Rima tersenyum bahagia saat menatap kalender yang ada di kamarnya.
"Hari ini hari jadi pernikahanku bersama Abi yang ke 6 tahun, " gumam Rima. "Sebaiknya aku kasih kejutan apa yah untuk Abi malam ini. Apa dia ingat yah sama tanggal ini?"
"Kira-kira aku kasih hadiah apa yah buat Abi?" Rima tampak berpikir keras. "Apa aku kaaih kejutan saja mengantarkan makan siang yang banyak untuk Abi dan teman-temannya di kantor?"
"Ah sepertinya itu yang tepat, " gumam Rima.
Rima bergegas pergi ke pasar dan membeli bahan-bahan yang merupakan kesukaan suaminya itu.
Dia sudah seperti peserta uang kaget yang berbelanja kilat. İa sangat mengejar waktu, karena takut akan terlambat mengantar makan siang ke kantor Akbar. Setau Rima, Akbar sedang tidak bekerja di lapangan karena biasanya dia akan mengabari dirinya kalau ada tugas di lapangan.
Sesampainya di rumah, Rima langsung meminta bantuan asisten rumah tangga nya untuk membantu dirinya.Rima tak merasa risih dengan kandungannya yang sudah membuncit, ia bahkan berlarian ke sana kemari dari sejak di pasar. İa harus menyiapkan sesuatu yang spesial di hari jadi pernikahannya yang ke enam.
###Rima mampu menghela nafas lega saat pukul 10 semua menu makanan sudah tersedia. İa bergegas untuk mandi dan menyiapkan diri secantik mungkin. Setelah beberapa bulan terakhir ini, sikap Akbar begitu penuh perhatian dan sangat baik pada Rima. Rima tak memungkiri kalau sikap Akbar itu membuatnya kembali jatuh cinta kepada suaminya itu.
Setelah merasa lebih baik, Rima bergegas turun untuk membawa makanan dan menjemput Hulya terlebih dahulu sebeum ke kantor suaminya.
Setelah menjemput Hulya, kini akhirnya mereka sampai di kantor Akbar tepat pukul 11 siang. Mereka di persilahkan oleh salah seorang polisi yang menjaga di depan dan mengantarkannya ke dalam ruangan milik team Akbar. Saat masuk, tampak di sana hanya dua orang anak buah Akbar yang menyambut Hulya dan Rima dengan hangat. Mereka di persilahkan duduk dan menunggu Akbar yang sedang ke ruangan bagian lain.
"Sayang, Umi ingin ke kamar mandi, kamu tidak apa-apa menunggu di sini?" tanya Rima.
"Tidak apa-apa Umi, " jawab Hulya.
"Pak Sandi, saya titip Hulya yah. Saya ingin ke kamar mandi," seru Rima.
"Boleh Bu," jawab pria bernama Sandi.
Rima berjalan menuju kamar mandi untuk menuntaskan hajatnya.
Setelah merasa puas, Rima keluar dari mandi dan kembali berjalan menuju ruangan Akbar. Tetapi langkahnya terhenti saat melihat Kanaya bersama Akbar tak jauh darinya. Tampak itu dekat dapur kantor, Rima tersenyum dan berjalan menghampiri mereka."Ada hubungan apa antara kamu dan Andi?" pertanyaan Akbar yang tegas menghentikan langkah Rima.
"Apa maksudmu, Mas? Apa salah aku dekat dengan Andi?" tanya Kanaya.
"Kenapa kamu selalu seperti ini, Kanaya? Kamu memintaku untuk bersikap baik pada Rima selama ini, dan sudah ku lakukan, tetapi ini balasanmu?"
Deg
Rima melotot sempurna mendengar penuturan Akbar barusan. Kenapa Kanaya meminta Akbar bersikap baik kepadanya?
"Kanaya, kau tau bukan, aku sangatlah mencintaimu. Kamu tau kalau hanya kamu yang ada di dalam hatiku!" ucapan Akbar membuat kedua lutut Rima bergetar, ia bahkan sampai berpegangan pada dinding untuk menahan tubuhnya.
"Aku bahkan tidak tau perasaanku pada Rima bagaimana, aku menyayangi dia karena dia istriku dan ibu dari anak-anakku. Aku menghargai dia sebagai istriku dan aku suaminya. Di dalam hatiku hanya ada namamu saja, Kanaya. Kau tau itu!"
Rima tak mampu lagi mendengar penuturan dari Akbar yang sangat menyayat hati. Sudah cukup rasanya perih yang harus dia terima. Selama beberapa bulan ini, Akbar begitu baik kepadanya, itu karena permintaan dari Kanaya.
Kenapa?
Rasanya hati Rima jauh lebih sakit dari saat melahirkan Hulya dengan proses Caesar.
Hatinya sakit mengetahui Akbar, suaminya mencintai wanita lain. Akbar mencintai sepupunya. Kenapa?
Apa yang salah dengan dirinya?
Selama 6 tahun pernikahan, apa Akbar sama sekali tidak mencintainya?
Rima kembali masuk ke dalam kamar mandi, ia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya begitu sembab dan penuh luka. Tak kuasa lagi Rima menahan dirinya.
"Hikz....." akhirnya isakan itu keluar, akhirnya sakit itu tumpah ruah melalui tangisannya. İa memegang perut buncitnya dan hatinya begitu hancur. İa tidak menyangka kalau Akbar, suami yang begitu ia cintai sepenuh hatinya, bahkan dirinya rela mati untuk suaminya. Tetapi ternyata Akbar sama sekali tak mencintainya.
Dia hanya mencintai Kanaya...
Rima kembali pulang bersama Hulya tanpa bertemu dengan Akbar. Rima tak sanggup melihat Akbar bersama Kanaya. Rima tak sanggup melihat tatapan Akbar terhadap Kanaya yang sangat jelas penuh cinta.
"Umi kenapa?" tanya Hulya di dalam taxi.
"Umi sedikit kurang enak badan, " ucap Rima berusaha tetap tersenyum walau hatinya sangat hancur.
###Malam menjelang, Akbar pulang seperti biasa dan ia menghampiri Rima yang tengah memasukkan beberapa pakaian yang telah di setrika ke dalam lemari.
"Kamu tadi ke kantorku?" tanya Akbar.
"İya, Bi. Tetapi aku kembali pulang karena tadi aku merasa kurang enak badan, " jawab Rima.
"Apa sekarang kamu masih merasa kurang enak badan? Kenapa kamu harus membereskan pakaianku. Biarkan Bibi yang kerjakan. Kamu sedang hamil dan tidak boleh kelelahan." Akbar berucap dengan penuh perhatian.
'Apa ini perhatian hanya karena kewajibannya sebagai suami?' batin Rima.
"Ada apa? Kamu baik-baik saja?" tanya Akbar karena Rima hanya terdiam membisu.
"Ya, aku baik-baik saja. Aku akan siapkan makan malam." Rima bergegas pergi dengan hati yang hancur. Sesungguhnya ia belum siap berhadapan dengan Akbar, tetapi dia juga tidak tau harus bersikap bagaimana pada suaminya itu. Apa benar Akbar berselingkuh dengan Kanaya? Tetapi Akbar pria yang paham agama, dia lebih paham arti pernikahan daripada dirinya.
'Ya Allah sesungguhnya hati ini sangat rapuh dan aku merasa begitu hancur. Tolong hambamu ini ya Allah, tolong kuatkan diri hamba yang begitu lemah ini.' batin Rima.
###
Tbc...
21-04-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Duakan Aku, Mas!
SpiritualRima harus menanggung beban cukup berat di kala dirinya tengah mengandung. Dimana suaminya yang mulai mengkhianati pernikahan mereka dan berencana untuk menikah lagi. Apakah Rima sanggup mempertahankan pernikahannya atau memilih menyerah?