Mom benar-benar serius ketika dia bilang aku akan dihukum. Hari ini sepulang sekolah, Mom mendorongku masuk kamar lagi tatkala aku hendak keluar rumah begitu aku menjawab pertanyaannya bahwa aku ada urusan dengan teman-teman. Mom tahu aku bohong; sebenarnya saja, aku akan ke rumah Julia dimana nantinya berkeliling kota dan bukannya berurusan dengan teman-teman kelasku karena, hei, ingatlah aku bahwa sekarang ini tidak ada teman selain Julian, Penelope, dan... Seth—oh sialan, adikku itu merangkap adik sekaligus teman. Aku bertanya-tanya mengapa Mom-ku melakukan hal naif kepada anaknya sendiri meskipun ini hanya sekadar hukuman-di-kamar. Mengapa aku? Mengapa tidak Seth saja?
Ponsel pintarku bergetar dan menyala, menampilkan foto jelek Julian di layarnya beserta nama kontak Julian; Wreck it Julian. Sewaktu kutekan tombol hijau, bukannya suara suara Julian yang kudengar, melainkan Penelope yang bicara. Sial, mereka pasti telah lama menunggu sementara aku hanya berdiam diri di kamar.
"Jason, hei! Di mana kau? Ini sudah jam tiga. Katanya kau mau mengajak kita jalan-jalan?!"
Ya, aku memang menyuruh Julian membawa mobilnya ke rumah Penelope untuk jalan-jalan keliling pusat kota. Hanya saja, aku tidak bilang akan ada Julia yang ikut serta karena kupikir, mereka berdua pasti tidak siap. Oh, parah sekali pasangan konyol itu.
Aku hanya mengatakan bahwa aku tiba sebentar lagi ke sana tanpa memberitahu jika aku sedang dikurung-di-kandang-menyebalkan ini karena Mom. Setelahnya, telepon kututup, meninggalkan nada sambungan terputus di lubang pengeras suaranya.
Jempolku mengetikkan pesan singkat ke nomor kontak Seth, berisi kalimat dimana aku menyuruhnya agar segera ke kamarku untuk berjaga-jaga kalau-kalau Mom tiba-tiba masuk kamarku. Dan oh, kalimat terakhir, aku juga minta maaf padanya karena kurasa Seth memang tidak seharusnya pergi bersamaku karena kalau sampai kejadian, akulah yang akan dirutuki Mom. Hampir lima menit Seth tidak membalas pesanku hingga aku akhirnya memutuskan untuk berganti pakaian dengan sweater dan jeans hitam; omong-omong minggu ini masih musim gugur dimana udara memang cukup dingin dan sebentar lagi bulan Desember—musim dingin akan segera datang. Waktu aku selesai dengan sneakers merahku, tanpa pikir panjang kupanjat jendela dan melompat keluar. Tidak buruk, dan kurasa rasa takutku terhadap ketinggian selama ini mulai berkurang semenjak aku memanjat rumah Carpenter kala aku menelusup ke kamar Julia waktu itu.
Kedua kakiku mendarat sempurna di atas rerumputan dengan tumpuan lutut yang agak menekuk. Tidak ada jendela dinding yang berhadapan langsung denganku sehingga kupikir hampir tidak ada kemungkinan Mom tahu bahwa anak laki-lakinya ini kabur. Dan ya, semuanya berjalan mulus hingga aku akhirnya melompati pagar sebelum sesudahnya pun sampai di depan pintu rumah Julia, dan mematung. Sialan, aku rupanya tidak punya cukup keberanian menghadapi Nyonya Carpenter dan suaminya untuk menjelaskan alasan yang logis supaya mereka mengizinkanku mengajak Julia jalan-jalan. Parah, lima detik kubuang sia-sia di depan pintu tanpa menyentuh permukaan kayunya sama sekali.
Yang terjadi setelahnya, diriku kembali melakukan hal bodoh; memanjat atap di mana kamar Julia berada, seperti yang sudah-sudah. Perbuatanku sempurna; tidak ada yang melihatku mengendap-endap, menjangkau genteng, dan mengetuk permukaan kaca jendela Julia. Semuanya berjalan lancar hingga akhirnya Julia yang tadinya sedang melakukan sesuatu—memegang buku, membaca atau menulis... atau apa pun itu—pun menyadari kehadiranku di luar kamarnya secara tiba-tiba. Aku bisa tahu ada rasa kecemasan yang amat berarti kala kulihat wajahnya yang setengah kaget dan ketakutan ketika membuka jendela. Ah, pasti ia takut terhadap orangtuanya sendiri jika tahu ada anak laki-laki menerobos masuk kamar Julia tanpa sepengetahuan mereka.
"Jadi tur bersama kami?" tawarku, dengan senyum penuh ketika aku masih bertengger di pinggiran jendela.
Jemari mungil Julia memainkan gerakan-gerakan dan itu cukup panjang sekali dan juga cepat; jelaslah aku tidak tahu apa maksudnya. Julia mengetahui ketidakpahamanku lewat ekspresi wajahku. Sejurus kemudian ia mengambil book note andalannya dan langsung menuliskan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Rumors about the Mute Girl
Teen FictionOrang-orang bilang ada gadis bisu di rumah itu. Dan akhirnya aku tahu bahwa itu benar setelah kejadian dimana Mom menyuruhku mengantarkan kue untuk tetangga samping rumahku di mana gadis bisu itu tinggal. Namanya Julia. Dan keluarganya adalah kelua...