"Jadi, bagaimana sekarang? Aku harus mencari Julia di mana?" tanyaku pada Seth begitu telepon ditutup.
"Jalan Bloomfield Barat. Pukul 22, dia ada di sana."
"B-bagaimana kau—?"
"Ini," telunjuk Seth mengarah pada kalimat dalam surat Julia, yang paling bawah. "Kita bisa mencarinya di sana sebelum terlambat."
Aku melongo, tidak percaya dengan yang Seth katakan. Anak itu sejeli itu hingga mampu menerjemahkan isi tersirat dalam tulisan. "Apa yang dia lakukan di sana?"
Seth menatapku penuh harap, namun lebih seperti memberiku tatapan kasihan sehingga dia menjawab, "Entahlah," katanya, "menunggu seseorang menyelamatkan hidupnya."
---
Jalan Bloomfield Barat. Itu adalah salah satu jalan dengan arus cepat di kota ini. Itu sekitar delapan kilo, tidak mungkin sampai ke sana dalam waktu kurang dari lima belas menit, oh astaga, sial. Andai saja tadi tidak ada adegan konyol mencari maling dan aku langsung bisa menyadari keberadaan surat Julia di kamarku, pasti kami sudah sampai di sana sekarang. Julia tadi pasti sengaja menyelusup lewat jendela kamarku dan meletakkan suratnya di sana lalu kabur dengan sengaja atau tidak sengaja lupa menutup jendela lagi. Ini, tidak masuk akal.
Mobil Nyonya Carpenter melaju dengan kecepatan enam puluh kilometer per jam. Mesinnya menderu ketika Herbert Carpenter menaikkan kecepatan menjadi enam puluh lima. Aku bisa melihatnya lewat speedometer meskipun aku dan Seth duduk di sofa belakang, dan Nyonya Carpenter di samping kemudi. Tadi, ketika aku memberitahu Nyonya Carpenter keberadaan Julia yang kemungkinan ada di Jalan Bloomfield Barat, wanita itu tidak percaya padaku. Sampai tiba-tiba Seth menyelonong dari belakangku, langsung menyodorkan secarik surat Julia kepada Nyonya Carpenter, barulah wanita itu percaya, yakin benar bahwa Julia mungkin memang ada di sana.
Ini sudah sepuluh menit dari keberangkatan kami, dan kusadari lewat papan tanda di pinggir jalan yang terlewati, itu bertuliskan West Bloomfield Road. Aku memberitahu Herbert Carpenter setelahnya, dan kurasakan kecepatan mobil memelan. Dia bilang, kalau kami melihat Julia di suatu tempat, segera beritahu dia. Mobil kini berkecepatan lima puluh kilometer per jam. Jalanan tidak begitu ramai sehingga kami tidak kerap mendapat klakson dari pengguna jalan lain yang emosional karena melihat mobil kami yang lambat sekali mengingat ini adalah jalan-arus-cepat di Bloomington.
Kami melewati rest area, dan tidak ada tanda-tanda seorang gadis di sana karena kulihat tempatnya sangat sepi. Setelahnya, benar-benar hanya tinggal pepohonan saja dan lampu jalan. Julia masih belum kelihatan dan aku mulai khawatir kalau-kalau dugaan ini salah karena ini sudah lumayan jauh sejak kami berkendara di Jalan Bloomfield Barat, serta kenyataan bahwa Julia juga tidak menuliskan di kilometer berapa ia.
Sampai tiba-tiba, Nyonya Carpenter berkata, "Julia! Itu dia!" Aku langsung menoleh ke arah yang disebutkan Nyonya Carpenter, di ujung persimpangan, astaga, perempatan!
Julia berdiri di sana, di lampu merah. Hanya diam saja dan tidak bergerak. Mobil langsung memelan lalu menepi ke sisi kanan jalan (beberapa meter dari perempatan) karena tidak banyak kesempatan untuk menyeberang ke sisi kiri di mana Julia berada sekarang. Aku hampir-hampir kaget karena ketika aku setengah membuka pintu mobil belakang di sisi kiri, suara klakson truk tepat di samping mobil, membuat jantungku hampir copot, sialan.
Sewaktu tubuhku sepenuhnya telah keluar dari mobil dengan cara perlahan-lahan kalau-kalau tiba-tiba mobil menglaksonku lagi, aku langsung menutup pintu dan selama beberapa detik, menempel bersandar pada permukaannya. Inderaku kembali mengarah pad sosok Julia yang sama sekali tidak menyadari kehadiran kami di seberang sini bahkan meskipun Nyonya Carpenter, ibunya sendiri sudah memanggil nama Julia dua kali. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Julia saat ini sehingga masih berdiri di sana seolah telah membeku karena kedinginan dan oh, astaga, sudah berapa lama dia berada di sana?
Aku menunggu sementara Nyonya Carpenter memanggil Julia untuk ketiga kalinya dari depan mobil. Herbert Carpenter dan Seth keluar secara bersamaan dan setelahnya mereka hanya mematung. Entah kenapa sialnya jalan raya menjadi sangat ramai dengan setiap suara klakson-klakson mobil yang berdenging melewati kami, memberi kode bahwa ini bukan jalan yang tepat untuk berhenti di tengah-tengah arus cepat. Kulirik Nyonya Carpenter yang tiba-tiba diam, lalu Herbert Carpenter, lalu ke arah Seth. Mereka bertiga sama-sama bergeming. Lalu setelahnya, kulihat ke tempat Julia lagi dan begitu kagetnya jantungku, Julia sudah dua langkah dari tempatnya tadi. Astaga, sial.
Aku memanggil namanya, keras lalu berakhir menggantung di udara. Uap dari mulutku bahkan bisa kulihat tebal karena udara benar-benar dingin. Kupanggil Julia lagi karena oh sialannya, gadis itu tidak mengacuhkan panggilanku, malah tahu-tahu berjalan ke tengah jalan. "Julia!!!" dan kupanggil dia untuk yang terakhir kalinya sebelum kulangkahkan kaki berlari ke tengah jalan. Berusaha secepat angin, secepat kilat, dan secepat cahaya, melampaui jalan beraspal, menuju Julia yang kini sudah berada di tengah-tengah perempatan.
Namun aku belum secepat itu karena sekarang aku baru sampai di seberang jalan—dengan selamat untungnya. Kulirik lampu lalu lintas yang berada satu jalur, kuning, lalu berganti merah. Mobil-mobil di jalur kanan sudah berhenti, dan syukurlah tidak menabrak Julia. Kendaraan dari arah selatan masih belum berjalan, dan aku tahu pada detik ini, semua lampu di persimpangan pasti merah semua karena detik ini juga adalah detik pergantian lampu lalu lintas di timur dengan yang di selatan (dimana pergantiannya berlangsung kukira selama lima detik). Kulirik ke arah selatan, mobil-mobil masih berhenti. Kulirik keberadaan mobil Nyonya Carpenter, mereka bergeming, hanya mengamatiku dari kejauhan tanpa memberikan kode apa pun. Aku lalu berbalik ke arah Julia, mendapati gadis itu masih berdiri di tengah sana, tanpa menatap ke arah apa pun; matanya terpejam.
"Julia!!!" panggilku. Aku, detik ini juga, aku ingin secepat cahaya, melebihi kecepatan-kecepatan apa pun di alam semesta. Aku ingin bisa satu langkah sampai ke sana dan membayangkan bisa langsung tiba di sisi Julia, lalu membawanya pergi. Detik ini juga, kakiku melangkah secepat angin, secepat kilat, dan secepat cahaya ke sana, dan, kakiku melangkah. Namun, takdir berkata lain. Ternyata, aku tidak di antara ketiganya. Tidak menjadi secepat angin, secepat kilat, maupun secepat cahaya. Kakiku tidak cukup ramping untuk itu.
Sempat kudengar klakson-klakson mobil dari arah selatan namun kuabaikan dengan segera sambil mempercepat dan memperlebar langkah sebelum akhirnya mendadak tubuhku terpelanting dengan seluruhnya tertunjang bemper depan sebuah mobil. Lalu berputar-putar, dan setelahnya kusadari kepalaku membentur aspal dan berdenging.
Tubuhku tersungkur keras di atas aspal. Kucari pandangan terjelas yang bisa dilihat mataku. Aku ingin melihat dimana Julia berada, namun Julia tidak ada di depanku. Aku menoleh ke samping kanan yang aku bisa, dia tidak ada, lalu ke kiri, gadis itu tidak ada di seluruh penjuru jalan. Semuanya memburam, seperti sebuah rekaman kamera yang lensanya lupa tidak difokuskan dengan tepat. Semuanya hilang, seolah tiba-tiba aku berada di dalam air yang keruh, yang tidak bisa kulihat kejernihannya. Hal yang bisa kudengar setelahnya adalah: hanya dengingan di kepala diikuti suara tubrukan keras (seperti benda pecah berkeping-keping) suatu kendaraan berat dengan kendaraan yang lain, dimana setelahnya, suara-suara klakson mulai bersahut-sahutan bersamaan dengan bunyi sirine alarm-tanda-bahaya beberapa mobil. Kepalaku benar-benar pusing ketika kugerakkan. Darah segar yang kental bisa kurasakan merembes di samping telinga. Seketika aku merasa benar-benar lelah, lalu aku berhenti. []
Oke deh sip. so, is it really the ending?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ten Rumors about the Mute Girl
Teen FictionOrang-orang bilang ada gadis bisu di rumah itu. Dan akhirnya aku tahu bahwa itu benar setelah kejadian dimana Mom menyuruhku mengantarkan kue untuk tetangga samping rumahku di mana gadis bisu itu tinggal. Namanya Julia. Dan keluarganya adalah kelua...