Sepuluh

124 13 0
                                    

"Menurut lo, gue harus kasih hadiah apa, Em?" tanya Caca sambil berjalan melewati beberapa tokoh pakaian.

"Emang si Atta suka apa?" tanya Emi dan Caca mengangkat pundaknya, "masak lo gak tahu? Eh...dia kan sukanya lo. Berarti lo gak perlu ngasih hadiah, lo ingat aja dia pasti suka."

Caca menghiraukan perkataan Emi. Gadis itu memasuki sebuah toko pakaian. Melihat-lihat sweater yang mungkin bisa ia berikan sebagai hadiah untuk Atta. Hingga akhirnya ia tahu akan memberikan apa.

~•~

5 menit lagi, ucap Atta dalam hati.

Iya, 5 menit lagi umurnya genap 18 tahun. Atta tahu tidak ada hal spesial yang akan ia dapatkan. Tidak akan ada ucapan dari orang spesial. Walau ia masih saja berharap jika gadis itu mengingat dan memberinya ucapan secara langsung maupun tidak langsung.

Apa yang diharapkan oleh Atta mungkin terkabul, karena....

5 menit lagi, ucap Caca dalam hati.

Jam menunjukkan pukul 23:55 dan Caca belum menutup matanya. Gadis itu sedang sibuk membungkus hadiah. Hingga akhirnya jam menunjukkan pukul 00:00. "Selamat ulang tahun, Atta. Semoga gue yang pertama kali ngucapin buat lo dan semoga lo dengar dari sana," ucap Caca dengan wajah cerianya lalu membaringkan tubuhnya setelah selesai membungkus hadiah.

~•~

Dengan kaos coklat dan celana putih, Caca berjalan dengan kaki gemetar menuju rumah sederhana yang belum pernah ia kunjungi. Untuk pertama kalinya ia ke sana dengan keberanian yang entah ia dapatkan darimana. Tangannya menekan bel. Sambil menunggu seseorang membukakan pintu.

"Kak Caca!"

Caca tersenyum melihat Dewita yang terkejut melihat kedatangannya. Gadis itu memeluknya lalu menyuruhnya untuk masuk. "Gak usah masuk, Dew. Di luar aja," ucap Caca yang malu jika nantinya bertemu dengan orang tua Atta.

"Gapapa, Kak. Ketemu sama camer kok malu," kata Dewita menarik Caca agar masuk ke dalam. Tidak bisa memberi alasan lain lagi. Ia pun telah masuk ke rumah Atta. Dari tempat ia berdiri, di sana ia bisa melihat seorang wanita cantik sedang mempersiapkan meja makan.

"Ayo kak!" seru Dewita agar Caca mengikutinya.

Hana terkejut kala melihat seorang gadis cantik datang ke rumahnya. Caca mencium tangan Hana kala ia sudah berdiri di depan Mama Atta itu. "Assalamualaikum, Tante. Saya Caca teman Atta."

"Waalaikumsalam. Oh ini yang namanya Caca. Lebih cantik dari yang Tante lihat di kamar Atta," ucap Hana sambil menangkup wajah Caca.

Mendengar ucapan Hana, Caca hanya tersenyum. "Attanya ada, Tante?"

"Kak Atta lagi pergi. Tapi, Kak Caca jangan pulang dulu. Mau kan malam di sini?" tanya Dewita sambil memegangi lengan Caca.

Makan malam bersama keluarga Atta? Itu bukanlah hal yang pernah Caca bayangkan sebelumnya. Tapi ia tidak bisa menolak begitu saja. Ia pasti bisa. Semangat.

Caca merasa kikuk saat Papa Atta telah bergabung bersama di meja makan. Awalnya terasa menakutkan. Tapi lama kelamaan, Caca bisa melihat ada diri Atta di sana. Mungkin sifat Atta diwariskan dari sang Papa. Sesekali Haki juga mengajak Caca berbincang, tertawa bersama. Sungguh, ini jauh lebih beda dari yang Caca bayangkan.

AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang