Terima?

24 3 0
                                    

Parkiran sekolah

"Bang Eko" merasa namanya dipanggil, Eko menoleh ke asal suara. Yaaa... itu suara Felya

"Kenapa sih?" Tanya Felya. Eko menaikkan alisnya sebelah

"Kenapa apanya?" Tanya Eko balik.

"Yaa kenapa lo tarik-tarik gue dari kelas terus lo ngajak gue pulang. Emang ada apaan?" Tanya Felya tak sabar

Eko menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Sedetik kemudian Eko tersenyum menampakkan barisan giginya rapi

"Gue ngga tau juga sih Dek. Hehe" ucapnya tanpa merasa bersalah

"Terus kita mau ngapain pulang?" Tanya Felya

"Disuruh sama Ayah" jawab Eko singkat.
Merasa tak ada jawaban dari sang adik Eko segera menaiki motor ninja miliknya.

"Udah buruan naik. Ntar Abang diomelin Ayah nih kalo kelamaan" perintah Eko pada sang Adik.

Tak butuh waktu lama, Felya sudah ada di atas motor abangnya. Kemudian Eko melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata.

12 menit kemudian

"Assalamu'alaikum... Ayah.. Bunda... Pangeran tampan datang" ucap Eko dengan PD nya

"Wa'alaikum salam...." jawab mereka. Bukan... Bukan hanya Ayah,Bunda Eko dan Felya yang menjawab salam tapi ada satu keluarga lain yang ikut menjawab salam Eko.

"Widih... lo tumben ke sini ngajak orang tua lo Wan? Ada apaan nih?" Tanya Eko pada Ridwan.

Yaa... Memang, satu keluarga lain itu adalah keluarga Ridwan. Ridwan datang bersama Papa dan Mama nya.
Ridwan tersenyum kaku sebagai jawaban, awalnya Eko merasa ada yang aneh. Namun Ia tepis jauh-jauh pikiran itu dari benaknya.

"Abang... duduk yang sopan dong. Jangan berdiri terus kayak gitu." Tegur Ratih pada Putra sulungnya itu.

"Iya Bun. Iya... nih Abang duduk" jawab Eko sembari duduk tepat di seberang Ridwan.

Felya yang baru saja masuk kedalam rumah pun terkejut dengan adanya Ridwan dan kedua orang tuanya.
Ratih yang melihat putri bungsunya itu tiba, pun tersenyum tulus. Kemudian Ia beranjak mendekati Felya yang mematung diambang pintu.

Dipeluknya tubuh putrinya itu. Felya semakin bingung.
Tak lama, Ratih mengakhiri pelukannya pada putrinya. Kemudian Ia berbisik.

"Sayang... kamu harus ramah yaa sama keluarga itu" bisikan dari sang Bunda membuat Felya makin bingung.

"Waahh... jadi ini rupanya gadismu Rat?" Tanya seorang wanita separuh baya itu. yang menurut Felya adalah Ibu dari Ridwan.

"Iya. Ini gadisku." Jawab Ratih sambil tersenyum. Kemudian pandangannya tertuju pada Felya "ayo Dek, salim dulu dong sama Beliau" perintahnya pada Felya yang lagi-lagi hanya mematung.

Dengan ragu Felya mendekati wanita separuh baya itu kemudian ia mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan wanita paruh baya yang sedang duduk dengan anggun itu. Felya tersenyum kaku. Sementara wanita itu tersenyum tulus. Membuat Felya sedikit lebih luluh. Ia menyukai sifat wanita itu. Bahkan senyumnya tak berbeda dengan sang Bunda. Meneduhkan dan penuh kasih sayang.

Setelah selesai bersalaman dengan kedua orang tua Ridwan. Felya duduk disamping Eko.

"Ini ada apaan sih Bang? Curiga deh gue" bisiknya pada Eko.

"Mana gue tau. Lo kira gue cenayang yang bisa tau apa aja." Jawab Eko

"Elahh Lo mah... gue serius tau bang." Bisik Felya lagi

" gue juga. Sstt... udah diem dengerin aja deh" jawab Eko

"Jadi bagaimana ini? Setuju kan?" Wanita separuh baya itu mengeluarkan suaranya lagi.

"Saya sih terserah bagaimana Ayahnya Felya saja" jawab Ratih kemudian melempar pandangannya pada suaminya, Roni.

"Ekhem.." Felya berdeham... "maaf sebelumnya. Felya potong pembicaraan kalian semua. Felya pengen tau aja sih... ini sebenernya ada apa sih Yah, Bun?" Tanya Felya pada kedua orang tuanya.

Roni tampak berpikir. Tak lama Ia bersuara
"Begini sayang... Kamu, akan ayah jodohkan dengan putra dari Beliau ini. Kami tau kalian masih dibawah umur. Lagi pula kamu tenang saja. Ayah tidak akan menikahkan kamu dalam waktu dekat ini. Kamu akan menikah nanti setelah kamu 18 tahun atau jika di umur 17 tahun kamu sudah siap. Kami akan dengan senang hati menikahkan kalian." Jelas Roni dengan tenang.

Tubuh Felya menegang. Bukannya apa, yang benar saja? Dia masih terlalu muda untuk berumah tangga. Mengurus dirinya saja Ia masih belum bisa. Bagaimana caranya Ia mengurus seorang suami? Apalagi pernikahan bukanlah hal yang mudah. Pernikahan pun bukan sekedar main-main harus penuh keyakinan bukan.?

Eko pun begitu. Ia terkejut.
"Ayah? Yang bener aja. Masa Felya yang dijodohin? Yah, Felya kan masih kecil. Ayah mau jodohin Felya sama Ridwan?" Tanya Eko beruntun pada Ayahnya

Mendengar nama Ridwan, Felya beralih memandang Ridwan.
"Ayah tau itu. Ayah hanya ingin ada orang yang sanggup menjaga adikmu, Eko. Dan ya... Ayah tidak menjodohkan adikmu dengan Ridwan. Melainkan dengan adik dari Ridwan" jawab Roni

Syukur deh bukan dia. -Batin Felya

"Menjaga Felya? Emang Ayah udah ngga sanggup lagi? Kalo iya, Eko aja yang jagain Felya Yah. Jangan jodohin Felya dong Yah" pinta Eko.

Sementara Felya?

DiLyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang