru Asep yang di setujui yang lain.

"Baiklah."

***

"Siang Dan!" seru Akbar masuk ke dalam ruangan Komandannya.

"Akbar, ini berkas kasus baru yang harus team kamu tangani," ucap Komandan.

"Siap Dan!"

Akbar menerima berkas itu dan ijin keluar, ia berjalan menuju ruangan teamnya. Ia duduk di kursi kebesarannya dan membuka berkas itu.

"Penculikan dan jual beli wanita," gumam Akbar membaca isi kasus itu.

***

"Hoek!"

Ini sudah kesekian kalinya Rima bolak balik ke kamar mandi. Ia mengusap peluh yang membanjiri keningnya. "Ada apa denganku," gumam Rima.

"Tapi-"

Rima menyadari sesuatu, ia bergegas pergi ke apotek seraya menjemput Hulya dari sekolah playgroupnya.

Setelah melalui perjalanan cukup singkat, kini mereka sudah sampai di rumah mereka. Rima menyiapkan makanan untuk Hulya dan setelahnya ia masuk ke kamar mandi dengan membawa tespeck yang tadi dia beli.

"Bismillah, ya Allah semoga," gumam Rima menunggu hasil dari tes yang baru saja ia lakukan.

Setelah 5 menit berlalu ia kembali menatap tespeck itu dan seketika air matanya tak mampu di bendung lagi.

"Alhamdulillah ya Allah," gumamnya. Ia yakin kalau Akbar akan sangat bahagia mendengar kabar kehamilannya ini.

***

TBC...

30-11-2018

Gaes, aku mau iklanin cerita terbaru dari sahabatQu nih. Cerita Romance yang pastinya Baper sebaper bapernya.

Yuk merapat ke lapaknya @Sel_sellyya yang judul ceritanya Sincere. Jangan lupa vote dan comment juga yah.

See

Jangan Duakan Aku, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang