- Second Storm -

592 81 25
                                    

"Nah, coba kau lihat yang ini." Dash mengacungkan sebuah belati yang mengilap di bawah naungan matahari. "Stiletto, belati. Kau pertama kali membunuh korbanmu dengan benda seperti ini, 'kan?"

Aku mengangguk lesu. Kuremas rerumputan panjang di halaman belakang rumah ini. Melihat mata belati itu yang tajam, seakan-akan dapat mengoyak isi mataku membuatku ingin muntah dan lari dari tempat. Aku yakin Dash sangat bersemangat... bersemangat untuk menakutiku.

"Ada banyak yang kumiliki di sini! Lihat, ini yang normal, this one is a trailing-point, curved blade, Cup-point, Drop-point...."

Aku memalingkan wajahku. Akhir-akhir ini Dash senang sekali mengoceh dalam bahasa asing. Kelihatannya sangat mengerikan melihatnya bicara dalam bahasa yang tak kumengerti seraya mengacung-acungkan pisau dari kotak mainannya. Di belakangku terdapat Lymm yang memperhatikan Dash dengan malas. Aku masih ingat ucapannya beberapa saat yang lalu. "Orang berkemauan bodoh sepertinya jangan dituruti. Pada akhirnya pasti kau yang merugi."

Baiklah, kuakui dia benar.

"... spear-point, needle-point—favorite! Sampai sekarang aku penasaran seperti apa rasa sakitnya ditusuk yang ini. Mungkin seperti ditusuk jarum raksasa? Haha! Baiklah, this one is calledSpey Blade, Kamasu Kissaki...."

"Oh, lihat itu," ujar Lymm setengah berbisik. Aku menoleh ke arahnya, kemudian mengikuti pandangannya. Di sana berdiri Tom dan Gash. Entah apa yang mereka bicarakan. Yang agak mengagetkan hanyalah... Tom membawa senapan di tangannya.

"... and there's sheepsfoot, wharncliffe... dan, ini!" Dash mendadak melempar sebuah pisau, melewati pandangan kedua mataku. "Kau... dari tadi tidak memperhatikan, ya?"

Aku menoleh ke arahnya, menggeleng pelan.

Dash menghela napas panjang. "Ya Tuhan, aku benar-benar ingin membunuhmu jadinya," keluhnya. "Sini, kemarikan pisau kerenku itu."

Aku menatap sebelah kiriku, tempat pisau lemparan Dash tertancap ke tanah. Kucabut benda itu dengan tangan yang bergemetar. Pisau hitam itu tidak terlalu panjang, tetapi bisa saja seseorang menikamku dengan ini. Tepat ke jantung, dan menggores tulang rusukku.

Sial, sekarang jantungku berdetak tidak keruan hanya karena benda tajam ini.

Aku menyerahkan benda itu kembali ke pemiliknya. "Kau suka sekali yang bermain dengan benda-benda ini?" tanyaku heran. Dash berjongkok di sebelahku, lalu menyeringai.

"Ini, yang baru saja kau berikan," ucapnya pelan. "Aku pertama kali membunuh korbanku dengan ini."

Aku menggigit bagian bawah bibirku. Ternyata benda yang kusentuh itu sudah pernah bertemu dengan darah ya? Dash ini....

"Kau mau tahu bagian mana saja yang kutusuk dengan benda ini?"

Aku menutup kedua telingaku. "Tidak. Aku tidak mau tahu."

"Yah, baiklah. Pertama, aku menusuk lubang hidungnya. Kemudian, aku beralih ke telinga...."

"Itu saja sudah cukup, Dash," selaku. "Itu. Sudah. Cukup."

Dash tersenyum mengerikan. Belum sempat ia bicara, Lymm menghampirinya.

"Bukannya yang ini lebih cocok denganmu, Dash?" tanyanya seraya memainkan salah satu pisau yang diambilnya. Sebuah pisau kecil, dengan gagang pisau yang... bermotifkan bunga berwarna gelap? Feminin sekali.

Petrichor | Versi Revisi [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang