Sembilanbelas

148 11 0
                                    

Sudah 2 minggu lebih setelah Ujian Nasional berakhir. Kini para murid kelas 12 yang sudah dinyatakan 100% lulus kembali lagi ke Sekolah untuk mengambil SKHUN. Banyak dari mereka yang pulang dengan wajah ceria dan banyak pula yang pulang dengan wajah putus asa.

"Hitungan ketiga buka sama-sama yah," kata Emi kepada Caca, Atta, Kiki, dan Dani.

"Satu..."

Semua mulai bersiap akan selembar kertas yang terlipat rapi.

"Dua..."

Jantung mulai berdetak dengan cepat. Satu sisi mereka penasaran akan nilai mereka dan satu sisi lain mereka takut jika nilai itu akan mengecewakan.

"Tiga..."

Hasil nilai ujian nasional mereka telah mereka lihat dengan kedua mata mereka. Caca, Emi, dan Kiki memberikan wajah ceria. Lain halnya dengan Atta dan Dani yang hanya tersenyum kecut. "Udah ketebak nilai gue pasti gak jauh beda sama SMP," celetus Dani.

"Danem lo 32 berarti rata-rata lo 80, Ki. Itu udah bagus kali," kata Emi yang kebetulan berada di sebelah Dani.

"Target nyokap gue 36. Gue bisa di ceramahin. Coba aja waktu SMP danem gue gak bagus-bagus amat, pasti nyokap gak bakal ngasih target segitu," kata Dani yang sedikit kecewa akan nilainya.

"Penting lulus, Dan," celetuk Atta sambil memasukkan kertas yang telah ia lipat kembali ke dalam saku seragamnya.

Kelimanya kembali ceria. Tidak memperdulikan nilai yang tidak memenuhi target. Karena mereka yakin, kesuksesan bisa mereka capai asal ada usaha. Tidak perduli nilai rendah, tidak masuk jurusan yang diincar, terpenting mereka terus berusaha.

Selepas dari Sekolah, Atta mengajak Caca jalan-jalan ke tempat biasanya. "Kamu puasa kan, Ca?"

"Iyalah. Emang kamu gak puasa?"

"Puasa. Cuma tanya aja, kali aja kamu lagi halangan," jawab Atta sambil membaringkan tubuhnya. Terik matahari membuat ia menutupkan kedua mata.

"At, gak panas tiduran di situ?"

"Gak," jawab Atta walau pada akhirnya ia hanya bertahan selama 2 menit.

"Gila, panas banget."

"Kamu sih aneh-aneh. Tidur itu di rumah."

Setelah itu keduanya sama-sama diam. Menikmati pemandangan kota Surabaya yang terlihat indah dari atas rooftop. Jam menunjukkan pukul 14.00, menandakan mereka telah berada disitu hampir 1 jam. "At, turun yuk. Panas juga lama-lama di sini."

Keduanya pun turun. Memutari Mall hanya untuk melihat-lihat saja. Hingga akhirnya Atta mengajak Caca untuk menonton film. "Nonton film aja, biar sekalian nanti buka di sini. Mau kan?"

Caca tidak menolak. Dia juga bosan jika hanya berkutat dengan buku-buku dan laptop dirumah. Yang nantinya sang Mama akan mengomelinya karena hanya berdiam diri di kamar tanpa mau menemani sang Mama menonton tv.

~•~

Film telah berakhir setengah jam yang lalu dan kini mereka telah selesai menunaikan shalat Ashar. Keduanya berjalan mencari tempat makan yang pas sambil menunggu buka. "Situ aja, At!" tunjuk Caca pada sebuah meja yang kosong. Mereka duduk bersebrangan di meja itu. Buka kurang 20 menit lagi dan mereka telah memesan makanan.

"Udah izin Mama kan kalau gue ajak main?"
"Udah. Mama bilang, harusnya kamu ajak aku pulang dulu. Izin langsung dan aku disuruh mandi dulu."
"Kamu gak mandi aja aku tetep suka."
"Beneran? Kalau aku gak mandi seminggu?"
"Nanti aku mandiin," celetuk Atta yang sukses membuat Caca memberikan ekspresi jijiknya.

AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang