part 3

7K 272 2
                                        

"Hufh! Sial amat nasib ku, sekarang harus kemana? Uang ku juga di tas itu,yang ada di dompet cuma segini?"

Elin mengoceh melihat dompet sekaligus tas mini-nya. Semua uang yang di tarik dari bank ada di tas bimbingnya. Uangnya harus di diusahakannya untuk makan. Dia akan mencoba mencari tempat kos dan membayar setengah dari biaya. Dia juga harus segera mencari kerja.

Tes.Tes.Tes

"Yah_hujan_"Elin berlari cepat ke tepi gedung toko furniture.

Hujan turun sangat lebat. Mendung dan udara yang dingin mulai menerpa kulitnya. Elin harus bertahan. Dia harus meminta bantuan seseorang. Orang orang yang berlalu lalang hanya melewatinya begitu saja.

Smith furniture

"Laper banget ni perut,dari tadi gak ada gerobak makanan, kalau ke cafe gak cukup duitnya.Hp ku mau lowbat lagi_Akh!Sial banget" keluh elin melihat keadaannya yang jauh dari kata baik.

Diam menunggu hujan berhenti,Elin merasa sedikit pusing,dingin menerpa kulit nya ditambah perut nya yang kosong. Dilihat banyak orang berlalu lalang dengan payung dan jas hujan. Motor dan mobil juga sibuk menerpa hujan. Orang yang di tanya nya hanya memberikan jawaban yang sangat jauh dari nya.

Elin berjongkok di tepi gedung toko. Menggosok tangannya untuk menghangatkan diri,walaupun percuma karena bajunya sedikit basah terkena piasan air hujan. Dia tidak bisa masuk ke dalam toko sembarangan. Walaupun hanya menumpang berteduh.

"Dingin banget"

Matahari sudah menuju peristirahatan nya. Hujan masih belum berhenti.
Elin tidak kuat menahan diri untuk menjaga kesadarannya badan yang basah dan perut lapar menghantarkan nya ke kegelapan. Tubuhnya lemas bergetar.

"Mom"

---

Smith furniture

20.10 wit

"Yah!!! Selesai juga"

Adrian merenggangkan badannya duduk seharian mengurus data keuangan usaha furniture nya di makassar. Memandang keluar hujan mulai mereda. Pikiran nya melayang menatap jendela. Hp nya sengaja dia matikan untuk menghindari orang tuanya. Dia berharap orang tuanya mengerti.

"Waktunya pulang pak?"sapa satpam saat memeriksa ruangan.
"Iya pak, mau pulang ini"adrian berjalan menuju parkiran meninggalkan tokonya
"Mom_mom_mm" suara wanita menghentikan langkahnya.

Adrian mencari asal suara itu.dilihatnya seorang wanita terbaring di tepi gedungnya. Tubuhnya basah terkena hujan. Dia melihat sekeliling, tidak ada siapapun. Dia mendekati wanita tersebut. Wajahnya tertutup rambut dan sepertinya dia pingsan. Adrian mempercepat langkahnya

Deh.deg.deg

kenapa jantung gue deg deg an ya?

Jantungnya berdebar saat melihat paras wanita yang tertutupi sedikit rambut panjang terurai. Wajah putihnya semakin pucat dengan bibir biru. Dia menarik tubuh wanita itu dalam pangkuan nya. Tangan menepuk pelan pipi berisi itu. Wajah pucatnya tidak menutup kecantikannya.

"Hei!Hei! Sadar?"

Adrian menepuk pelan pipi nya.jantungnya berdetak semakin tidak karuan.dirasakan kulit wanita itu panas tinggi. Bahkan bibirnya biru bergetar.

"Astaga,demamnya tinggi"
Adrian mengangkatnya dan memasukkan tubuh lemah itu ke dalam mobil.

Hening.panik.

Adrian melajukan mobil kerumah sakit. Diliriknya wanita itu. Sungguh indah dengan wajah pucat nya. Sungguh keberuntungannya,jalanan menuju rumah sakit terlihat hening. Adrian menepuk pelan dada kiri nya pelan.

"Kenapa jantung gue?"

---

Suasana rumah sakit sangat ramai malam ini. Adrian mengurus beberapa administrasi. Yang di syukurkan adalah wanita yang di tolongnya hanyalah demam tinggi. Dokter hanya memberi saran dan obat. Adrian kembali ke ruang rawat menemui wanita yang di tolongnya. Yang dia ketahui bernama elin angelina dari KTP nya.

"Uegh!"
"Loe dah sadar"

suara berat pria menambah kesadarannya. Elin mengedipkan kedua matanya. Dia melihat sekitar. Warna dan bau khas yang sangat dia kenal.

"Rumah sakit,kok bisa?"
"Loe pingsan di toko gue tadi?"

Elin menoleh ke kanan. Melihat seorang pria tampan. Rambut yang sedikit cepak, kulit coklat,senyum dengan lesung pipi yang menawan. Dia terdiam memandang pria tersebut dalam. Pikiran nya masih belum fokus dengan keadaannya. Di tambah pria tampan yang tidak dia kenal berada dekat dengannya.

Deg.deg.deg. Jantungnya berdebar kencang. Mungkin efek dari sakitnya. Kepala nya pun masih terasa berat.

Jantungku

"Owh!! Iya aku berteduh disana tadi,terima kasih" ucap elin setelah tersadar dengan dirinya.
"Sama sama,gue mau hubungin keluarga loe,cuma hp loe di kunci password,gue gak bisa buka. Jadi loe bisa hubungi mereka, gue harus pulang soalnya"jelas adrian, dia hanya tidak bisa menetralkan jantungnya di dekat wanita ini.
"Orang tuaku gak tinggal di sini,mereka tinggal di luar kota. Tapi kamu bisa pergi, aku bisa jaga diri" senyum Elin

Astaga jantung gue, makin gak bener

Adrian menolehkan kepala,mencari pengalihan. Pipinya terasa panas tanpa sebab. Mungkin dia hanya kedinginan. Elin hanya diam memandang plafon memikirkan kelanjutan ceritanya.  Dia hanya bisa berusaha. Setidaknya ada orang membantunya.

"Rumah sakitnya nanti aku yang bayar?kamu bisa pergi." Suara lembut Elin membuat adrian menatapnya.

Adrian menatap nya dalam seolah belum sadar dengan tatapannya. Elin yang membalas tatapan tersebut menjadi salah tingkah. Ini bukan pertama kali dia berurusan dengan seorang pria dewasa. Tetapi mengapa pria ini mengacaukan jantungnya hanya dengan tatapan?

Ya allah,kok gitu amat melihatnya,aku jadi tambah deg deg an

"Gak perlu, kata dokter loe cuma demam dan kekurangan nutrisi,mungkin loe belum makan, tapi loe bisa pulang malam ini. Jadi biaya rumah sakitnya udah gue tanggung" elin mencoba untuk bangkit.
"Akan ku ganti,berapa?"
"Gak perlu. Sekarang loe makan aja,nanti gue antar pulang" adrian melihat jam di tangannya.
"Hah! tapi_"
"Udah gak pa pa,loe makan aja?"potong adrian.

Adrian mengambil makanan di nakas dan menyerahkan ke Elin. Elin menerimanya dengan penuh syukur. Dia sangat lapar. Dia membuka bungkus nya dan melahap pelan. Tubuhnya masih bergetar. Bajunya telah di ganti oleh pihak rumah sakit. Dia sungguh bersyukur dapat di bantu pria baik ini.

"Nama loe siapa?"tanya adrian sekedar basa basi.
"Elin angelina"
"Adrian smith"balas adrian santai.

Elin makan dalam diam. Sesekali dia melihat adrian yang sedang memainkan hp nya. Seperti nya dia orang yang sibuk. Elin tidak mengetahui waktu sekarang. Tapi dia yakin ini sekitar tengah malam. Dia merasa bersalah juga terhadap pria ini.

Ring.Ring.Ring

"Ya ma?" Adrian langsung keluar kamar.
"Kamu di mana?kok ramai gitu?" Tanya mama diseberang
"Di rumah sakit"
"Kamu sakit?"Suara mama terdengar khawatir.
"Gak,teman ku yang sakit ma?ada apa telepon?" Kilah adrian.
"Alhamdulillah,mama mau kasi kabar,kalau perjodohan mu dibatalkan" mama terdengar sinis.

Yes!

"Owh.Maafin adrian ya ma? Terlalu sibuk?" Adrian berpura pura bersalah.
"Heh! Mama bukannya gak tau kamu ke sana cuma alasan untuk lari kan?" Balas mama kesal.
"Hehehe" adrian tidak dapat menahan kekehannya. menggaruk kepala nya pelan.
"Lagi pula ceweknya juga kabur?"Sambung mama sewot.
"Hohoho sama aja ya ma, tapi ortunya gimana?" Senyum adrian mengembang lebar.
"Ya gak pa pa, katanya anaknya mandiri kok,jadi gak terlalu takut cuma kami masih sedikit khawatir aja?"ragu mama.
"Iya udah, nanti dia pasti pulang juga,udah dulu ya ma, aku mau lihat temanku lagi"pamit adrian
"Ya"

Adrian masuk ke kamar Elin kembali. Dia dapat melihat elin memeriksa hp nya. Seperti nya dia telah menyelesaikan makannya. Dari jauh adrian dapat melihat ekspresi gelisah di setiap kerutan di wajah manisnya.

My Lovely Maid (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang