Tidak ada jarak diantara kita, meski yang sebenarnya
Kita memiliki banyak jarak yang terbentang panjang
Dan enggan membiarkan kita tanpa jarak.
•••°°Dilya°°•••Gibran membaringkan tubuhnya di ranjangnya yang letak nya disebelah ranjang Felya.
'Miris banget hidup gue. Udah nikah dijodohin. Dicepetin juga pernikahannya. Eh sekarang? Satu kamar kalo ngga satu ranjang buat apa?' Gibran membatin. Dan setelah itu Gibran memukul kepalanya. Ia merasa bodoh telah memikirkan hal itu.
Gibran mulai memejamkan matanya. Berharap besok hari yang indah untuknya.
****
04.08 pagi
Felya sudah bangun, ini sudah menjadi kebiasaannya bangun di pagi hari. Ia menyiapkan segala keperluan sekolahnya. Mulai dari jadwal buku pelajaran,seragam,kaos kaki, dkk nya.
Jam masih menunjukkan pukul 04.15 melihat Gibran yang masih nyaman dengan dunia mimpinya membuat Felya gemas. Bagaimana bisa seorang kepala keluarga memiliki kebiasaan buruk seperti ini?
Felya menarik selimut Gibran dan mengguncangkan pundaknya. Merasa di ganggu tidurnya Gibran pun bangun kemudian beranjak dari ranjangnya. Felya senang Gibran cukup peka dan mengerti maksudnya tanpa perlu Ia katakan.
Tapi itu tidak bertahan lama. Ternyata Gibran justru kembali tidur namun kali ini Ia tidur di ranjang Felya yang sudah di rapikan oleh empunya.
Sontak saja Felya melotot 'jadi lo bangun cuma buat pindah tempat tidur doang?!' Batin Felya. Tentu saja Ia tidak terima ranjangnya yang sudah rapi itu justru dibuat berantakan karna ulah Gibran yang tidur diatas ranjangnya.
Dengan perasaan yang menggebu ingin menampar suaminya itu Felya mendekati Gibran baru saja Ia hendak menamparnya. Ia teringat pesan Ayahnya. Agar Ia menjadi istri shalihah.
Felya menghela napas nya pasrah. Apa boleh buat? Ia harus berbuat baik pada suaminya ini.
Felya mengelus dadanya. Berharap kesabaran berpihak padanya mulai pagi hari ini dan seterusnya.
"Gibran.. Bangun dong. Shalat subuh dulu... iihhkk... berat banget sih badan Lo?" Felya masih berusaha membangunkan suaminya ini.
"Ngghhh... jam berapa sih? Masih dingin nih. Ntar aja deh setengah enam gue shalat nya." Racau Gibran dengan mata yang masih terpejam.
"SETENGAH ENAM?!" Teriak Felya marah. Habis sudah kesabarannya.
Apa-apaan ini? Shalat subuh setengah enam? Kalau Dia kesiangan mungkin akan ada pengecualian. Tapi ini? Dia sengaja. Meski baru niatnya, tetap saja Felya tidak bisa membiarkan Gibran terus seperti ini.
Mau jadi apa kedepannya keluarganya? Meski sebenarnya Ia tidak tahu harus seperti apa memperlakukan Gibran. Disatu sisi Felya mengagumi laki-laki lain. Tapi disisi lainnya Felya tidak bisa menolak perjodohan ini. Demi nyawa seseorang. Bahkan demi membuat Ayah dan Bunda nya senang. Felya berusaha ikhlas.
Suara melengking Felya membuat Gibran terbangun.
"Bisa ngga sih lo itu lebih lembut bangunin suami lo ini?"
"Gue udah berusaha lembut yaa.. cuma lo nya aja yang ngga tau jidat. Gue ini istri lo. Bukan pelayan lo." Ucap Felya membela diri.
"Hmm" jawaban singkat Gibran membuat Felya semakin gemas...
"Buruan bangun, mandi, wudhu, terus shalat." Perintah Felya
"Ya". Malas berdebat Gibran memilih mengalah dan segera melakukan apa yang diperintahkan Felya.
****
Selesai shalat Gibran pergi ke dapur. Perutnya sudah meronta meminta diisi makanan.
"Lo ngga shalat?" Gibran berusaha membuka percakapan.
"Ngga" jawab Felya yang sedang dibuk dengan perlengkapan masaknya.
"Kenapa?" Entah kenapa setelah menikah Felya merasa bahwa Gibran sekarang lebih cerewet daripada biasanya.
"Lagi Udzur" jawab Felya
"Oh. Ohiya... Lya, lo ngga lupa kan kalo hari ini kita bakal nginep di rumah mama?" Gibran berusaha memastikan bahwa Felya tidak lupa.
"Iya. Daripada lo cerewet. Mending sekarang lo diem terus sarapan. Nih.." ucap Felya sembari menyodorkan sepiring nasi goreng lengkap dengan telur dan ayam gorengnya.
"Makasih" Gibran dengan senang hati menerima sarapannya.
Mereka sarapan dengan suasana yang hening. Tidak ada kehangatan. Atau mungkin belum.
Haiiiii???? Gimana nihhh part yang ini? Belom greget ya?
Hmm?? Gimana kalo next part author minta pendapat kalian buat visualnya Gibran sama Felya??

KAMU SEDANG MEMBACA
DiLya
AcakHanya sepenggal kisah cinta,persahabatan,dan kekeluargaan remaja SMK Warning! banyak kata pembuat mual,kram dibagian perut, dan sebagainya :") Cerita hanya fiktif belaka. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan dan embel-embel lainnya yang mel...