Hujan rebas malam ini mengikuti hati sendu yang pilu. Hani tidak menyangka akan menyapa malam dengan gundah. Padahal sejak tadi ia merasa bahagia. Iya, sejak ia menghabiskan waktu dengan para teman-temannya. Perasaan yang membunuh hampir setiap detik yang ia punya.
Kata Dani itu berasal dari sepi yang menyapanya. Hem, pria berambut kriwil dengan wajah oriental asia itu mengatakannya. Hani memang terlalu sulit memaknai setiap ucapan yang keluar dari mulut seorang Dani namun sering dibenarkan oleh hatinya.
Ini bukan semata masalah cinta. sejujurnya gadis bersurai hitam itu tidak pernah menyukai kata 'cinta'. Baginya itu bullshit. Ia bertekad untuk tidak menikah suatu hari nanti.
"Sepi itu mengurung gundah, Han." Hani jelas mengingat setiap kata yang ia keluarkan. Bak seorang motivator terkenal. Sayangnya, dia hanya seorang mahasiswa tingkat akhir yang sedang pusing masalah skripsi. "Jangan terlalu fokus sama skripsi lah."
Hani tertawa mengejek. Ia menatap teman seperjuangannya itu penuh kesal. "Tidak salah? Harusnya aku yang berkata begitu."
Dan kemudian terdengar suara tawanya yang seperti puas melihat Hani merasa kesal. Wajar. Keduanya memang tidak pernah berdamai. Jikalau bisa, itu akan menjadi hal langka yang mungkin bisa diingat. "Sepertinya langit bersahabat denganmu." Dani menyandang tas nya lalu bangkit dari duduk. "Aku pulang dulu. Sudah saatnya selingkuh dengan skripsi."
Lalu rebas hujan membahasi punggungnya. Yang tertinggal hanya Hani dan sepi.
YOU ARE READING
31 DAYS WRITING CHALLENGE 2018
RandomIni challenge untuk menulis selama 31 hari. Dengan beberapa ketentuan seperti berikut. 1. Menulis sebuah drabble, cerita bersambung, puisi ataupun jenis karya sastra lainnya. Dengan jumlah kata 100-300 kata. Tidak boleh lebih ataupun kurang. 2. Kary...