Part 10

9.6K 642 19
                                    

###

3 Bulan Kemudian...

Tak terasa waktu bergulir begitu cepat,  dan kini usia kandungan Rima sudah memasukan bulan keenam. Dan selama dua bulan ini,  Rima sangat bahagia karena Akbar begitu memanjakannya. Bahkan Akbar selalu menuruti setiap keinginan Rima. Tak ada pulang larut malam, dan komunikasi mereka terjaga dengan baik. Rima berharap ini langkah awal untuk keutuhan keluarganya.
Seperti saat ini, Akbar mengajak Rima dan Hulya pergi berlibur ke Taman Safari yang ada di kota hujan, Bogor. Hulya sangat bahagia karena setiap weekend Abi nya kini selalu menyempatkan waktu untuk liburan dan berkumpul.
Mereka baru saja sampai di Taman Safari. Akbar bergegas membelikan tiket untuk mereka.
"Sudah?" tanya Rima saat Akbar kembali menghampiri mereka.
"İya sudah,  ayo." Akbar menggendong Hulya dan merengkuh pinggang Rima memasuki area Taman Safari.
Selama di dalam mobil,  mereka tertawa dan bercanda bersama Hulya yang begitu bahagia. Rima sangat bersyukur suaminya kembali seperti dulu. Rima sebenarnya sangatlah merindukan suasana seperti ini,  penuh dengan kehangatan.
"Abi,  itu apa?" tanya Hulya.
"İtu Rusa, " jawab Akbar.
"Punya tanduk panjang, " ucap Hulya dengan nada lucu.
Bergulirlah terus pembicaraan mereka mengenai apa yang mereka lihat di sana. Dan kelucuan Hulya mampu mendekatkan Rima dan Akbar.
Waktu bergulir begitu cepat hingga tak terasa sore menjelang. Setelah makan,  mereka kembali ke Jakarta untuk pulang.
Selama perjalanan Hulya terlelap di kursi penumpang meninggalkan Rima dan Abi.
"Kamu merasa senang?" tanya Akbar membuka pembicaraan membuat Rima menoleh ke arah suaminya.
"İya,  terima kasih karena Abi sudah menyempatkan hari liburnya untuk kami, " ucap Rim yang di angguki Akbar.
"Ngomong-ngomong bagaimana kasus narkoba yang kemarin Abi tangani?" tanya Rima.
"Masih dalam penyelidikan,  belum mendapatkan titik terang, " jawab Akbar tampak menghela nafasnya. "Kasus ini seperti rantai panjang,  yang kami tangkap masih bukan pengedarnya yang menjadi buronan besar."
Rima tersenyum dan mengusap pundak Akbar. "Aku doakan semoga di permudah dan di lancarkan segalanya yah Bi."
Akbar menoleh ke arah tangan Rima di pundaknya kemudian beralih ke manik mata Rima yang penuh ketulusan. Entah kenapa Akbar termangu di tempatnya menatap mata itu,  mata yang sangat jarang sekali ia tatap. Mata yang penuh ketulusan dan kehangatan.
Dengan cepat Akbar memalingkan tatapannya kembali menatap lurus ke depan,  begitu juga Rima dengan pipinya yang merona. Walau sudah memiliki anak,  Rima tetap selalu merona kalau di tatap oleh Akbar suaminya. Jantungnya pun selalu berdebar begitu cepat. Mungkin dia terlalu mencintai suaminya itu.
###
Rima sudah menyiapkan sarapan untuk mereka. Tak lama Hulya datang dengan sudah rapi dengan seragamnya. Hulya memang sudah mandiri dan bisa mandi juga berpakaian sendiri,  Rima hanya memperhatikannya saja.
"Pagi Cantik, "
"Pagi Umi." Hulya mengambil duduk di kursi dan Rima menuangkan nasi goreng ke dalam piring Hulya begitu juga dengan topping telur dan sosis goreng.
"Terima kasih,  Umi."
"Sama-sama Cantik."
Tak lama Akbar pun turun dengan sudah rapi degan seragamnya.
"Aku langsung berangkat, " ucap Akbar yang kini sudah berdiri di dekat Rima.
"Tidak sarapan dulu,  Bi?" tanya Rima.
"Tidak akan sempat, pagi ini ada apel pagi,  biasa di hari senin. aku berangkat dulu, " ucap Akbar.
"Tunggu, " Rima merapihkan seragam bagian atas Akbar yang sedikit tidak rapi membuat mereka berdekatan dan Akbar mampu mencium aroma segar dan wangi dari tubuh Rima.
Tanpa aba-aba Akbar mengecup kening Rima membuat Rima mematung di tempatnya. Rima hanya bisa menunduk dan menggulum senyumnya karena rasa senang,  ia mengambil tangan kanan Akbar dan menciumnya.
"Hulya,  Abi berangkat duluan yah." Akbar beralih mencium kepala Hulya. "Assalamu'alaikum." Akbar berlalu pergi meninggalkan mereka.
"Wa'alaikumsalam, " jawab Rima dan Hulya.
"Ayo cepat di habiskan,  taxi online nya sudah dalam perjalanan untuk menjemput kita."
"İya Umi."
###
Sepulang sekolah,  Rima dan Hulya pergi ke sebuah mall. Hulya ingin membeli tas baru dan bermain di permainan anak. Setelah meminta ijin pada Akbar,  Rima dan Hulya langsung pergi ke mall.
"Umi,  Hulya juga ingin sepatu baru, " ucap Hulya.
"Sepatu kamu kan masih bagus,  Nak."
"Tetapi Hulya sudah bosan, " ucap Hulya.
"Tidak boleh begitu. Kamu memiliki dua sepatu sekolah,  dan itu masih bagus. Umi akan membelikan yang baru kalau sepatumu sudah rusak."
"Kenapa begitu?" tanya Hulya.
"Kamu tidak boleh menjadi orang yang tamak dan merasa tidak puas. İngat,  Allah tidak menyukai orang-orang yang seperti itu. Manfaatkan yang ada supaya nanti tidak jadi mubajir,  supaya bisa menjadi berkah untuk kamu yang memakainya."
Rima menghentikan langkahnya dan membawa Hulya ke tempat duduk yang terdapan di sisi dinding. "Dengarkan Umi,  kamu harus bersyukur karena memilki sepatu,  orang di luar sana belum tentu bisa membeli sepatu untuk sekolah. Jadi daripada uangnya di pakai untuk sesuatu yang tak bermanfaat,  sebaiknya kamu sedekahkan."
"Begitu yah,  Umi?" tanya Hulya.
"İya,  jadi sekarang kita hanya beli tas saja yah sayang."
"İya Umi, " jawab Hulya menganggukkan kepalanya.
Mereka asyik memilih tas untuk Hulya sampai akhirnya dapat sesuai keinginan Hulya.
"Sebaiknya kita makan dulu,  nanti baru ke tempat permainan yah, " seru Rima saat mereka keluar dari toko tas.
"İya Umi,  Hulya ingin makan ayam crispi, " ucap Hulya begitu antusias.
"Baiklah kita pergi ke kedai ayam."
Hulya di minta duduk di salah satu kursi,  sedangkan Rima memesankan makanan untuk mereka. Kening Rima mengerut saat melihat seseorang yang ia kenali.
"Mbak Kanaya?" sapanya membuat sang empu menoleh.
"Eh Rima, " jawab Kanaya tampak sedikit kaget. "Kamu bersama siapa di sini?"
"Bersama Hulya,  kebetulan dia ingin makan siang di sini. Mbak sendiri dengan siapa? Sedang makan siang?" tanya Rima.
"Ah iya,  aku bersama-"
"Nay,  aku sudah selesai pesannya, " seru seseorang tanpa menyadari kehadiran Rima.
"Emm mas Andi,  ini Rima istri dari pak Akbar."
"Oh?" seseorang yang di panggil Andi itu kini menoleh ke arah Rima. "Oh bu Rima,  apa kabar Bu?" sapanya yang memang mengenal Rima.
"Baik Pak Andi,  kalian makan siang bersama?" tanya Rima.
"Ya begitulah Bu, " kekeh Andi. "Kami kan sama-sama single."
"Oh iya saya paham, " ucap Rima tersenyum." Baiklah aku akan pesan makanan dulu,  kasihan Hulya sudah menunggu."
"İya, " jawab mereka.
"Mbak Kanaya dengan pak Andi?" gumam Rima.
###
Akbar baru saja selesai mandi,  bersamaan dengan Rima yang mengantar teh hangat ke dalam.
"Mau makan sekarang?" tanya Rima.
"Nanti saja, " ucap Akbar berjalan menuju cermin dan menyisir rambutnya.
"Tadi siang aku bertemu dengan mbak Kanaya dan pak Andi,  salah satu anak buahmu. Ternyata mereka bersama yah, " ucapan Rima tanpa di sadari membuat Akbar membeku di tempatnya.
###

Tbc
18-04-2019

Jangan Duakan Aku, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang