part 7

6K 270 4
                                    

Elin bersiap-siap untuk ke pasar membeli bahan untuk seminggu ke depan. Seperti biasa dia membawa tas belanja dan naik angkutan umum ke sana. Dia tidak mungkin merepotkan adrian untuk urusan ini.

Elin berjalan keluar gerbang dan menunggu angkutan di tepi jalan. Tidak sampai lima menit angkutan datang menjemput. Perjalanan 30 menit terasa singkat dengan berbincang dengan ibu-ibu di angkutan. Setiba di gerbang pasar Elin langsung di sapa kakek tua yang biasa menemaninya belanja.

"Halo non?sini bapak bawa tasnya?"
"Gak perlu pak deni?Elin bawa ini aja,nanti bapak bawa yang lain aja ya?"
"Non selalu begitu?"
"Iya"

Elin berjalan masuk ke pasar.menuju beberapa toko langganan nya untuk belanja bahan masak dan keperluan rumah. Menjadi langganan di toko yang sama membuatnya di kenal oleh pemilik. Di tambah dia sering belanja dalam jumlah besar.

Walaupun tinggal hanya berdua. Elin sering memasak berbagai jenis masakan dalam seporsi makan. Dia sangat suka berkreasi dalam menunya.

"Pagi non Elin?" Sapa pemilik toko.
"Pagi bu? Beli bumbu dasar biasa ya?"
"Ok"

Pemilik toko memasukan bahan bumbu yang biasa di belinya kedalam kantong plastik dan menyerahkannya pada pak deni. Orang yang membantu membawa belanjaannya.

"Sini pak,masukan dalam tas?"pinta Elin sambil dia memilih beberapa sayur untuk bahan masakannya.

Setelah berbelanja bahan Elin membeli beberapa perabotan untuk membuat kue.Dia ingat beberapa hari lagi ulang tahunnya. Sambil menuju gerbang sesekali dia berbicara dengan pak deni.

"Pak deni yakin gak mau beli apa apa?" Elin menawarkan lagi.
"Gak non, ini udah lebih dari cukup, ditambah lagi non memberi alat tulis untuk anak saya?" Pak deni terlihat segan.
"Iya,itu untuk mendukung nya,biar rajin belajar?"
"Iya non,terima kasih banyak?"
"Iya pak, titip salam saya ya sama keluarga?" Elin tersenyum lembut
"Baik non"

"Adrian?"gumam Elin yang melihat adrian berdiri bersandar di mobilnya.

Sebenarnya diam diam dia mengikuti gerak Elin dari rumah.karena tadi sebelum bekerja Elin mengatakan padanya akan ke pasar hari ini. Adrian hanya ingin selalu dekat dengannya.

"Ayo naik?"Perintah adrian saat Elin sampai di depannya.Dia membuka garasi belakang dan meletakkan belanjaan Elin.
"Terima kasih pak?Ini untuk bayarannya udah temenin Elin belanja?"adrian memberikan selembar uang lima puluh kepada pak deni.
"Oh,gak perlu pak,tadi udah di beri sama non Elin?"tolak pak deni
"Udah pak deni,ambil aja?rezeki jangan ditolak?"bujuk Elin
"Terima kasih"

Elin dan adrian masuk ke mobil. Adrian langsung menjalankan mobil meninggalkan pasar. Sesekali dia melirik Elin dan tersenyum tipis. Dia benar kagum melihat kebaikan Elin selama di pasar,membantu beberapa orang, dan ramah kepada semua orang.

Dia  sangat indah

"Kita makan siang di resto aja ya?"pinta adrian memecahkan kesunyian.
"Kenapa tidak di rumah?"
"Ya_ mencari suasana berbeda aja?"
"Baiklah"

Mereka tiba di sebuah resto sederhana. Lebih seperti cafe. Berbicara ringan. Mulai dari keseharian dan kesukaan. Adrian memang berniat untuk mengenal lebih dalam gadis di hadapannya ini.

---

Elin sibuk menyiapkan makan malam untuk majikannya. makan malam dengan menu yang berbeda. Mengalihkan pikiran dan hatinya yang sedang tidak nyaman. Sehingga tidak menyadari adrian yang sudah pulang berdiri bersandar di meja makan. Tersenyum mengamatinya. Dia Menyukai suasana rumahnya semenjak elin di sini.

"Sibuk sekali? Bahkan majikan pulang gak di sambut?" Tegur adrian menyodorkan beberapa berkas untuk disimpan.

Elin membalikkan badannya menatap heran adrian. Dia tidak terkejut atau pun tersinggung dengan ucapan pria yang masih terlihat tampan itu.

"Bukannya biasanya gitu juga? Gak pernah protes tuh?"tanya Elin santai

Dia mengambil tas ditangan adrian melangkahkan kakinya ke meja kerja di tepi ruang tengah yang memang di buat sangat besar dan luas sehingga bersatu dengan tempat kerja adrian. Adrian memandang Elin tersenyum jail. Dia seperti nya sangat suka melihat wajah elin yang di godanya.

"Aku hanya ingin menegaskan perilaku kurang sopan itu?tak pantas pembantu tidak hormat pada majikannya bukan?"sahut adrian sambil meminum air mineral yang di ambil ya dari kulkas.
"Beberapa hari ini seperti nya kamu menekankan status majikan pada pembantu mu ini?"jawab Elin cuek

Dia melewati adrian begitu saja menuju dapur untuk menyajikan makan malam yang telah siap. Mematikan kompor yang memanaskan supnya. Adrian duduk di kursi dan siap untuk dilayani.

"Iya, biar kamu sadar kalau status mu melayani ku?sekarang nasi?"adrian menyerahkan piring kepada Elin.
"Sini" patuh Elin menyendokan nasi dan lauk sayur ke piring adrian.
"Ya kamu menekankan status pembantu itu seperti menekankan status istri saja, walaupun aku pembantu mu,kan kita sudah sepakat akan seperti berteman kan?"tanya Elin meletakkan piring nya adrian.

Adrian langsung melahap makanan nya. Masakan elin memang selalu terenak di lidahnya bahkan mengalahkan rasa masakan mamanya. Elin pun mengikuti adrian menikmati makan nya.

"kek nya memang pengalaman banget dia masak kek gini,enak banget kek masakan resto" gumam adrian,masih di dengar Elin.
Elin tersenyum senang.
"Ya aku kan chef di resto ku?"sahut Elin langsung menutup mulutnya dengan tangan kanan dan mengalihkannya pandangan nya dari adrian.
"Owh! Sombong sekali? Kalau begitu aku akan meminta mu memasak masakan france besok malam bagaimana?"tantang adrian tersenyum menggoda.

Elin hanya menatap adrian jengah sambil memasukan suapan terakhir pada mulutnya. Dia tidak suka di anggap remeh. Dan masakan itu juga sudah menjadi hal biasa baginya. Tentu saja dia akan menerimanya.

"Baiklah"yakin Elin

Tidak ada kegugupan di matanya?siapa sih dia?

"Ini gaji mu bulan ini?"adrian menyerahkan amplop putih pada Elin.
"Thanks"

Elin mengambil amplop dan meletakkan nya di kamarnya.Adrian langsung ke kamarnya. Elin membereskan meja makan dan mencuci piring. Dia menyelesaikannya dengan cepat.

---

di kamar elin membuka amplop yang diterima nya sebagai gajinya di bulan pertamanya.mulutnya terbuka lebar dan menahan kesalnya. Tetapi dia juga tidak bisa protes. Setidak nya pria pelit itu menolongnya untuk hidup di sini.

"Akh! Majikan ku pelit banget? Sebulan kerja gajinya cuma 500rb?Ini sih lebih besar kiriman daddy tiap bulan.Hufh?ya udah deh?"

Ring.Ring.Ring

"Prili? Hallo?"
"ELIN!!"teriak prili di seberang.
"Gak teriak kali prili?ada apa?"

Hanya prili yang memiliki no baru Elin,karena no lamanya di non aktifkan agar orang tuanya tidak sibuk menanyakan kabarnya. Ia juga tidak suka jika orang tuanya masih memaksa menjodohkannya.

"Loe gak balik? Bonyok loe_"
"Prili?"Tegur Elin. Seperti mengerti maksud Elin ,prili hanya terkekeh.
"Iya, kamu gak balik lin? Ortu kamu nanya aku terus?tiap hari mereka datang ke resto.?"bujuk prili.
"Hufh, iya aku bakal pulang kalau daddy gak maksa perjodohan nya?"
"Perjodohan nya batal, daddy mu udah gak maksa lagi? Jadi pulang aja? Udah besar juga mau ngambek lama lama?"ejek prili tertawa.
"He he iya bagus deh, aku pulang bulan depan aja. Lagi enak di sini."jawab Elin.
"Mmm. Gak lusa gitu? Kan lima hari lagi kamu ultah? Gak seru dong gak dirayain lagi kayak zaman kamu kuliah masa di itali?"suara prili melemah sedih.
"Iya gak papa, tahun depan kan bisa?udah ya aku mau tidur dulu? Besok sambung lagi, aku udah lama gak dengar cerita resto."pamit Elin
"Iya deh,dah?"

Elin memutuskan sambungan telepon. Dan bersiap tidur.

---

diluar pintu kamar adrian berdiri di depan pintu kamar. Mendengarkan semua pembicaraan elin entah dengan siapa.

"Perjodohan? Apa itu alasannya kabur?"

My Lovely Maid (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang