Caca menyebutkan makanan atau minuman yang akan ia pesan sambil melirik Dani. Cowok itu terlihat sedang melihati pelayan Kafe yang tengah menulis apa yang Caca ucapkan. "Sudah itu saja dulu," kata Caca menutup buku menu dan memberikannya kepada pelayan.
Pelayan itu mengangguk lalu berjalan pergi. Caca curiga akan mata Dani yang tidak berhenti mengikuti kepergian pelayan yang bisa dibilang cantik. "Yah gitu kalau jomblo udah akut, liat cewet cantik aja mata sampai gak kedip," sindir Caca yang bisa di dengar oleh Dani.
"Lumayan tuh cewek kalau jadi pacar gue."
"Masalahnya dia mau gak sama lo."
"Pasti maulah. Gue kan ganteng."
"Idih narsis."Dani tersenyum. Jika soal ketampanan, dia memang jauh di bawah Atta maupun Kiki. Tapi kesetiaan, itu tidak perlu diragukan lagi. "Eh, Ca. Lo masih jadian sama Rian?"
"Hmm?" tanya Caca sambil mengangkat kepalanya. Lalu gadis itu menggeleng.
"Jadi si Atta itu salah paham. Dasar tuh anak."
"Kenapa emang?" tanya Caca tetapi matanya fokus pada layar handphone.
"Dia kira lo masih pacaran sama Rian, mangkannya dia ngejauh."
"Si Atta kan udah punya pacar."Mata Dani melotot. Atta punya pacar? Kenapa dirinya tidak tahu. "Darimana lo tahu? Siapa pacarnya Atta?"
"Loh sahabatnya masak gak tahu," kata Caca yang cuek dan malas membahas tentang Atta. "Gue lihat beberapa hari ini dia lagi deket sama cewek dan kayaknya sih mereka pacaran."
"Maksud lo Claudya?" Caca mengangguk. Dani tertawa membuat Caca meliriknya dengan tajam. "Apanya yang lucu?"
"Cieee....cemburu nih," ejek Dani membuat Caca kesal. Dengan tegas gadis itu membantah. "Kalau misal nih, si Atta gak pacaran sama Claudya lo bakal apa?"
"Gak bakal apa-apa. Gue udah gak suka sama Atta," jawab Caca yang entah benar atau suatu kebohongan.
~•~
Atta bingung kala Claudya mengajaknya pergi ke sebuah rumah mewah yang pastinya itu bukan rumah adik sepupunya itu. Tak mau memikirkannya, Atta hanya ikuti saja langkah Claudya. Setelah beberapa menit Claudya menekan bel, seorang wanita cantik keluar dan menyambut Claudya dengan ramah. Dari yang Atta lihat keduanya begitu dekat. "Bunda ini Atta, kakak sepupu aku."
Arin tersenyum pada Atta lalu menyuruh kedua remaja itu masuk ke dalam. Kini Atta duduk sendirian di ruang tamu. Claudya dan wanita yang dipanggil Bunda tadi pergi ke dapur. Daripada bosan, Atta membuka handphonenya, masuk pada dunia maya. Tidak ada yang seru. Hingga sebuah instastory dari akun sahabatnya membuat ia terkejut. Di instastory yang baru saja di pos, terlihat Dani yang sedang berfoto bersama seseorang yang sampai kini masih saja ada dipikirannya. Kepo akan apa yang keduanya lakukan, Atta menulis balasan pesan. Lo ngapain main sama dia?
"Atta!"
Mendengar namanya dipanggil, Atta mendongakkan kepalanya. Yang kini ia dapati adalah Rian. Tunggu. Kenapa Rian ada di sini?
"Kaget banget lihat wajah gue," kata Rian yang lalu duduk di samping Atta.
"Ini rumah lo?"
"Claudya gak bilang?"
"Sejak kapan lo kenal sama adik sepupu gue?"
"Sejak adik sepupu lo sering main ke rumah gue."Atta baru ingat jika Claudya pernah bilang bahwa ia berteman dengan Tito. Dari fakta itu bisa disimpulkan bahwa Tito mungkin saja mengajak Claudya pergi ke rumah Rian dan mengenalkan Claudya pada Rian. Kenapa bisa rumit seperti ini?
"Lo gak kangen sama Caca, Ta?"
"Ha? Lo ngapain nanya itu ke gue?"
"Malah balik tanya. Tinggal jawab iya atau enggak."
"Iya."
"Gak mau deketin lagi nih?"
"Gue gak bakal rebut cewek yang statusnya pacar orang."Rian tersenyum. Benar dugaannya jika Atta mengira bahwa ia dan Caca balikan. "Gue sama Caca udah putus."
"Sejak?"
"Sejak lo pergi waktu dengar gue bilang oke, kita balikan."
"Lo tahu gue waktu itu?" tanya Atta dan Rian mengangguk.
"Cuma dengar 1 kalimat gitu lo langsung pergi. Lo gak tahu selanjutnya apa yang terjadi antara gue sama Caca."
"Apa emang?""Oke, kita balikan."
Caca berusaha tersenyum lalu dengan hati yang sudah terasa membaik gadis itu berkata, "kita putus yah. Maafin gue yang gak bisa balas cinta lo."
Rian mengangguk lalu memeluk Caca. Hari itu keduanya resmi putus dan hubungan mereka akan sama seperti dulu. Hanya sebatas teman.
"Jadi lo gak balikan sama Caca?"
Rian menggeleng, "dia sukanya sama lo. Beberapa hari yang lalu dia jujur ke gue. Menurut gue lo deketin Caca lagi, Ta."
"Bener tuh kata Rian. Cemen kalau lo nunggu dia deketin lo," kata Claudya yang tiba-tiba saja datang.
"Emang lo gak masalah kalau gue deketin Caca lagi?" tanya Atta pada Rian.
"Cuma lo yang bisa deketin Caca, Ta."
"Oke, gue bakal deketin dia. Tapi..."
"Gue bakal bantu, Ta," ucap Claudya.~•~
Atta memegangi sweater yang ia dapat dari pemberi misterius beberapa hari lalu. Sudah berkali-kali Atta bertanya pada Dewita, tapi adiknya tidak mau menjawab. Menurut Atta, ia yakin jika Caca yang memberikannya. Karena hanya Caca yang memanggilnya At.
"Apa iya kamu masih menyukaiku? Aku masih tak yakin akan itu."
Hana menyentuh pundak putranya. "Kalau kamu sendiri masih gak yakin, gimana kamu mau yakinin Caca?"
"Mama?" Hana duduk di sebelah Atta. Mengambil sweater yang sedari tadi di pegang oleh sang anak. "Kalau kamu masih gak yakin kalau Caca masih menyukaimu, maka kamu tidak sepenuhnya mengerti Caca. Karena tidak keyakinanmu, rasa yang kamu pendam itu tidak akan bisa kamu ucapkan."
"Waktu hari ulang tahun kamu, Caca datang ke sini. Yang pastinya dia mau ketemu kamu. Karena kamu gak ada, Mama ajak dia makan malam bersama. Dan Mama yang lihat sendiri, Caca titipin hadiah untukmu pada Dewita."
Jujur saja Atta terkejut. Caca mengingatnya? Dan jika begitu sweater itu pemberian dari Caca? Mendengar fakta bahwa Caca mengingat hari ulang tahun membuat Atta senang. "Menurut Mama, Atta harus apa?"
"Pertanyaan gitu masih kamu tanyakan ke Mama?" Atta tersenyum lalu menggeleng. Dia tidak perlu bertanya pada siapa pun termasuk sang Mama, karena ia sendiri tahu apa jawaban dari pertanyaan itu.
"Kalau gitu Atta tanya ke Mama."
"Apa?"
"Menurut Mama, Caca orangnya gimana?"
"Dia gadis yang cantik, baik, ramah, dan banyak hal positif lainnya."
"Cocok gak sama aku?"
"Gimana yah? Menurut Mama sih, gak cocok. Kasian Caca dapet cowok kayak kamu," jawab Mama sambil mendorong kening Atta dengan jari telunjuk.Atta tertawa. Memang sebenarnya ia tidak cocok dengan Caca. Tapi bagaimana lagi, Caca jatuh hatinya pada dia. Bukannya Atta geer, memang fakta jika Caca lah yang duluan punya rasa.
~•~
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir
Teen Fiction[Sequel dari Kau] (Sudah Tamat) "Bagaimana bisa menjadi akhir yang indah, jika kau saja hanya diam." Menjalin hubungan dengan Rian, ternyata masih belum bisa membuat Caca melupakan Atta. Ditambah lagi, hubungannya dengan Rian juga entah mau dibawa k...