Enam

154 16 0
                                    

Atta mulai bosan. Sudah 1 jam lebih dirinya menunggu Rian di tempat yang sudah ia tentukan. Tapi cowok itu tak kunjung datang.

Benar. Hari ini adalah hari ulang tahun Rian. Dan karena hal itu Atta harus repot seperti ini. Jika bukan Caca yang menyuruh, maka Atta tidak akan mau.

"Sorry, lama." Atta menoleh saat mendapat tepukan dipundaknya. Cowok itu hanya mengangguk lalu berjalan. Rian pun hanya mengikuti kemana Atta berjalan. "Muka lo serem banget sih, Ta? Kayak mau makan gue aja," kata Rian dengan suara kecil diakhir kalimat.

Yang diajak bicara tidak menjawab, hanya melirik sebentar. Sampainya dilantai enam Atta mengatakan jika ia akan pergi ke toilet dan menyuruh Rian untuk pergi duluan. "Lo ke rooftop duluan sana! Gue mau ke toilet," ucap Atta lalu berjalan memasuki toilet tanpa menunggu jawaban dari Rian.

Setelah 1 menit dirinya diam di dalam toilet, Atta keluar. Memastikan Rian menuruti perintahnya. Benar saja, lelaki itu sudah pergi.

Atta: Gue udah suruh Rian naik ke rooftop. Lo siap-siap.

Calon Pendamping: oke thx. Ntar lo nyusul yah.

"Hah nyusul, ogah gue," batin Atta lalu melangkah pergi.

~•~

Rian telah sampai di rooftop dan betapa terkejutnya dia melihat seorang gadis cantik berjalan mendekatinya dengan membawa kue ulang tahun. Suaranya terlihat lembut saat menyanyikan lagu. Hati Rian terenyuh mendengarnya.

Ditiupnya lilin berangka 18 setelah ia mengucapkan wish yang berbunyi, "Tuhan, tolong buat gadis manis di depanku ini selalu ceria, walau bukan denganku."

"Selamat ulang tahun Rian, gue harap lo selalu menjadi Rian yang gue kenal," ucap Caca.

"Makasih."
"Untuk hadiahnya gue bakal ngabulin satu permintaan lo."
"Beneran?" tanya Rian dan Caca mengangguk. Dengan hati-hati Rian menaruh kue itu dipembatas rooftop. Lalu menarik kedua tangan Caca agar sedikit mendekat dengannya. Tanpa ragu Rian mendekatkan bibirnya, "kalau peluk boleh gak?"

Caca bersyukur saat apa yang ia pikirkan tidak terjadi. Sungguh dirinya sangatlah mesum. Bisa-bisanya ia berpikir Rian akan menciumnya. Seperti janjinya, Caca pun memeluk Rian. Terasa hangat namun berbeda. Pelukannya dibalas oleh Rian. Entah memang karena hidungnya yang terlalu pesek atau karena apa, ia sulit untuk bernapas.

"Gue sayang sama lo, Ca. Makasih buat waktu yang lo kasih. Itu sangat berharga. Cuma satu yang gue ingin dari lo," ucap Rian berhenti sejenak, "jangan pernah lupain gue."

~•~


Air mata itu turun. Tapi ia tidak sadar. Yang ada dipikirannya hanyalah seorang gadis menggemaskan. Gadis yang membuatnya selalu senang, nyaman, hingga sulit untuk ia melupakan. "Apa lo bakal ingat hari ulang tahun gue, Ca?" tanya Atta pada foto Caca yang sedang ia pandangi sejak tadi.

"Gue masih suka sama lo. Masih sama kayak dulu. Iya gue tahu gue selalu buat lo sedih. Gue gak bisa buat lo ngerasa aman. Tapi gue terus mencoba, Ca," ucap Atta dengan serak. Jarinya menghapus air mata yang turun seenaknya. Ia tidak mau menjadi laki-laki cengeng.

"Seharusnya Kakak bilang ke Kak Caca." Atta menoleh mendengar suara adiknya. Sedikit malu juga akan dirinya yang ketahuan sedang menangis. Dewita mendekat dan duduk di sebelah Kakaknya. 

"Kak Caca pasti juga masih suka sama Kakak."
"Emang dia pernah suka sama gue dek?"

"Kakak pasti tahu jawabannya," jawab Dewita. Jari kecilnya maju, mendarat di pipi Atta untuk menghapus air mata sang Kakak. Karena gemasnya ia mencubit pipi Atta dengan keras. "Jadi cowok cengeng banget sih."

Atta kesal akan sikap adiknya. Bukannya memberi solusi malah mengejeknya. "Menurut lo, Caca masih suka gue gak dek?"

"Mungkin. Coba deh Kakak ingat, dulu Kakak tahu kalau Kak Caca suka sama Kakak dari apa?"

Mata.

~•~

Claudya membuka pintu kamar bertulis Jimin girlfriend room's dengan pelan. Terlihat seorang gadis kecil sedang asyik menonton. Ia pun mendekat dan ikut menonton di belakang. "HOSHI!!!"

Mendengar teriakan itu Dewita langsung berdiri. Dirinya begitu terkejut. Claudya yang melihat reaksi itu pun tertawa. "Kak Claudya, ih nyebelin. Dew jadi kaget kan," ucap Dewita dengan suara manjanya.

"Malahan Kakak yang kaget lihat ada bias Kakak," ucap Claudya masih dengan dilanjutkan tertawa.

"Ngeselin," ucap Dewita lalu berjalan dan langsung ambruk di kasurnya.

Senang rasanya sudah mengusili orang. "Gak mau tanya tentang Tito nih?" tanya Claudya sambil duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Dewita.

Mendengar nama Tito, Dewita langsung mengangkat kepalanya. Menatap Claudya dengan ganasnya. "Kakak kenal Tito?"

"Kenal dong, kan dia gebetan Kakak," jawab Claudya yang pastinya adalah kebohongan. Gadis itu memang suka sekali menggoda Dewita.

Mata Dewita melotot. Masih tak percaya akan jawaban Claudya. "Oh," ucap Dewita dengan wajah sedihnya. Melihat itu Claudya jadi tak tega. Ia mendekat dan menangkup wajah Dewita. Mata gadis kecil itu mulai berkaca. Claudya merasa kasihan tapi lucu juga.

"Kakak bercanda." Mendengar itu Dewita kembali senang. Memang dari awal ia belum sepuhnya percaya akan ucapan Claudya. Tapi entah kenapa matanya sudah berair. "Nyebelin."

"Nyebelin gini Kakak punya kabar baik."
"Apaan?"
"Besok Tito ke Surabaya loh."
"Sungguh?"
"Enggak."
"Serius Kak Clau."
"Enggak bohong maksudnya," ucap Claudya yang langsung membuat Dewita  meloncat kegirangan. Memeluk Claudya dengan senangnya. Lalu mulai bertanya akan hubungan Claudya dengan Tito.

Claudya pun menceritakan semuanya. Tentang dia dan Tito yang berteman sejak masa MOS dan ditakdirkan satu kelas. Semenjak itulah Claudya dekat dengan Tito. Banyak yang Tito ceritakan, mulai dari Dewita, Atta, Caca, dan Kakak laki-laki Tito--Rian. Kala itu Claudya terkejut akan cerita Tito dan berpura-pura tidak kenal akan orang-orang yang Tito ceritakan. Hingga ia mendengar kabar buruk, tentang Dewita. Saat itu juga Claudyalah yang memarahi Tito dan menyuruh anak itu untuk menjauhi Dewita.

"Jadi, Kakak yang nyuruh Tito pergi?"
"Buat kebaikan kamu. Tapi kamu tenang Dew, Tito itu baik. Mungkin dia khilaf waktu itu. Dia bilang ke Kakak kalau dia bakal berubah jadi baik buat kamu."

~•~

Calon Pendamping: At, makasih buat lo yang udah mau bantu gue. Kalau bukan berkat lo mungkin surprisenya bakal gagal total.

Iya, Ca. Gue kurang baik apa?

Atta: Ya.

Calon Pendamping: Tadi, lo kenapa gak nyusul?

Atta: Ada urusan.

Calon Pendamping: Oh ya, besok lo diundang sama Rian kerumahnya. Datang yah.

Ntar gue ganggu kalian pacaran lagi.

Calon Pendamping: Dia undang lo karena lo udah mau bantuin gue. Kiki sama Emi juga datang kok.

Yah, gue sendiri dong yang jomblo.

Atta: Iya kalau gue inget.

~•~

AkhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang