Part 16

9.8K 755 72
                                    

"Mas, bagaimana apa Rima sudah kembali ke rumah?" tanya Kanaya saat Akbar masuk ke dalam ruangan kerjanya.

Akbar menatap Kanaya yang berdiri tak jauh darinya dengan termenung, ia menatap manik mata Kanaya yang teduh dan penuh kelembutan.

"Mas Akbar?" panggil Kanaya.

"Nay, bagaimana sebenarnya perasaanmu kepadaku saat ini?" pertanyaan Akbar berhasil membuat Kanaya mematung di tempatnya. Ia memalingkan wajahnya dan siap beranjak pergi. "Jangan menghindar lagi, Nay. Aku butuh jawaban darimu," ucap Akbar.

"Apa yang harus jawab, Mas? Apa jawabanku mempengaruhimu? Apa jawabanku mampu mengubah segalanya?" jawab Kanaya sedikit emosional. "Sudahlah Mas, kisah kita sudah berakhir 7 tahun yang lalu dan saat ini Rima lah yang berhak atas dirimu juga hatimu."

Akbar termangu di tempatnya mendengar jawaban dari Kanaya, entah kenapa ia menjadi sosok pria yang lemah dan tak tegas seperti ini. Kenapa ia begitu emosional. Karena tak ada jawaban lagi dari Akbar, Kanaya beranjak dari tempatnya menuju ke ruangannya.

"Aku masih sangat mencintaimu, Nay." Tubuh Kanaya menegang hingga ia tak mampu melangkahkan kakinya pergi dari sana. Akbar berjalan mendekati Kanaya hingga mereka berhadapan dan saling bertatapan.

"Mau kah kamu menjadi istri kedua ku? Aku ingin kita menikah siri, Nay."

Deg...

Di dalam rumahnya Rima termenung menatap foto pernikahan dirinya bersama Akbar. Ia masih mengingat jelas kata-kata yang di lontarkan Akbar kepada Kanaya. Dan semalam ia menanyakan perasaan Akbar kepada dirinya, kenapa Akbar begitu sulit untuk menjawabnya. Apa benar selama ini Akbar tidak mencintai dirinya? Lalu kenapa dia memilih Rima dan menikahinya?
Rima mendengar suara orang berbincangbincang di luar. Amierra memang masih ada di rumahnya, dan tampaknya suara ini adalah suara dari Oma mereka alias Neneknya Akbar. Rima berjalan mendekati pintu dan ia mendengar pembicaraan mereka.

"Ya pantaslah Akbar mencari wanita lain, toh si Rima selalu sibuk sendiri dan kurang mengurusi Akbar. Wajar saja Akbar berpaling," seru Oma.

"Ma, tidak seperti itu. Akbar tetaplah bersalah, tidak seharusnya dia mencari wanita lain sebagai pelarian dari masalah rumah tangganya."Amierra berusaha menerangkan.

"Cucu ku tidak bersalah, dia itu sedang di uji tetapi istrinya tidak becus dan tak mampu menarik Akbar kembali kepadanya. Jadilah Akbar memilih Kanaya yang jauh lebih baik," seru Oma.

Hati siapa yang tak sakit mendengar cemoohan dari keluarga suaminya. Seperti perumpamaan sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah yang Rima rasakan saat ini. Sudah tersakiti, kini di salahkan pula. Apa seperti ini nasib seorang istri? saat suaminya berpaling ke wanita lain dan berselingkuh, maka kekurangan istri lah yang menjadi alasannya?

Kalau begitu untuk apa ada komunikasi dalam rumah tangga? Bukankah lebih baik berbicara mengenaii sikap yang di sukai dan tidak di sukai oleh pasangan, kenapa harus dengan cara mencari wanita lain? apa ini adil bagi sang istri?

Lalu bagaimana dengan kekurangan yang di miliki seorang suami? Apa istri juga boleh mencari priia lain yang jauh lebih baik dari suaminya? Apa aturannya seperti itu?

Bukankah pernikahan itu menyatukan dua kepala, dua kepribadian, dua ego? Bukankah pernikahan itu saling memenuhi dan menutupi kekurangan yang di miliki pasangan kita? Lalu kenapa seperti ini? Apa seorang istri harus selalu di salahkan dalam setiap hal yang di lakukan suaminya? Apa perselingkuhan itu di benarkan?

Kenapa saat sang suami berselingkuh, orang mudah sekali menyimpulkan karena suami tidak terurus dengan baik, karena kurang perhatian kepada suami, karena terlalu fokus dengan pekerjaan rumah dan mengurus anak? Apa pemikirannya harus sepicik itu, hingga dengan mudahnya menyalahkan istri di saat suaminya berselingkuh.

Lalu dimana iman dan taqwa itu berada? Dimana agama yang di yakininya hingga ia mampu melewati batas dan berbuat zina hingga berani menjalin hubungan dengan wanita yang bukan muhrimnya.

Rima tak sanggup lagi menedengar ucapan pedas dan menyakitkan itu kepada dirinya. Ia beranjak untuk kembali ke kamarnya, dan gerakannya terhenti saat perutnya terasa sangat kram dan seperti seakan mau melahirkan.

"Awww! Ah!" jeritnya kesakitan memegang perutnya.

"Rima!" Amierra segera masuk diikuti Aisyah dan Oma ke dalam ruangan dimana Rima berada.

"Ya Tuhan, Kak!" tubuh Rima hampir ambruk ke lantai kalau Amierra tak menahannya.

"Cepat panggilkan sopir, kita ke rumah sakit sekarang!"

Rima di larikan ke rumah sakit, rasa sakit itu semakin menjadi hingga rasanya nafasnya tak mampu bernafas dengan normal. Keringat sebesar biji jagung memenuhi kening dan tubuhnya.

Rima di bawa ke dalam ruang persalinan untuk di periksa.  Semua orang menunggu di luar ruangan dengan gelisah.

Tbc...
21-05-2019

Jangan Duakan Aku, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang