50 | "...until it teaches us what we need to know."

1.9K 193 57
                                    

Aku memasuki lorong panjang yang menghubungkan pintu utama rumah Julian dengan ruangan besar yang kurasa malah lebih cocok disebut sebagai aula sekolah. Luas dan penuh riuh manusia yang sedang berpesta, tiba-tiba aku merasa mual melihat semua pemandangan ini, sialan. Kulayangkan pandangan ke seluruh ujung-ujung kepala setiap orang, mencari wajah-wajah yang kiranya kukenal. Namun nihil, tidak muncul wajah sialan Seth di antara mereka.

Aku sengaja datang terlambat ke pesta syukuran beasiswa Julian karena sebelumnya aku sudah merasa bahwa pesta bukan ide yang bagus untukku; aku tidak pernah menyukai pesta sepanjang hidup. Mereka pasti hanya akan berjoget seperti orang kesetanan sambil terus menenggak belasan gelas minuman beralkohol hingga mabuk, sebelum akhirnya menghabiskan sisa malam mereka dengan berhubungan seks di kamar-kamar besar rumah ini.

Seth sudah berada di sini sejak setengah jam lalu dan katanya ia datang bersama Adam. Sialan, rumah Julian sudah seperti istana saja! Inderaku kesulitan mencari sesosok Julian untuk nantinya kuberi ia selamat dan terima kasih karena telah mengundangku. Ya, aku hanya berniat datang ke pesta ini untuk mengucapkan selamat pada Julian, lalu minum segelas soda, lalu pulang, dan tidur, selesai.

Seusai menghabiskan segelas minumku, aku mengunyah sebuah cupcake yang sengaja disajikan di atas sebuah meja, pada rak mini yang khusus digunakan untuk menyajikan makanan. Karena tenggorokanku rasanya seperti tersumbat adonan cupcake yang kumakan, terpaksa aku harus menenggak air minum lagi, dan perutku nyaris kembung karenanya.

Seseorang menepuk punggungku, menyebabkan kerongkonganku tersedak dan rasanya seolah terbakar. Berusaha kupulihkan penglihatanku yang tadinya penuh air mata (karena rasa panas yang meluap di kerongkongan berhasil membuatku hampir menangis). Penelope Miller berdiri di depanku sebelum akhirnya menyapa selamat malam. Aku membalasnya dengan anggukan kecil beserta wajahku yang diselimuti ketegangan akibat tersedak minuman tadi. Ia tersenyum, namun aku tidak berniat membalasnya karena tidak ada gunanya kulakukan itu.

"Yo, Jason!" tiba-tiba Julian muncul di belakang Penelope. Perutku mendadak mual ketika Penelope menyosor ke bibir Julian dengan seenaknya. Julian pun membalas ciumannya tanpa peduli lagi dengan keberadaanku padahal dua detik yang lalu Julian baru saja menyapaku, sialan mereka.

Aku langsung beranjak dari tempat itu tanpa pikir panjang. Entah kenapa tiba-tiba saja pikiranku lupa akan niat awalku untuk mengucapkan 'selamat atas beasiswanya' dan 'terima kasih karena telah mengundangku' kepada Julian. Langkahku berjalan menuju ke lorong yang lebih kecil dari yang kulewati sebelumnya, dan lorong itu rupanya berujung pada tangga ke lantai atas. Aku menaiki tangga itu dan sampai di lantai dua. Ruangan besar lagi, dan hanya terdiri dari kamar-kamar. Tidak kuhiraukan kamar-kamar itu (yang mungkin saja pintunya terkunci sekarang karena orang-orang sedang memuaskan diri di dalam sana, berpasang-pasangan, bercumbu dan bercinta yang sangat menjijikkan). Aku langsung menuju salah satu pintu yang terhubung dengan balkon, yang mempersilakan dinginnya angin malam masuk ke seluruh ruangan.

Tubuhku berdiri di balkon dan lenganku bertumpu pada pagar. Sengaja kuberdiri di tempat ini selama kurang lebih dua menit sebelum akhirnya duduk di lantai balkon dan kedua kakiku kubiarkan menggelantung di antara sela-sela pagar besi. Jarang sekali kurasakan suasana malam di penghujung bulan September seperti sekarang ini, apalagi kamar sialanku tidak terdapat balkonnya, sehingga jelaslah sudah, Jason si pemalas ini hanya terbatas duduk di sisi jendela tanpa pernah bisa duduk-duduk di balkon, sialan.

Aku baru saja mengamati van warna putih yang memposisikan diri untuk parkir di halaman rumah Julian ketika tiba-tiba seseorang menepuk bahuku, dan yang ada kemudian adalah aku kaget setengah mati. "Sialan! Aku bisa mati tadi," umpatku, lalu menoleh, rupanya Penelope, "Kenapa kau di sini?"

Ten Rumors about the Mute GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang