Bab 9

340 7 0
                                    

Terhitung sudah hampir satu bulan Raga tidak menjalin hubungan dengan Dita. Alsa yang terus berusaha untuk membuat kembali bangun dari patah hatinya. Sejauh ini, Raga sudah hampir bisa melupakan Dita sepenuh nya, bahkan ia sudah sampai tahap membenci. Sudah Alsa bilang, jangan terlalu benci, karena kita seseorang mau mencoba move on tapi membenci nya, itu justru tidak akan berhasil. Namun Raha keukeuh, dia benar-benar membenci Dita karena sudah mengkhianati nya.

"Sa?" Panggil seseorang membuat Alsa mendongakkan wajahnya. Ternyata Raga.

"Ayo ke kantin," ajak Raga, yang hanya di balas anggukan oleh Alsa.

Mereka berdua berjalan menelusuri koridor untuk menuju kantin. Di ujung koridor, Alsa melihat disana ada Dita bersama teman-teman nya. Dulu mungkin itu akan biasa saja bagi Alsa. Namun sekarang keadaan sudah berubah. Setelah Raga memutusi Dita, Raga benar-benar memperlihatkan kedekatan nya dengan Alsa, hal itu membuat beberapa temannya berasumsi bahwa Alsa lah penyebab putusnya Dita dan Raga. Dan saat itu, setiap kali Alsa melewati orang-orang itu, akan terdengar beberapa cibiran, dan ejekan yang begitu menyakitkan. Tapi, Alsa berusaha kuat selagi ia tidak merasa melakukannya.

Saat Alsa dan Raga sudah dekat dengan Dita dan kawan-kawannya. Mulai terlihat mereka berbisik-bisik.

"Pelakor lewat pelakor lewat,"

"Najis Raga mauan aja sih sama cewe kaya gitu, cantikkan Dita kemana-mana,"

"Aduh gerahhh,"

"Pegangin pacar kalian masing-masing guys, lho udah dimana-mana."

Mendengar itu Alsa mencoba diam saja, menulikan pendengaran nya untuk sementara, tapi tiba-tiba saja sebuah tangan besar menggenggam tangan kanan nya seperti menyalurkan kekuatan lewat genggaman tangan itu.

"So cantik banget bangsat!"

Ketika mendengar kalimat itu, Raga tidak bisa diam. Dia langsung membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju Dita dan kawan-kawan nya.

Raga menatap geram pada gadis-gadis didepannya saat ini, "maksud Lo apa?!"

Dita yang mendengar nada bentakkan dari Raga itupun sedikit kaget. Raga itu cowok yang halus saat cewek, tapi kenapa sekarang ia membentaknya.

"Siapa yang ngomong barusan?" Tanya Raga lagi.

"Gue! Mau apa Lo?" Saut teman Dita yang raga ketahui bernama Selin.

Raga tertawa sinis,"Lo ngatain Alsa sok cantik? Lo gak mikir? Muka Lo jauh dibawah Alsa!"

Selin terbungkam, rasa sakit hati juga malu mendominasi sebab beberapa anak yang lewat sudah mulai memperhatikan dirinya

"Sebelum ngatain orang, NGACA! Lo gak lebih baik dari orang yang Lo katain. Terlebih Lo ngatain secara fisik. Dan jelas-jelas semua orang tau, dilihat dari fisik, Lo sama Alsa mending Alsa kemana-mana!" Maki Raga panjang lebar.

Dita dan kawan-kawan nya benar-benar terbungkam, tidak bisa menyaut apapun.

"Kicep Lo anjing! Makanya punya mulut di saring dulu!" Setelah mengatakan itu Raga berbalik badan, meninggalkan Dita dkk menuju tempat dimana Alsa berdiri.

Alsa diam saat Raga sudah sampai didepannya. Kepalanya tertunduk, itu jelas menimbulkan tanya untuk Raga.

"Sa? Kenapa?" Tanya Raga.

"Kasian Selin dibentak-bentak kayak gitu..." Jawab Alsa dengan suara pelan.

Hati Raga berdesir. Disaat seperti ini, Alsa masih sempat-sempatnya kasihan pada orang yang sudah mengatai nya dengan kata-kata kasar? Sebenarnya hati Alsa terbuat dari apa. Kenapa bisa sehalus itu...

"Sa, itu cewek pantes dapetin itu. Salah sendiri punya mulut gak disaring. Udah yuk kekantin, gue beliin es teh yang es batunya banyak,"

Alsa mendongak dengan mata berbinar, "Ayo!"

• R a g a •

Alsa memasuki rumahnya dengan langkah gontai, ia melihat Abang nya yang duduk dengan santai di ruang keluarga. Alsa pun mendekatinya.

"Bang?"

"Eh pas banget! Nanti malem prepare ya Sa, besok subuh kita berangkat," Kata Marsel menggebu-gebu.

Alsa mengangkat satu alisnya, "mau kemana?"

"Hiking?"

Alsa membulatkan matanya, "SERIUS? YEAAYYY!"

"Yaudah sana istirahat dulu terus prepare. Abang udah dapet izin dari bunda sama ayah, tinggal nanti Abang nelvon wali kelas kamu."

Alsa mengangguk antusias.

• R a g a •

Pagi ini, pukul 05:30 wib Alsa sudah duduk manis di kursi penumpang mobil Jeep milik marsel. Alsa benar-benar antusias, sudah lama sekali Alsa ingin tau yang namanya gunung dan kenapa Abang nya begitu candu untuk terus menaklukannya.

"Bang, kamera aku mana?" Tanya Alsa..

"Udah ada dibelakang," jawab Marsel.

"Oke!"

Mobil Jeep itu mulai keluar dari halaman parkir dan menelusuri jalan raya sudah cukup ramai pagi ini.

"Kamu tidur aja, nanti Abang bangunin kalo udah sampe."

• R a g a •

Sudah lima belas menit Raga berdiri didepan pagar rumah Alsa. Sudah banyak juga panggilan dan pesan yang Raga tujukan kepada Alsa namun tidak sama sekali mendapat jawaban.

Akhirnya Raga memutuskan untuk langsung berangkat ke sekolahnya tapi setelah masuk kelas dan bertanya pada temannya apakah Alsa sudah datang, jawaban teman-temannya adalah 'belum'.

Raga semakin bingung, kemana Alsa sebenarnya kenapa tidak mengabari Raga kalau hari ini ia tak masuk sekolah?

Raga kelimpungan sendiri. Mulai merasa khawatir pada Alsa.

Raga mendekati Azkia, satu-satunya teman dekat cewek itu.

"Ki, Alsa kemana?" Tanya Raga.

"Lho Alsa gak ngabarin Lo?" Azkia balik bertanya.

Raga menggeleng.

"Alsa juga gak ngabarin gue sih, tapi tadi sebelum berangkat sekolah gue liat instastory Abang nya Alsa. Foto Alsa lagi duduk di mobil gitu Trus caption nya, 'ready go to montain' gitu. Jadi gue rasa Alsa lagi diajak Abang nya daki gunung," jelas Azkia.

"Astaga. Kenapa dia gak ngabarin gue sih,"

"Emang Lo siapanya?" Celetuk Azkia dengan nada jahil.

"Gu-gue ya temannya lah!"

"Ah masa?" Tanya Azkia, "kalo suka buruan kasih label, dibelakang Lo ada yang lagi berjuang keras bikin Alsa ngeliat kearahnya. Dan perjuangan dia gak main-main," kata Azkia.

Dibelakang Lo.

Raga refleks melihat kearah belakang. Disana ada Dimas yang sedang duduk dimeja sambil mengobrol ria dengan teman-temannya. Raga tahu, Alsa dan Dimas itu dekat, tapi hanya sebatas itu.

"Dimas maksud Lo?" Tanya Raga.

Azkia hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.

• R a g a •

RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang