Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Serius? Aku malah sempat mengira ia bilang bahwa Gash tidak buta… karena dia sangat tidak seperti orang buta. Seperti… ia tidak cacat. Maksudku… dia bahkan dapat membunuh orang dengan mudahnya, tepat di hadapanku saat itu. "Bagaimana bisa?" tanyaku.
"Dia bilang itu bagian dari pekerjaannya. Mungkin akan menjadi suatu hal yang wajar jika kau tahu apa yang biasa dilakukannya." Tom mencondongkan tubuhnya ke depan, lalu bersender lagi. "Tapi siapa tahu? Belum tentu itu yang sebenarnya terjadi."
Belum tentu itu? Aku mengangguk pelan, mulai meragukan sosok yang bernama Tom ini. "Jadi maksudmu... dia pembohong?"
"Tidak sepenuhnya," tukasnya. "Dia biasa berbohong untung kebaikannya sendiri, atau mungkin orang lain."
Aku menganggukkan kepalaku lagi. Tiba-tiba aku ingat dulu, saat aku selalu bertanya-tanya kepada Gash. Ia hanya menjawab pertanyaanku dengan satu kata, "Rahasia." Itu menjengkelkan, tetapi lucu. Aku tersenyum tipis, mengingat-ngingat masa-masa janggal dulu.
"Kau mengerti?"
Pertanyaan itu membuat lamunanku pecah. Tom menatapku tajam.
"Iya, tentunya," ujarku pelan. Memangnya orang ini siapa? Teman Gash, bukan? Kenapa kelihatannya ia memaksaku untuk menjauhi Gash? Aku tahu Gash itu orang yang baik... terhadapku. Konyol. Sepertinya aku harus lebih serius melihat mana yang baik, dan mana yang tidak terlalu baik.
"Kau merasa aman dengannya?" Ia bertanya lagi. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Ia pun beranjak dari sofa, kemudian menepuk-nepuk pakaiannya. Ia melirik ke arahku sekilas, kemudian berkata, "Hati-hati dengan orang-orang di sini." Dan ia pergi.
Baik, itu berarti aku harus berhati-hati dengannya. Hawa yang ia bawa selalu membuat bulu kudukku berdiri. Aku memijit pelan pelipisku. Saat itu aku baru menyadari, ruangan ini sangat... nyaman. Menenangkan.
Lampu duduk yang menyinarkan cahaya kekuningan di sampingku tidak menyala dengan sangat terang, seperti lilin. Tidak ada lampu di langit-langit. Bayangan menyelimuti sebagian ruangan. Tempat ini sangat cocok untuk orang yang senang mengasingkan diri dari masalah kehidupannya.
"Apa yang dia lakukan terhadapmu?"
Aku menoleh. Gash berdiri di sana, bersender ke daun pintu sambil memegang kenopnya erat-erat hingga tangannya memutih.
Aku menggelengkan kepala pelan. "... Tidak, aku tidak mengapa."
Aku hanya sedang bersusah payah untuk beradaptasi dengan lingkungan ini.
Kuhampiri ia. Wajahnya terlihat agak panik. Apakah dia mengkhawatirkanku? Aku tersenyum lebar. Kutarik salah satu kancing kemejanya, lalu menekan benda itu ke perutnya yang keras seraya tertawa kecil. "Aku baik-baik saja," ujarku lirih. "Memangnya kenapa?"
Gash meraih kedua tanganku, kemudian keduanya naik ke atas pundakku. "Kau yakin?" tanyanya, nyaris berbisik.
Aku menghela napas pelan. Orang tadi kelihatannya sangat senang membuatku ketakutan. "Te-tentunya. Memangnya ada apa dengan orang tadi?"
Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak, hanya saja...."
Tangannya terus naik, meraba leherku, pipiku... semuanya ia lakukan dengan cepat. Ia tarik tubuhku, lalu meraba punggungku. Aku tersentak, rasanya geli!
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor | Versi Revisi [tamat]
Mystery / ThrillerDi seberang sana ada seorang pemuda. Pemuda buta dengan bekas luka sayatan di telapak tangannya. Ia selalu muncul saat hujan, menikmati dirinya diterpa bulir-bulir air. Aku hanyalah seorang perempuan kecil yang dijauhi oleh semua orang, termasuk kel...