Bab 3

480 6 0
                                    

"Mau gak Sa?"

Alsa yang sedang fokus membaca novel nya itu pun mendongakkan kepalanya melihat ke arah orang yang barusan menyodorkan nya gelas plastik yang berisi bongkahan es batu.

"Ngasih yang niat kek gitu, sama minum nya. Lah ini es batu doang," Mulutnya mengucapkan kata seperti itu, namun tangannya tetap terulur untuk mengambil pemberian temannya yang tak lain bernama Dimas itu.

"Kan emang Lo senengan nya begitu,"
Alsa yang baru saja memasukan bongkahan es batu yang cukup besar itupun memamerkan deretan gigi nya, namun dengan raut muka yang justru terlihat aneh dengan pipi yang mengembung.

"Ketelen kek itu es biar meninggal Lo,"
Mendengar itu Alsa langsung memukul Dimas dengan novel di depannya.
Dimas hanya tertawa sebentar, setelah itu berjalan meninggalkan meja Alsa.

Di belakang Dimas ada cowok yang sejak tadi diam saja bahkan saat Dimas sedang berinteraksi dengan Alsa.

"Lo Deket ya sama cewe tadi?" Tanya Raga.

Dimas mengangguk, "lumayan,"

• R a g a •

Kelas cukup membosankan hari ini, guru mata pelajaran yang biasanya tak pernah absen sekarang mendadak tidak bisa hadir karena ada urusan.

Kelas Alsa freeclas tidak ada guru, tidak di beri tugas pula.

Hanya ada beberapa anak didalam kelas, teman-temannya banyak yang memilih untuk kekantin selama jam kosong ini..

Ia mengedarkan pandangannya, berhenti di satu titik yang terdapat dua orang berbeda gender sedang asyik ngobrol dengan posisi berhadapan.

"Anak baru di gebet juga? Bener-bener cabe,"

Alsa menggerutu sendiri saat melihat Dita -manusia paling menjengkelkan menurutnya- sedang asyik mengobrol dengan sepupu kekasihnya itu. Raga.

"Sa?" Panggil seseorang tiba tiba dan membuat nya sedikit terkejut.

"Lho Akash? Kamu ngapain disini?"
Akash tersenyum, "ada yang mau aku omongin.."

Alsa mengangkat sebelah alisnya, "yaudah ngomong aja,"

"Aku mau kita putus."
"Hah?"
"Aku mau kita pitus." Akash mengulangi ucapan nya.
"Ta-tapi kenapa? Aku ada salah?"
"Nggak, intinya aku mau putus. Makasih udah mau sayang sama aku,"

Setelah mengatakan itu, Akash berdiri dari duduknya dan berlalu keluar kelas meninggal kan Alsa yang masih di Landa kebingungan. Tiba-tiba saja air mata nya menetes, ia tak menyangka kisah cinta nya akan berakhir seperti ini. Alsa memang terkesan cuek terhadap Akash, tapi tentu didalam hatinya, Alsa begitu menyayangi Akash dengan tulus.

Sebuah sapu tangan terulur didepan wajah Alsa, saat mengangkat wajahnya ternyata Raga lah si pemberi sapu tangan itu.

"Buat apa?" tanya Alsa.
"Buat Lo,"
"Emang gue minta?"
Raga memutar bola matanya malas, "Lo emang gak minta tapi Lo butuh,"

Tanpa di sangka Raga justru menarik kursi yang berada disebelah Alsa, dan menduduki nya.

"Ngapain sih? Udah sana lanjutin ngobrol sama si cabe itu," Jelas sekali, terdengar nada ketus dari ucapan Alsa itu.

"Jangan pernah ngatain cewe gue cabe!"

Alsa membulatkan matanya, "Lo jadian?"
Raga menjawab dengan anggukan singkat, "cepat ambil," lanjut Raga masih dengan sapu tangan yang sejak tadi masih di genggamnya.

Bukannya mengambil, Alsa justru menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, setelah itu terdengar Isak tangis yang tertahan.

"Sssttt, jangan nangis..." Raga mencoba untuk menenangkan gadis disebelahnya ini.

"Akash kenapa sih Ga.. kenapa tiba-tiba mutusin gue gitu aja?"
Raga menghela nafasnya sejenak, "Gak usah di pikirin, dia bukan yang terbaik buat Lo."

Yang terjadi setelahnya adalah, Alsa semakin terisak.

R a g a •


Pulang sekolah kali ini tak seperti biasanya, gadis berambut panjang dengan tas Gemblok berwarna merah jambu yang bertengger di bahunya kini berjalan dengan sisa tenaga yang masih di milikinya. Ternyata, menangis lebih dari satu jam cukup menguras energi nya.

"Eh udah pulang Sa?"

Marsel menaikan sebelah alisnya, saat menyadari adik satu-satu nya itu terlihat berbeda hari ini. Ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar adik nya itu.

Sampai di depan pintu kamar adiknya itu, Marsel melihat Alsa duduk diam dimeja belajarnya. Marsel pun mendekat.

"Ada masalah apa?" Tanya Marsel lembut.
Alsa mendongak, kemudian menggeleng pelan.

"Kalo gak kenapa-kenapa gak mungkin murung. Cerita dongg," rayu Marsel.
Alsa menarik nafasnya, kemudian menghembuskan nya dengan teratur.

"Apa alasan cowok mutusin ceweknya tiba-tiba?"
"Akash mutusin kamu?"
Alsa berdecak, "jawab bang,"
"Setiap keputusan pasti ada alasannya. Entah karena dia bosan, udah punya yang baru, atau yang lainnya. Bisa juga karena dari awal dia memang gak sayang,"

Alsa tersenyum miris, apa alasan Akash memutuskan nya itu masuk kedalam kategori yang baru saja Abangnya sebutkan itu? Jika iya, tega sekali dia.

"Jadi, kenapa dengan adik Abang yang manis ini hm?"

"Duh bang, Alsa ngantuk mau tidur. Abang kalo keluar tutup pintu kamar ku ya." Ucap Alsa sambil berjalan menuju kasur nya dan langsung melempar tubuhnya ke benda empuk itu.

Marsel melihat tingkah adiknya itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mungkin adiknya itu butuh waktu untuk bercerita.
Tanpa Marsel sadari, Alsa tengah terisak dibalik bantal yang menutupi wajah nya.

R a g a •

RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang