Bab 5

12.3K 728 16
                                    


"Rima, kenapa kamu tidur di sini," seru Akbar membangunkan Rima yang terlelap di sofa ruang tamu.
"Ah Mas, kamu sudah pulang," ucap Rima yang terbangun dari tidurnya. "Kenapa pulang larut sekali?"
"Maaf aku tidak mengabarimu sebelumnya, aku ada kasus dan tadi malam penangkapannya. Sekarang sudah subuh, sebaiknya kita solat subuh dulu dan istirahat di kamar," ucap Akbar memapah Rima yang tampaknya masih pusing.
"Mas, aku-"
"Aku ke kamar mandi duluan yah," seru Akbar meninggalkan Rima yang berdiri di dekat pintu. Rima akhirnya mengambil tas Akbar dan membereskan jaket yang di gunakan Akbar.
Ddrrttt Ddrrttt
Gerakan Rima terhenti saat ada chat masuk di handphonenya Akbar. Karena rasa penasaran, ia mengambil handphone itu dan berusaha membuka layarnya.
"Menggunakan password? Tidak biasanya abi mengunci handphone nya seperti ini. Ah mungkin ini hal penting mengenai pekerjaannya." Gumam Rima dan menyimpan kembali handphone nya.
5 menit berlalu, Akbar keluar dari kamar mandi, saat Rima baru masuk ke kamar dengan segelas teh panas yang masih mengepulkan asap.
"Bi, tadi ada pesan masuk. Aku gak buka, tapi takutnya itu penting, " beritahu Rima seraya menyimpan gelas teh di atas meja sudut.
Akbar yang sudah memakai pakaiannya hanya mengangguk dan meraih handphone nya yang tergeletak di atas ranjang.
Kanaya
Terima kasih Mas, tetapi uang yang seminggu lalu masih cukup untuk keperluan pribadiku. Aku akan transfer balik uang yang tadi mas transfer.
Me
Tidak usah Kanaya, aku sungguh ikhlas membantumu. Aku senang bisa membantumu dan kita bisa menjalin silaturahmi lagi.
Rima diam diam memperhatikan Akbar yang serius mengetik sesuatu di handphone nya. Tidak biasanya Akbar mengabaikannya hanya karena sedang mengetik sesuatu di handphonenya. 'Mungkin itu pekerjaan penting.' Batin Rima berpikir positif.
***
"Assalamu'alaikum, "
"Wa'alaikumsalam, mas Akbar, " gumam Kanaya saat melihat siapa yang berada di balik pintu.
"Aku bawa makanan untukmu, " ucap Akbar. Kanaya membuka pintunya lebar-lebar dan mempersilahkan Akbar masuk.
Akbar duduk di kursi dan Kanaya masuk ke dalam untuk membawa piring dan juga air.
Kanaya kini duduk tepat berhadapan dengan Akbar. Ia menundukkan pandangannya dari Akbar.
"Aku membawakan soto betawi kesukaanmu. Kita makan bersama yah, " seru Akbar.
Kanaya menuangkan makanan untuk Akbar dan juga dirinya. Mereka lalu menikmati soto dalam diam.
Sesekali Kanaya melirik ke arah makan Akbar yang cepat dan tak bersuara, ciri khasnya dari dulu. Mengingat kenangan masalalu sungguh hati Kanaya terasa begitu teriris, ada rasa sesal di dalam hatinya karena dulu ia sempat menolak lamaran dari Akbar.
"Aku sudah selesai, aku akan pulang sekarang. Terima kasih sudah menemaniku makan, Kanaya. Assalamu'alaikum."
Kanaya tanpa sadar menitikkan air matanya, kenapa takdir harus sesakit ini. Ia hanya bisa menemani makan malam Akbar dan terkadang dengan sarapan lalu Akbar akan pulang ke rumahnya, ke anak dan istrinya.
Tetapi walau begitu, Kanaya cukup senang, walau berbicara singkat tetapi setidaknya Akbar meluangkan waktu untuk dirinya.
***
Sore itu Rima pergi ke tempat kontrakan milik suaminya, seperti biasa setiap bulan dia akan mengambil uang sewa kontrakan. Ia pergi sendiri menggunakan angkutan online, sedangkan Hulya sedang pergi ke rumah Nenek dan Kakeknya.
Rima sudah mengambil uang dari beberapa penyewa hingga menyisa satu. Setau Rima rumah itu kosong, tetapi tampaknya sudah ada yang mengisi. Dan menurut para penyewa lain, Akbar setiap hari datang ke rumah kontrakan itu yang diisi seorang wanita. Rima begitu penasaran, siapa wanita yang selalu di temui Akbar di rumah kontrakan milik mereka.
Rima berjalan mendekati rumah itu.
"Assalamu'alaikum," Rima mengetuk pintu rumah itu dan terdiam menunggu sang empu membuka pintu.
"Wa'alaikumsalam."
Rima memekik kaget melihat siapa yang membuka pintu tersebut. "Mbak Kanaya?"
"Rima!" Kanaya jauh memekik kaget melihat kehadiran Rima.
"Mbak Kanaya kemana saja, ya Allah." Rima langsung memeluk tubuh Kanaya dengan rasa bahagia dan haru.
Kanaya mempersilahkan Rima masuk dan ia menyuguhkan segelas minuman untuk Rima.
"Mbak apa kabar? Aku dan Budhe sudah lama kehilangan kabar dari Mbak."
Ada raut kesedihan di wajah Kanaya, dan Rima tau kalau banyak hal buruk yang sudah menimpa dirinya.
"Ceritanya panjang, Rima. Yang jelas aku di tinggalkan suamiku karena dia memiliki wanita lain. Dan aku tidak menyangka kalau dia dengan jahat menjualku ke penjualan wanita yang akan di kirim ke Thailand." Air mata tak bisa terbendung lagi, ia menangis terisak di depan Rima. "Dan syukurlah penjualan itu di gagalkan oleh team mas Akbar."
"Apa mas Akbar yang membawa mbak kemari?" Tanya Rima yang di angguki Kanaya.
'Kenapa Abi tidak mengatakannya padaku?' Batin Rima.
"Ya begitulah, dia merasa kasihan kepadaku dan keadaanku. Bahkan aku sudah tak memiliki apapun lagi. Aku juga tidak berani menemui Mama, aku malu. Dulu aku memaksa untuk menikah dengan Doni, dan aku tidak menurut padanya."
"Semuanya telah terjadi, Mbak. Budhe pastilah merindukan Mbak."
Kanaya adalah Kakak sepupu Rima dan teman satu kampus dengan Akbar. Dulu Kanaya begitu dekat dengan Akbar layaknya sepasang sahabat. Rima tidaklah mungkin merasa cemburu pada Kanaya, walau Akbar tidak menceritakan segalanya.
***

Tbc...
19-02-2019

Jangan Duakan Aku, Mas!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang