Tiga

237 27 18
                                    


"Lo ngapain di sini?"
"Jemput Lo."
"Sepagi ini?"
"Biar gak telat."

Caca menghela napas, lalu melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Atta yang melihatnya hanya diam, nanti Caca juga akan kembali dengan sendirinya. Sambil menunggu kembalinya Caca, diseduhnya teh hangat yang dibawakan oleh Tante Warti. Entahlah, sejak kejadian malam pergantian tahun baru, Atta bertekad untuk mendekati Caca kembali. Walau ia tahu itu tidak semudah saat ia mendekati Caca beberapa bulan yang lalu.

"Mau jemput Caca, Ta?" Atta mendongakkan kepalanya, terlihat sosok Rian berdiri didekatnya.

"Iya, Lo mau jemput Caca juga?"
"Iya, tapi kalau dia mau bareng gue."
"Pasti maulah, secara Lo kan pacarnya."
"Gak usah pakai akting segala, Lo tahu kan kalau gue sama Caca udah putus."
"Lo putus sama Caca?" tanya Atta berpura-pura tidak tahu.

Rian tertawa mendengar pertanyaan Atta yang tidak perlu ia jawab. "Iya dan Lo tahu itu," jawab Rian yang masih diakhiri tawaannya, "gue tahu, selama gue pacaran sama Caca, Lo selalu ngikutin kemana pun gue ngajak Caca."

"Lo tahu dari mana?" ucap Atta dalam hati, "ngapain juga gue ngikutin Lo sama Caca, kayak gak ada kerjaan lain."

Rian tertawa sedikit keras dari yang tadi, "akting Lo kurang bagus, Lo butuh privat biar gue percaya sama akting Lo."

Lalu pandangan Rian dan Atta tertuju pada suara sepatu yang terjatuh. "Kamu ngapain dateng kerumahku?" tanya Caca sambil menggunakan sepatunya.

Rian dan Atta saling tatap menatap. Keduanya bingung, pertanyaan yang Caca lontarkan untuk siapa. Caca mendongakkan kepalanya, menggendong tasnya, lalu berdiri. "Mau jemput aku kan? Ayo, nanti telat," ucap Caca kemudian berjalan menuju pekarangan rumah. Tepatnya menuju pada motor item manis milik Atta.

Rian tersenyum, dirinya tahu jika Caca ingin membuatnya cemburu. "Caca, maunya sama lo. Kalau gitu gue duluan," ucap Rian pada Atta. Lalu cowok itu melangkahkan kakinya, melewati Caca dengan tidak lupa tersenyum kepada gadis itu. Tanpa basa-basi Rian segera mengendarai motornya.

Atta melangkah mendekat kepada Caca yang pandangannya masih tertuju pada kepergian Rian. "Kenapa gak bareng sama pacar Lo?"

Caca tersentak kaget. Karena terlalu fokus kepada Rian yang pergi meninggalkan senyuman manis, hingga dirinya lupa akan kehadiran Atta. "Dia bukan pacar gue. Hmmm...gue nebeng boleh gak?"

"Sangat boleh. Itu tujuan gue datang pagi-pagi ke rumah Lo," jawab Atta dengan merendahkan suaranya pada kalimat terakhir.

Caca tersenyum paksa. "Tapi, Lo jangan berpikir kalau gue ada hati sama Lo."

"Enggak kok," ucap Atta.
"Bagus deh."

"Gue tahu Lo masih ada hati buat gue, Ca."

~·~

Setelah mengecek penampilannya di kaca spion motor, Atta turun. Dia sedikit terkejut melihat Caca masih berdiri di samping motornya. "Ngapain lo masih di sini?"
"Nungguin lo. Ayo," ucap Caca dan tanpa pamit menggandeng tangan Atta.

Diperlakukan seperti itu, Atta diam. Cowok itu malah menggenggam tangan Caca semakin erat, membuat Caca sedikit risih. Jika bukan karena ingin membuat Rian cemburu, Caca tidak akan melakukan hal bodoh seperti ini. Lihat, sekarang dirinya dan Atta menjadi pusat perhatian. Terdengar bisik-bisik mereka yang mengatakan...

"Caca jalan sama Atta?"

"Emangnya Caca putus sama Rian?"

AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang