Pagi ini, rumah orang tua Felya sangat sepi. Roni dan Ratih baru saja pergi ke Bandara, mereka mendapatkan undangan pernikahan teman mereka untuk yang ketiga kalinya yang berada di luar kota bahkan di luar pulau tempat Felya dan keluarga besarnya tinggal.
Itulah sebabnya, Roni dan Ratih sengaja mencari jam terbang pesawat yang paling pagi.
Felya yang sedang asik membuat sarapan untuk kakak,suami dan tentunya untuk dirinya sendiri.
Eko yang baru saja keluar dari kamarnya segera mencari adik kesayangannya itu untuk meminta jatah sarapan."Selamat Pagi adek Abang yang paling tengil" Eko mencubit pipi Felya membuat empunya mengaduh kesakitan.
"Ih Abang... sakit." Felya mengusap pipi kanan jejak cubitan kakaknya itu.
"Bodo amad. Wlek" Eko mengambil selembar roti tawar kemudian memberikannya pada Felya
"Nih Fe, panggangin roti tawar buat Abang."
Dengan wajah yang cemberut Felya meraih roti tawar ditangan Eko, kemudian Ia mengoleskan sedikit mentega dan memanggang roti tawar itu.
Tidak butuh waktu lama, setelah roti panggangnya siap.
Felya langsung menyajikannya di piring dan memberikannya pada Eko."Bang, Feve boleh pinjem uang Abang ngga?"
Tanya Feve tiba-tibaEko menaikkan satu alisnya
"Buat apa?""Emm.. it..itu Bang, Feve mau beli sepatu." Jawabnya sedikit ragu
"Emangnya tabungan lo kemana?"
"Kemarin Feve pake buat kebutuhan di apart Bang, uang dari Gibran ngga cukup"
"Oh. Ya udah. Nanti ambil dilemari baju Abang kayak biasanya. Tau kan?"
"Eh.. ii..iya Bang tau kok. Makasih ya Bang"
"Sama-sama"
"Pagi Bang, pagi Fe" sapa Gibran
Ia sengaja keluar terakhir, hari ini rasanya Ia belum siap bertemu Felya. Masih ada rasa bersalah dalam hati kecilnya karna semalam telah membuat Felya menunggu lumayan lama.
"Dek, Abang ke sekolah duluan ya? Ntar kalo ada yang nyakitin lo, kasih tau Abang. Abang beresin nyawanya sekalian" ucap Eko tiba-tiba, kemudian bangkit dari duduknya, menatap tajam ke arah Gibran kemudian pergi menuju garasi di samping rumahnya.
Felya mengejar kakaknya itu. Meninggalkan Gibran sendirian di ruang makan Beruntung Eko belum melajukan motornya
"Kenapa?" Tanya Eko yang baru saja menyadari kehadiran Felya
"Lo nih kebiasaan, salim dulu kek. Ini main nyelonong aja" celoteh Felya
"Maaf. Lupa gue Dek. Ya udah nih cium tangan Abang lo yang paling kece ini" Eko menyodorkan tangan kanannya pada Felya.
Dengan kesal Felya mencium punggung tangan kanan kakaknya
"Nyesel gue ngingetin lo,Bang. Bukannya malu malah songong" cibirnya
"Bodo amad"
Eko menjulurkan lidahnya pada Felya kemudian tersenyum.
Eko menstater motornya dan melaju dengan kecepatan rata-rata.
"Hati-hati woii" teriak Felya dari teras rumah.
Meski Ia tau kemungkinan Eko tidak mendengarkannya.
Felya kembali ke ruang makan. Tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata milik Gibran, sedetik kemudian Felya memilih memutuskan kontak mata dengan Gibran lebih dulu

KAMU SEDANG MEMBACA
DiLya
OverigHanya sepenggal kisah cinta,persahabatan,dan kekeluargaan remaja SMK Warning! banyak kata pembuat mual,kram dibagian perut, dan sebagainya :") Cerita hanya fiktif belaka. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan dan embel-embel lainnya yang mel...