19 | the Carpenters' truth

3.6K 475 20
                                    

Mungkin aku adalah orang yang konyol. Seth mengataiku demikian dan setelah kupikir-pikir lagi, kurasa anak itu benar.

"Mau sampai berapa kali lagi kau mengetuk pintu rumah wanita galak itu?"

Aku menoleh ke belakang punggungku, mendapati Seth berdiri angkuh dengan muka masam. Tatapannya padaku membuatku beranggapan seolah dia membenciku karena aku membela Nyonya Carpenter. Bukan, maksudku, aku 'kan tidak pernah membela Nyonya Carpenter dalam hal apa pun. Aku hanya ingin membantu menemukan Julia saja.

Memang, saat ini kami—aku dan Seth—sedang berdiri di depan rumah Carpenter. Aku tidak tahu apakah Seth telah merencanakan sesuatu dengan membuntutiku ke sini seusai pulang sekolah tadi. Padahal, ketika kutanya apakah dia akan pulang bersamaku atau masih ada urusan lain dengan teman-temannya di sekolah tadi, Seth menyuruhku pulang duluan dan bilang bahwa dia harus tinggal di sekolah lebih lama karena dirinya belum ulangan harian susulan.

"Sampai Julia pulang," aku berkata singkat.

"Jadi, sekarang kau membela keluarga itu?" Seth maju satu langkah, "Kau konyol."

"Kenapa kau ini? Bertingkah seolah tiba-tiba kau membenci kakakmu tanpa alasan?"

Kumiringkan kepala, kedua kelopakku memicing, bertanya-tanya apakah Seth telah mengalami kepikunan di usia muda sehingga tiba-tiba bertingkah aneh padaku.

"Apa kau tidak sadar itu?" kata Seth dengan aksen sentimentalnya dan kedengarannya ia seolah menyembunyikan sesuatu. Anak itu memicingkan kelopak matanya, membuatku semakin menaruh curiga terhadap adik kandung sendiri.

"Kau bicara ap—"

"Lihat saja. Nyonya Carpenter itu tidak ada di rumah. Begitu juga dengan suaminya. Aku yakin mereka pasti kabur."

Mendengarnya bicara seperti itu, refleks aku berpaling dari Seth lalu mengamati pintu rumah Carpenter yang masih tertutup. Hening. Pintu hanyalah pintu dan benda itu hanya akan terbuka jika seseorang dari dalam merespon (atau malah pura-pura tidak dengar). Benar saja, pasangan itu tidak di rumah begitu aku mengecek kembali halaman depan dan mengintip ke garasi, mobil mereka tidak ada.

Aku kembali pada Seth ketika dia kembali bicara, "Mereka sedang bermain drama, bersikap seolah-olah keluarga mereka sedang terkena musibah di mana Julia tiba-tiba menghilang dari kamarnya. Padahal, kau tahu? Mereka-lah yang melakukannya sendiri."

"Melakukan apa?!"

"Membawa pergi Julia ke suatu tempat. Masuk akal bukan?"

Tidak. Tidak masuk akal. Aku masih tidak bisa mengerti. Bagaimana bisa Seth mengetahui sesuatu sedangkan aku sama sekali tidak? "T-tapi, Mom bilang, suami istri itu akan menghubungi polisi hari ini. Bukankah mereka sedang ke sana?"

Seth menarik tanganku dengan paksa, menggiringku kembali ke rumah. Aku berusaha melepaskan cengkeramannya dari tanganku, namun tidak bisa. Entah kenapa sore ini Seth tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang tidak kukenali sebelumnya. Seth seperti....

"Mom! Mom!" teriak Seth. "Dad! Di mana kalian?"

"Lepaskan aku!" bentakku di depan muka Seth yang tengah mencari-cari di mana Mom dan Dad berada. Seth akhirnya melepaskanku, dan kini, kami berdua berdiri di ruangan depan rumah kami, saling menatap garang satu sama lain.

Aku jadi beranggapan bahwa jika Seth mengetahui sesuatu, pasti Mom juga mengetahui sesuatu....

"Ada apa?" Dad datang, berjalan menuruni tangga.

"Di mana Mom?" tanya Seth, dengan nada memburu.

Rasa penasaranku semakin menjadi sampai sebelum Dad menjawab, aku menyela Seth, "Ceritakan padaku sebenarnya ada apa, Seth!"

Ten Rumors about the Mute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang