Bab 4

389 8 3
                                    

Laki-laki dengan Sweeter berwarna biru Dongker itu duduk diatas kasur berukuran besar sambil memperhatikan saudara laki-lakinya yang mungkin saat ini sedang di Landa kegalauan. Raga tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi Akash.

"Kalo gak bisa putus, ya gak usah putus."

Raga membalikan badannya, berjalan kearah kasur dan ikut duduk bersama Raga.

"Terkadang, sesuatu yang kita lakukan itu bukan karena kita mau, tetapi karena kita harus." Akash menghela nafasnya.

"Tapi kalo udah gini siapa yang nyesel?" Tanya Raga.
"Gue gak nyesel, hanya belum terbiasa."
"Lagian kenapa gak dikasih tau aja sih?"
"Suatu saat dia bakal tau,"

Raga menepuk pelan bahu saudaranya itu, kemudian bangkit mendekati meja belajar yang berada di pojok ruangan. Ia mengambil satu figura yang terletak diatas meja belajar Akash.

Raga tersenyum tipis saat melihat foto didalam figura itu. Foto seorang gadis yang tersenyum lebar ke laki-laki yang duduk didepannya. Raga menebak ini adalah foto candid yang mungkin saja diambil oleh salah satu teman Akash atau Alsa.

Harusnya Lo bisa bertahan demi gadis Lo yang manis ini Kas, Batin Raga.

"Tanggal 7 Maret nanti, Alsa ulang tahun. Tolong bikin dia senang, saat Alsa udah bisa tersenyum lebar, Lo kasihin ini ke dia. Apa Lo bisa janji?"

Raga bungkam.

"Ga? Bisa janji?" Ulang Akash.
Raga mengangguk, "insyaAllah,"
"Thanks"

• R a g a •

Raga baru saja menempatkan tubuhnya senyaman mungkin diatas kasur miliknya, setengah jam yang lalu ia baru saja sampai dirumahnya, setelah lelah mendengarkan dan memberikan sedikit wejangan kepada sang sepupu yang tengah dilanda kegundahan hati itu. Akash.

Matanya baru saja ingin terpejam, namun di gagalkan dengan bunyi nontification dari ponselnya. Dengan rasa malas, Raga mengambil ponselnya dan mengubah posisi yang sebelumnya terbaring menjadi duduk bersila dengan bantal yang menjadi penyanggah tangannya.

Ada banyak sekali nontification di ponsel nya itu, Raga langsung membuka aplikasi chatting berwarna hijau. Tangannya menggulir layar ponsel, mencari pesan yang sekiranya perlu untuk dibalas, mata Raga terfokus pada dua pesan disana.

Dita : Ga, nonton yuk? Ada film baru lho

Setelah membaca pesan itu, Raga kembali menutupnya dan beralih ke pesan dari nomer yang tidak ada namanya.

0812××× : Sibuk gak? Bisa temenin gue ke Gramedia? Ini gue Alsa.

Entah kenapa dengan cepat Raga langsung mengetikkan pesan jawaban untuk pesan kedua yang ia buka itu.

Ragafa : siap-siap. Gue otw setengah jam lagi.

Raga mematikan ponsel nya dan berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap. Bahkan, Raga sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan Dita kalau tau pacarnya tidak membalas pesan ajakannya, dan malah pergi dengan gadis lain.

Bodoamat sama Dita, yang penting sekarang Alsa seneng dulu. 

• R a g a •

Alsa sudah siap.

Kaus hitam dengan tulisan 'hope' di bagian depan nya, dipadukan celana jins berwarna putih, sepatu dengan warna senada dengan bajunya, tidak lupa tas selempang yang sudah tergantung dibahu nya. Alsa duduk dengan tenang di depan rumahnya, lebih tepatnya di teras depan pagar rumah milik keluarga nya itu dengan ponsel berada ditangan nya. Melihat ke ujung jalan, belum ada tanda-tanda kedatangan Raga, Alsa pun memilih untuk memainkan ponselnya saja.

Lima menit kemudian, motor matic berwarna putih dengan seorang cowok ber Sweeter abu-abu berhenti didepannya.

Alsa berdiri dan mendekati cowok itu kemudian tersenyum.

Raga membuka helm nya, ia hanya tersenyum tipis setelah itu berkata,

"Ngapain duduk disitu kaya gembel?"
Alsa cemberut, "nungguin Lo lah!"
"Emang gak bisa didalam nunggunya?"
"Gak mau, ntar Lo nya jadi nunggu, kalo gue di depan gini kan Lo Dateng kita tinggal berangkat. Dah ah yuk!"

Alsa langsung naik ke boncengan motor yang dikendarai oleh Raga itu.

"Sorry ya gue bawa motor ini, motor gue lagi di bengkel soalnya,"
Alsa mengangguk, "santai sih, emang ini motor siapa?"
"Adek"
Alsa mengangguk lagi, "adek Lo pasti cewek ya?"
Kali ini, Raga yang mengangguk.

Setelah tidak ada lagi percakapan diantara kedua nya, Raga segera melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata, membelah jalanan ibu kota yang saat ini tidak terlalu padat.

Setelah menempuh waktu kurang lebih satu jam, kedua remaja itu kini sudah berada di parkiran Gramedia Matraman. Keduanya jalan beriringan menuju pintu masuk Gramedia.

"Mau nyari buku apa?" Tanya Raga.
"Novel,"
"Lo suka?"
Alsa mengangguk. "Abis beli buku, kita makan eskrim ya?"
"Makan apa minum?" Tanya Raga dengan senyum jahil.
Alsa menepuk bahunya pelan, "apaan sih dasar gak jelas,"

Setelah itu, Alsa berjalan cepat meninggalkan Raga dibelakangnya.

• R a g a •

Raga sedikit bersandar di rak buku yang berada didalam Gramedia itu, memperhatikan Alsa yang sedari tadi sibuk membacakan sinopsis buku yang mungkin akan dibelinya.

"Masih lama gak?" Tanya Raga.
"Sebentar lagi,"
Raga berdecak, sejak tadi ia selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama, begitupun Alsa ia selalu menjawab dengan jawaban yang sama yaitu 'sebentar lagi'. Disini Raga berfikir, sebentar lagi bagi Alsa itu seberapa lama?

Setelah cukup lama menelusuri rak buku Raga dan Alsa berjalan menuju kasir dengan membawa beberapa buku yang sudah dipilihnya. Antrian tidak terlalu panjang, Alsa tak butuh waktu lama untuk mengantri, setelah selesai membayar keduanya berjalan kembali menuju lantai dasar.

"Lho, Alsa? ko sama Raga? Bukannya Raga udah pacaran sama Dita?"

Mampus gue.

• R a g a •

RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang