"Ne, Eomma aku sudah sampai. Nanti aku hubungi lagi. Eoo ... nado saranghae,"
Aku menurunkan ponselku dari telingaku begitu sambungan teleponku terputus, kemudian mulai berjalan sedikit demi sedikit menapaki jalanan setapak yang menghubungkanku dengan sebuah rumah dengan dua tingkat yang menjadi satu-satunya bangunan yang terlihat di sekitarku.
Suara roda koperku yang terhantam berbatuan adalah satu-satunya suara yang kudengar bersamaan dengan suara sepatuku yang terdengar setiap kali melangkah.
Tak butuh waktu yang lama, aku akhirnya sudah berada di teras rumah yang lebih mirip dengan bangunan villa yang ternyata cukup besar dari dugaanku.
'Kotor sekali di sini,' batinku pertama kali saat mulai mengedarkan pandanganku di sekitar halaman rumah dan teras.
Aku lalu merogoh kunci yang sudah kusimpan di dalam tas selempangku dan mulai mencoba memasukkannya ke dalam lubang pintu.
"Myowa ... kenapa tersangkut? Apa ini rusak?" gumamku sembari memaksakan kunci itu untuk masuk sepenuhnya. Namun, sesuatu dari balik lubang pintu menahannya.
Apa ada yang menaruh kunci di balik pintu? Tapi kudengar rumah ini kosong.
Kugerakkan dengan cepat daun pintu, namun ternyata pintunya memang terkunci.
Dengan spekulasi bahwa ada yang sedang berada di dalam rumah ini, aku akhirnya memilih untuk menggedor-gedor pintu berkali-kali hingga menimbulkan suara yang cukup berisik.
"Apa ada orang di dalam?!" teriakku cukup kencang, masih sambil menggedor pintu.
Cukup lama aku berusaha menggedor pintu tanpa henti.
"Ada orang ..." suaraku seketika terhenti begitu kudengar suara kunci diputar dari balik pintu. Hingga kemudian kulihat daun pintu di depanku bergerak dan pintu pun mulai terbuka.
"Siapa?" tanya orang dari balik pintu.
Aku mengangkat wajahku dan mendapati seorang pria muncul dari balik pintu yang ia hanya buka sedikit. Dengan rambut yang terlihat sangat berantakan, ia lalu menggosokkan matanya yang masih tampak setengah terbuka itu. Dari balik pintu yang hanya terbuka sedikit itu, aku juga bisa melihat bahwa ia nampaknya hanya memakai kaos singlet dan celana pendek.
Setelah memperhatikanku beberapa saat, ia malah kembali menutup pintunya. Bahkan sebelum aku sempat menanyakan apa pun padanya. Siapa dia?
Aku pun kembali mengetuk pintu agar dia segera kembali membuka pintunya. Masih tak mengerti kenapa dia menutup pintunya begitu saja tanpa berkata apa pun padaku.
Cukup lama aku terus mengetuk pintu, hingga akhirnya pintu itu kembali terbuka. Kali ini ia membuka pintu sepenuhnya, lalu tersenyum ke arahku.
"Maaf, aku sebenarnya cukup terkejut karena tiba-tiba saja ada wanita cantik datang ke sini. Kupikir aku sedang bermimpi bertemu bidadari tadi ...." Pria itu tersenyum lebar sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya. Membuatku menyernyitkan dahiku dengan ekspresi aneh padanya.
"Maaf kau pasti menunggu cukup lama. Aku harus berpakaian dulu tadi," jelasnya lagi menambakan. Kali ini kulihat wajahnya juga terlihat lebih segar daripada sebelumnya, dengan beberapa tetes air yang masih tersisa di wajahnya. Aku berasumsi bahwa mungkin dia baru saja bangun tidur tadi saat membukakan pintu untukku.
"Nugu ... seyo?" tanyanya hati-hati kemudian sembari memperhatikan ke arah wajahku.
Aku mengernyitkan dahiku dan sebenarnya agak sedikit bingung dengan situasi yang terjadi, karena situasinya entah bagaimana ternyata tidak sesuai dengan ekspektasiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marrying a Gay Man?!
FanfictionIrene sedang dilanda keraguan tentang kelanjutan hubungan dengan tunangannya Suho-si pria dingin yang hampir tidak pernah mau berbicara kepadanya sama sekali. Hingga suatu saat, pria itu menjadi lebih banyak berbicara kepadanya. Setelah kejadian di...