- Twelfth Rain -

590 87 11
                                    

Hari ini pengumuman hasil yang lolos kriteria SNMPTN, ya?

Buat yang gak lolos, jangan patah semangat. Selalu ada pintu yang terbuka. Toh, kalau lolos pun belum tentu masuk juga :)

Selamat membaca, lupakan sejenak keresahanmu~ You've done your best!

---

Lymm mengusap-usap dagunya. "Tidak, aku tidak pernah mendengar namanya."

Aku mendesah putus asa. Seharusnya aku tidak terlalu berharap orang-orang ini mengetahui segalanya. Mana mungkin mereka tahu siapa pemuda yang telah mengakui mengintai keseharianku.

Lymm mengerjapkan matanya beberapa kali. "Aku bisa mencarinya kalau kau mau."

Aku menggelengkan kepala pelan, menatap jendela di balik pemuda di hadapanku. Tidak ada siapa-siapa di baliknya. Hanya beberapa tetes air hujan yang berjatuhan, jalan yang lengang dan rerumputan. "Tidak, aku hanya bertanya saja...."

"Terserah saja. Kau hanya menghabiskan waktuku," ujarnya ketus. "Jaga rumah, aku harusnya sudah berada di tempat lain sekarang. Dan, awasi Dash."

Ia berjalan melewatiku, kemudian menutup pintu ruang tamu. Aku mendecak kesal. Lymm dan perhatian lebihnya kepada Dash. Andaikan Gash ada di sini. Bukan hanya dia akan membuatku bahagia setengah mati, tetapi ia pasti tahu apa yang dilakukan Valt. Selama ini kelihatannya mereka memiliki... hubungan yang misterius, walau aku juga belum terlalu yakin.

Aku benar-benar bingung dan penasaran dengan apa yang terjadi pada Valt, atau Chris, terserah orang itu. Tentang Don, tentang bunuh diri kakaknya, tentang perubahan identitasnya, tentang mengawasiku....

Apakah dia tahu aku sekarang seorang pembunuh?

Aku takut ia mengetahui fakta ini. Memperhatikan gerak-gerik seseorang dengan alasan sayang... ini agak menggangguku. Aku tidak terlalu yakin Valt melakukan ini karena kemauannya sendiri. Maksudku... dia memperhatikanku seakan-akan dia mencurigaiku. Seakan-akan suatu ketika ia akan menangkap basah diriku yang tengah membunuh seseorang, dan membawaku ke kantor polisi. Ditambah fakta akhir-akhir ini aku makin dekat dengan Gash.

Apakah dia cemburu? Aku menggelengkan kepalaku perlahan. Tidak, aku terlalu percaya diri. Dia meninggalkanku. Aku terduduk lemas di atas sofa ruang tamu. Aku sudah mencoba menelepon Valt dengan ponsel Tom. Tidak diangkat. Mungkin juga dia menggantinya dengan yang baru. Semuanya serba baru.

Baru saja aku membuka pintu kamar, Dash meneriakiku.

"Aku benar-benar bosan!" Dash menenggelamkan wajahnya ke bantal. "Tidak ada yang seru sama sekali. Padahal aku harus melihat darah...."

"Kau terdengar menyeramkan," ujarku datar. "Kamarmu ini belum dirapikan lagi?"

"Untuk apa dirapikan jika nantinya akan berantakan lagi? Buang-buang waktu saja!"

"Ucap seseorang yang menganggur di atas kasurnya," sindirku. "Kau mirip dengan Lymm."

Dash mendecak. "Yang benar saja," gumamnya ketus. "Aku... tidak mirip dengannya sama sekali!" Ia memeluk bantalnya erat-erat. Ah, manusia satu ini....

"Hei, Dash, aku mau menanyakan sesuatu."

Dash langsung duduk bersila di kasurnya. "Tanyakan saja," ujarnya. "Namun, jangan tanyakan apapun tentang Lymm."

Petrichor | Versi Revisi [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang