kenapa?

22 2 0
                                    

Sebelum baca. Plisss.... kalo ada typo, tolong kasih tau author yups.. biar bisa dibenerin. Aku bakalan seneng banget kalo kalian juga ikut andil buat perbaiki cerita ini. 😌🤗😙😉

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Sepenggal kisah kelam dimasa silam
Tak akan mengubah keadaan yang ada
Atau mungkin akan membuat kita semakin tenggelam


Hari-hari terasa begitu cepat berlalu. Cahaya di pagi hari ini membuat seorang gadis mungil itu enggan untuk beranjak dari singgahsana nya. Ia masih terlalu nyaman dengan selimut ungu nya yang tebal dan hangat. Hingga seseorang datang dan mengacaukan tidurnya.

'Dia ,.. cantik. Tapi. Sayang manja'  batin Gibran.

Yaa.. dia. Gibran. Suami dari Felya. Entah ada kesalahan takdir atau apa. Hingga seseorang yang penyayang bersanding dengan seseorang yang cuek atau bahkan lebih terkesan dingin.

Felya. Baru saja resmi menjadi seorang istri dari anak pengusaha yang cukup atau bahkan sangat kaya. Entahlah. Definisikan saja sendiri. Ini adalah hari kedua setelah Ia resmi menjadi seorang istri dan ini adalah hari terakhir untuk berada dirumah orangtua nya sendiri.

"Lya.. Bangun" Gibran menepuk pundak Felya.
Sedangkan empunya malah diam. Tak bereaksi apapun.

"Lo mau bangun sekarang atau gue siram nih?" Ancam Gibran pada Felya.

Bukannya tidak mendengarkan suami. Felya rasanya hari ini sedang tidak ingin kemana-mana. Cukup didalam kamar dan selimut miliknya ini.

"Oke! Terserah Lo mau bangun atau engga. Gue bakal turun ke bawah buat sarapan bareng keluarga lo kalo Bunda nanya. Gue tinggal bilang aja. Anak gadisnya ngga mau nurut sama suaminya sendiri." Dan rupanya ancaman Gibran kali ini berhasil membuat Felya terbangun dari tidurnya yang nyenyak.

"Nghh... Lo apa-apaan sih? Ngancem mulu bisa nya. Heran gue sama lo. Cowok tapi hobi ngancem." Gerutu Felya.

"Dih... dasar istri durhaka" sontak Felya melotot mendengar ucapan Gibran.

"Dasar Lo suami laknat" ucap Felya sembari melempar bantal pada Gibran. Dan untungnya dengan sigap Gibran menangkis bantal tersebut.

"Terserah. Gue mau sarapan" Gibran balik badan hendak melangkah kemudian ia menoleh ke arah Felya

"Jangan lupa. Kemasin barang-barang lo. Abis itu kita pindah ke apartemen papa" Gibran mengingatkan Felya. Kalau-kalau Felya lupa jadwal hari ini.

"Emang kita beneran jadi pindah?" Tanya Felya memastikan bahwa ini salah.

"Menurut Lo?" Kemudian Gibran melangkah keluar kamar dan menuju ruang makan.

Sementara itu. Di dalam kamar. Felya menghembuskan napasnya... rasanya Ia masih ingin tinggal dan berada di rumah ini.

Tapi. Apa boleh buat. Ini sudah kewajibannya mengikuti kemana suami pergi selama itu benar.

***

"Kalian jangan sungkan yaaa buat kabarin kami kalau ada apa-apa?" Tanya Ratih.

"Iya Bunda. Tenang aja." Jawab Felya.

Ratih menatap wajah putrinya. Dalam. Sangat dalam. Ia tak menyangka gadisnya. Putri satu-satu nya ini akan di pinang oleh seseorang secepat ini. Ia masih merasa ini hanya mimpi.

"Gibran. Jaga Felya ya,Nak? Dia permata Bunda" pesan Ratih pada menantunya itu.

Gibran tersenyum tulus.kemudian "pasti Bun. Bunda ngga perlu khawatir"

Roni tahu apa yang dirasakan istrinya. Ia sangat tahu betul. Ia pun merasakannya. Kini Ia harus rela, putrinya dijaga oleh pria lain.

"Jadi istri yang shalihah yaa Nak? Nurut sama suami. Jangan nyakitin perasaan suamimu ya Nak? Ayah sayang kamu" ucap Roni pada putri bungsunya itu sembari mencium pucuk kepalanya.

"Iya Yah. Do'ain Felya ya Yah??" Pinta Felya pada ayahnya

"Pasti Nak. Pasti ayah do'a kan kalian." Jawab Roni

Begitu selesai berpamitan. Gibran segera memasukkan barang-barang yang akan mereka butuhkan ke dalam bagasi mobil. Kemudian Ia segera masuk ke dalam mobil.
Felya sudah duduk manis di dalam.

Gibran melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sekali lagi, Felya menoleh ke arah rumah orangtuanya yang memiliki banyak kenangan untuknya.

Sepanjang perjalanan. Hanya ada keheningan diantara mereka hingga suara Gibran yang memulai pembicaraan memecahkan keheningan.

"Lo kenapa?" Melihat Felya sedari tadi diam saja membuat Gibran penasaran.

"Ngga papa." Jawab Felya singkat sambil menatap ke arah luar jendela

"Bohong!" Ucap Gibran tak percaya.

"Kenapa gue harus bohong sama lo?" Tanya Felya

"Kalo lo ngga bohong. Ngga mungkin lo jawab pertanyaan gue singkat. Lo kan orangnya banyak ngomong. Galak. Manja lagi"

Mendengar penuturan Gibran tentang dirinya yang manja. Membuat Felya kesal, tentu saja dia tidak terima di sebut manja.

"Manja? Kalo gue manja. Gue ngga akan mau tinggal di apart apalagi sama lo!" Felya menyilangkan kedua tangan di depan dada nya.

Gibran melirik Felya melalui sudut mata nya. Marah. Itu yang saat ini Gibran lihat tentang Felya dari lirik mata nya.

Gibran memilih diam dan beralih fokus menatap jalanan yang mulai ramai.




Holaaa??? Gimana part ini? Belum greget ya? Bingung kok tiba2 Gibran sama Felya udah jadi pasutri? Wkwkwkkk... sengaja sih author buat gitu.

Terus pantau perkembangan update dari Dilya ini yaaaaa???? Jangan lupa Vote dan sarannya d komen.

DiLyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang