Aku mulai merasa bahwa siang dan malam bukan lagi pergantian hari. Melainkan pemacu rasa dihati yang akan atau bahkan sedang tersakiti.
Sementara Felya?
Ia hanya menunduk. Berharap bahwa penolakan Eko tentang perjodohan dirinya dengan adik dari Ridwan yang bahkan belum pernah Felya tau itu akan diterima oleh keluarganya ataupun keluarga Ridwan."Eko, ini bukan soal sanggup atau tidaknya Ayah menjaga adikmu. Hanya saja untuk saat ini, Ayah lebih percaya pada Adik dari Ridwan. Percaya Ayah Nak. Tidak ada seorang Ayah yang menginginkan putrinya disakiti pria lain. Ayah hanya ingin, bahwa Ayah sudah benar dengan menitipkan putri Ayah pada pria yang baik." Ujar Roni berusaha memberi pengertian pada kedua anaknya.
"Tetep aja Yah. Eko ngga setuju. Felya itu adik Eko. Adik satu-satunya Yah. Eko ngga mau Felya kecewa Yah. Rasa-rasanya Eko ngga yakin kalo dibalik perjodohan ini ngga ada sangkut pautnya sama bisnis Ayah." Eko mulai kehilangan kesabaran. Bahkan untuk menghadapi Ayahnya sendiri. Eko akui baru kali ini Dia berani berbicara seperti ini pada Ayahnya
Pun begitu dengan Felya. Ia mulai meneteskan air mata nya.
Nyatanya Ayah sekarang yang buat aku kecewa Yah...
Bang Eko, yang selama ini gue tau. Dia itu nyebelin, suka banget ganggu tidur gue, suka berantakin kamar gue, paling suka ganggu Qtime gue sama sahabat-sahabat gue. Ternyata dia yang paling peduli sama gue. Padahal gue belom pernah nunjukin perhatian gue ke dia. -batin Felya menyeruak.Eko yang melihat air mata Felya mulai menetes dengan segera Ia menyeka airmata adik kesayangannya itu.
Dipeluknya gadis yang notabene nya adalah adiknya itu dengan penuh rasa sayang."Lo ngga boleh nangis,Dek. Ada Abang yang peduli sama Lo." Bisiknya pada Felya, yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Felya
"Nak, mengertilah... tante mohon." Wanita separuh baya yang notabenenya adalah ibu dari Ridwan.
"Maaf Tante. Dengan segala hormat, saya ingatkan pada Anda bahwa Anda tidak punya hak memaksa Adik saya." Ucap Eko dengan menekankan kata Adik.
Roni yang mulai merasa malu dengan tingkah putranya memberi peringatan pada Eko.
"EKO! Jaga sikap kamu! Kalau kamu tidak suka dengan keputusan Ayah. Kamu boleh_ _ _ _""Boleh apa Yah? Ayah mau ngusir Eko?" Sahut Eko sebelum Roni menyelesaikan ucapannya. Semua orang diam, Ridwan ingin menenangkan sahabatnya itu. Namun. Ia mengurungkan niatnya itu.
"Abang..." suara lirih Felya membuat emosi Eko sedikit mereda.
"Begitu cara kamu bicara pada orang yang lebih tua?" Tanya Roni pada Eko.
Belum sempat Eko menjawab pertanyaan Ayahnya, seseorang datang.
"Assalamu'alaikum..." ucap orang itu.
"Wa'alaikum salam..." jawab semua orang. Ralat. Tidak semua hanya keluarga Ridwan dan orang tua Eko dan Felya. Sementara Eko dan Felya memilih diam.
"Nahh... ini putra bungsu saya" ucap Ibu Ridwan berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Silahkan masuk Nak. Kemari lah, kami sudah menunggumu." Ratih mempersilahkan putra bungsu Al-Aziz itu masuk
"Maaf Om, tante saya datang terlambat." Ucapnya sambil bersalaman dengan keluarga Felya kecuali dengan Eko dan Felya tentunya.
"Tidak apa-apa. Yang penting kamu sekarang sudah datang." Ujar Ratih
"Nah.... Nak Felya, perkenalkan ini putra bungsu kami. Panggil saja Gibran" ibu Ridwan memperkenalkan putra bungsunya itu
Felya yang sedari tadi menunduk mendongakkan kepala nya untuk melihat siapa calon suaminya itu.
Deg...
Ketika tatapan mata mereka saling bertemu
Felya terkejut begitu pun dengan Gibran.
Ia tak menyangka akan dijodohkan dengan gadis yang menurutnya manja itu. Pun begitu dengan Felya.
Ia tak menyangka Ia akan dijodohkan dengan pria sedingin es di kutub selatan atau bahkan lebih dingin dari es yang ada di kutub selatan."Ayo dong kenalan" ujar Ratih pada kedua remaja yang menurutnya baru pertama kali berjumpa.
"Ngga perlu tante." Jawab Gibran santai
Baguslah kalo lo ngomong gitu. Gue juga males kenalan sama lo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DiLya
AcakHanya sepenggal kisah cinta,persahabatan,dan kekeluargaan remaja SMK Warning! banyak kata pembuat mual,kram dibagian perut, dan sebagainya :") Cerita hanya fiktif belaka. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan dan embel-embel lainnya yang mel...