Bab 19

291 5 1
                                    

"duh kenyang bangettttt.."

Alsa melenguh, kaki nya iya luruskan. Saat ini Raga dan Alsa sedang duduk di rerumputan taman monumen nasional itu. Waktu sudah cukup malam, namun Alsa masih enggan untuk di ajak pulang.

"Ga,"

Raga menoleh dan menatap Alsa dengan tatapan tanya, "hmm?"

"Lo..." Alsa berfikir sebentar untuk melanjutkan pertanyaan nya, "masih belum bisa move on dari Dita?"

"Kenapa nanya gitu?" Tanya Raga.

Alsa tersenyum, kepalanya ia gelengkan, "oh, belum.."

"Jangan bahas itu Sa,"
"Iya-iya."

"Pulang yuk, udah malem." Alsa mengangguk dan segera berdiri dari tempat nya berjalan bersama Raga menuju tempat dimana motor Raga di parkirkan.

Raga dan Alsa sudah berada diatas motor. Sebelum menjalankan motornya itu, cowok itu menarik kedua tangan Alsa dan di masukkan ke dua saku hoddy-nya. Perlakuan Raga itu semakin membuat perasaan Alsa tak karuan. Ia menekan gejolak di hatinya berusaha biasa saja menghadapi semuanya.

R a g a •

Hari ini sungguh hari yang begitu membingungkan untuk Raga. Alsa tiba-tiba mendiamkan nya.

Tadi pagi, saat ia menjemput nya ke rumah gadis itu, ternyata sudah berangkat di antar Marsel. Saat di dalam kelas tadi, Raga mengajaknya berbicara ia justru tak menghiraukan Raga. Sekarang, jam istirahat, saat Raga mengajaknya untuk makan bersama di kantin, lagi-lagi Alsa tak menghiraukan Raga dan malah langsung pergi bersama Azkia bahkan tanpa pamit.

Sebenarnya Raga salah apa?

Cowok itu menghampiri Alsa di meja pojok kantin, ia berhenti tepat di sebelah gadis itu. Menatap Alsa yang sedang asik dengan ponsel dan juga minuman stroberinya.

"Sa."

Alsa mendongak, melihat cowok itu dengan tatapan datar dan kembali menatap ponselnya lagi. "Hm?"

Raga menghela nafasnya sabar, "bisa ngomong sebentar?"

Dalam hatinya Alsa sungguh tidak tega melihat wajah Raga yang terlihat begitu kebingungan itu. Namun, di lain sisi Alsa terpaksa melakukan ini semua demi kebaikan hatinya.

Tanpa persetujuan Alsa, Raga langsung menarik tangan gadis itu dan membawanya menuju halaman belakang sekolah.

"Lo kenapa?" Tanya Raga to the point'

"Kenapa apanya?"

"Kenapa Lo kaya ngejauh dari gue sa?"

Alsa diam sebentar, "biasa aja ko."

"Sa, jawab jujur. Kenapa? Plis sa. Gue bingung Lo diam kaya gini,"

Mata gadis itu sudah berkaca-kaca, siap meneteskan air matanya didepan laki-laki yang di sayangi nya itu.

"Gue gak bisa Ga!"

"Gak bisa apa?" Tanya Raga semakin bingung.

"Gue selalu merasa jadi prioritas Lo, gue selalu merasa di perlakukan spesial oleh Lo. Gue cemburu liat Lo sama cewek lain, sekalipun itu teman lama Lo. Perasaan gue ke Lo udah gak wajar Ga, gue gak bisa. Gue harus membenahi hati gue dulu dari kesalahan hati ini merespon perbuatan Lo!" Air mata gadis itu sudah menetes namun cepat-cepat di usapnya.

"Lo cuma menganggap gue ini sebagai pelampiasan dari sakit hati yang Lo terima Ga! Dan itu semakin menyakiti perasaan gue. Padahal, obat patah hati adalah orang yang membuat luka itu sendiri!" Lanjut Alsa.

Raga menatap nya dengan tatapan sulit diartikan, dilain sisi, Raga pun merasa hatinya bimbang. Ia tidak mau membohongi perasaannya terus. Kata-kata Alsa semakin menyayat hatinya.

"Maaf Sa,"

Alsa kembali menepis air matanya dengan kasar kemudian tersenyum, "gak papa Ga, bukan salah Lo. Salah gue." Alsa memegang bahu Raga, "ikutin kata hati Lo, apapun itu yang bisa bikin Lo seneng,"

Setelah itu, Alsa pergi meninggalkan Raga sendirian.

Cowok itu duduk di kursi yang berada tak jauh darinya. Diam-diam Raga menangis.

R a g a •

Alsa melangkah kan kaki nya dengan gontai menuju gerbang sekolah, ia mencari keberadaan motor milik abangnya. Saat Alsa sedang celingukan mencarinya, sebuah motor melintas didepan nya disertai si pengendara, Alsa menatapnya lekat, itu Raga. Dan Raga, hanya melewatinya begitu saja.

Alsa tersenyum, mungkin memang ini yang terbaik untuk akhir cerita cinta bertepuk sebelah tangan nya.

• R a g a •

RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang