Sudah hampir satu minggu Akbar di rawat inap di rumah sakit. Dia tetap tak ingin makan dan menolak setiap suapan dari Rima. Akbar mendadak menjadi lebih rewel dari Hulya saat sakit, hingga Rima harus extra sabar menghadapinya. Tubuhnya semakin mengurus seiring berjalannya waktu.
Siang dan malam Rima menemani Akbar, bahkan ia tak sempat istirahat. Dengan sabar dan telaten ia berusahha mengurusi Akbar dan menyuapinya walau Akbar selalu saja menolaknya.
Rima berusaha mengesampingkan perasaan sakit hatinya dan berusaha menjadi istri yang baik untuk Akbar. Hanya inilah yang bisa Rima lakukan, berbakti kepada suami yang begitu ia cintai.
###
Dan hari itu saat Rima tengah membujuk Akbar untuk makan, Kanaya datang dengan membawa buah tangan.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam," jawab Rima dan Akbar.
Rima sempat kaget melihat kedatangan Kanaya yang mendadak. Ia memalingkan wajahnya saat mengingat kejadia waktu itu.
"Bagaimana keadaanmu, Mas?" tanya Kanaya. Jelas sekali tatapan Akbar pada Kanaya. Sebenarnya Rima tidak tahan lagi, ia ingin sekali melabrak Kanaya dan menegur mereka, tetapi ia sadar mereka sedang ada dimana dan Akbar masih sakit.
"Sudah merasa lebih baik, kamu datang sendiri Kay?" tanya Akbar yang seakan melupakan keberadaan Rima di sana.
"Iya Mas, sepualng kerja, aku sempatkan mampir." Kini tatapan Kanaya tertuju pada Rima yang duduk di sisi blangkar Akbar sedikit memunggunginya. "Apa kabar Rima?"
"Baik," jawab Rima dan kembali fokus pada Akbar. "Abi, makan sedikit saja, kalau seperti ini terus kapan Abi akan sembuhnya. Makan yah," bujuk RIma.
"Aku tidak mau, makanan rumah sakit tidak enak," jawab Akbar tetap pada pendiriannya.
"Lho kenapa Mas? Ini kan demi kebaikan Mas juga supaya bisa cepat sembuh," seru Kanaya. "Rima, boleh aku yang suapin? Sejak kuliah mas Akbar memang seperti ini kalau sakit."
Tanpa menunggu persetujuan dari Rima, Kanaya begitu saja merebut mangkuk dari tangnan Rima dan menyerobot ke hadapan Rima. Akbarpun tak mengindahkan hal itu dan tatapannya terus tertuju pada Kanaya. RIma mematung di tempatnya menatap kejadian barusan, apa yang baru saja dia lakukan?
Dan tak hanya itu yang membuat Rima syok dan sakit sesakit sakitnya. Akbar menerima suapan dari tangan Kanaya. Kanaya memang membujuknya bak ke anak kecil, kata-katanya pintar merayu dan AKbar dengan mudahnya menerima suapan Kanaya tanpa menjaga perasaan Rima yang ada di antara mereka.
Rima berjalan mundur perlahan seraya memegang perutnya dan keluar dari ruangan. Ia berjalan tak tentu arah menyusuri rumah sakit Ami. Aiir mata tak terbendung lagi. Ya Allah ini sungguh sangat sakit. Kenapa dari tangan Rima, Akbar tidak mau memakannya. Tetapi dari tangan Kanaya, ia mau menerimanya dengan sangat mudah.
"Hikz.... Astagfirulloh..." Tubuh Rima ambruk begitu saja di sisi kursi ruang tunggu. Hatinya hancur dan perih melihat suaminya sendiri menerima suapan dari tangan wanita lain.
'Ya Allah aku begitu mencintai suamiku, aku sangat mencintainya dengan tulus hingga aku masih diam dan membiarkan dia dengan perasaan cintanya pada mbak Kanaya. Aku begitu mencintainya alau dia menolak suapan dari tanganku, tetapi aku masih tetap menjaganya siang dan malam. Aku begitu mencintainya hingga aku tak mampu membantahnya selama 6 tahun ini. Aku begitu mencintainya hingga rasanya begitu sakit saat aku ikhlas menerima bahwa suamiku tak mencintaiku.'
"Hikzzz...hikzzz...." Isakan tangis Rima pecah di tengah hujan deras yang saat ini tengah jatuh mengguyur bumi.'Ya Allah... aku lelah dengan hidup ini. Aku lelah harus berpura-pura bahagia dan menganggap tidak terjadi apa-apa. Aku ingin menangis seperti hujan saat ini, ya seperti hujan hari ini yang sangat deras. Ya Allah... aku lelah dengan semua ini. Aku mohon tarik aku, bawa aku ke pangkuanmu dan sinari aku dengan cahaya cintamu. Aku tau setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti mempunyai masalahnya masing-masing. Tetapi Tuhan, aku sudah tidak mampu lagi menghadapinya. Ini terlalu rumit bagiku ataukah aku yang membuatnya menjadi rumit dan sulit. Ya Allah... jika memang diriku harus menghadapi semua ini, aku mohon ulurkan tanganmu, genggam tanganku dan dampingi aku dalam menghadapi semua ini. Hanya kepadamu, aku berani meluapkan segala hal di dalam hatiku, aku memohon pertolonganmu, bantu aku ya Allah. Bantu aku dalam menghadapi semua cobaan dan ujian yang datang silih berganti.' jeritan hati Rima yang merasa begitu putus asa.
###
Tbc...01-05-2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Duakan Aku, Mas!
SpiritualRima harus menanggung beban cukup berat di kala dirinya tengah mengandung. Dimana suaminya yang mulai mengkhianati pernikahan mereka dan berencana untuk menikah lagi. Apakah Rima sanggup mempertahankan pernikahannya atau memilih menyerah?