Chapter 3: Awal Mula Masalah

2.3K 298 21
                                    

Pada akhirnya aku berakhir di sini. Di depan pintu apartemen yang kuyakini sebagai apartemen Suho.

Aku belum pernah sekali pun ke sini, dan tentu rasanya canggung sekali.

Sebenarnya, apartemen Suho tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang luar. Tetapi, berkat password dari ibu Suho, aku akhirnya bisa masuk ke dalam apartemen dan menggunakan lift apartemen. Untuk mencari apartemen Suho di lantai 12 dengan mudah.

Setelah memastikan nomor apartemen yang sesuai dengan informasi yang diberikan oleh ibu Suho. Meski dengan jari tangan yang beberapa kali kutarik ulur. Aku akhirnya memberanikan diri untuk memencet bel interkom pada apartemen miliknya.

Tak butuh waktu lama, sebelum akhirnya kudengar suara pintu terbuka. Bahkan, si pemilik rumah nyatanya tidak memeriksa terlebih dahulu siapa yang datang ke apartemennya lewat interkom.

Aku sedikit terkejut mendapati bukanlah Suho yang membukakan pintu. Sempat terbesit keraguan, jangan-jangan aku salah alamat lagi.

Kulihat laki-laki dengan warna rambut cokelat hazelnut yang sedang berdiri di hadapanku tak kalah kaget sekaligus bingung. Kemudian melihatku dari bawah ke atas seperti keheranan.

"Kupikir Chanyeol ...." Samar-samar kudengar ia bergumam sendiri.

"Anda cari siapa, nona?" tanya laki-laki itu kemudian. Masih dengan memasang wajah bingung.

"Ah ...." Aku tersentak. "Itu ... eh ... apa benar ini apartemen milik Kim Suho?"

"Benar ...." Ia mengangguk-anggukan kepalanya. "Kau siapa?" Entah mengapa aku merasa ada nada curiga yang kutangkap dari suaranya.

"Ah ... aku ... Irene ...," jawabku seadanya. Kulihat ia menarik satu sudut bibirnya. Seperti tidak puas dengan jawabanku.

"Boleh lebih spesifik lagi?" ujarnya dengan penekanan di akhir kata.

"Misalnya kau punya hubungan apa dengan Suho hingga bisa datang kemari? Ada keperluan apa?"

Aku tidak mengerti. Kenapa laki-laki ini terus saja memberikan rentetan pertanyaan tak penting itu? Ia bertingkah seakan-akan ia adalah ibu Suho. Kurasa ibu Suho saja pasti tak secerewet dia.

"Aku mau menengoknya. Kudengar ia sedang sakit." Kali ini aku berusaha untuk lebih berani menjawab pertanyaannya.

Kalau saja dia tahu aku adalah tunangan Suho, pasti dia akan malu sendiri karena telah bersikap seperti bodyguard yang terlalu berlebihan.

"Siapa Baek?"

Terdengar suara lain dari balik pintu. Meskipun tidak begitu yakin, aku merasa itu adalah suara milik Suho.

"Oh, kau rupanya," ujar Suho yang terlihat sedikit terkejut ketika melihatku.

"Apa kabar," sapaku dengan nada seramah mungkin, sambil menundukkan sedikit kepala.

"Bagaimana keadanmu?" Pada akhirnya aku malah bertanya basa-basi padanya.

"Aku baik-baik saja. Kenapa kau datang ke sini?" tanya Suho dengan suara datarnya.

Dari nada bicaranya, ia terlihat tidak begitu suka dengan kedatanganku. Dan aku jadi merasa seperti orang bodoh, karena keadaan Suho ternyata tidak seperti bayanganku.

Ia bahkan sanggup berdiri dan bicara jauh lebih banyak daripada semalam. Padahal, kupikir ia tengah terbaring lemah di kasurnya karena demam tinggi, hingga tak sanggup melakukan apapun bahkan hanya untuk berbicara.

"Oh, kupikir kau sedang sakit?" tanyaku memastikan. Meski pasti akan terdengar begitu kikuk.

Laki-laki yang sejak tadi masih saja berdiri menghalangi pintu tetap bergeming. Seakan aku memang harus melalui banyak proses untuk bisa masuk ke dalam.

Marrying a Gay Man?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang