Curhatan Lebay

3.4K 140 1
                                    

Cerita ini juga dishare di akun facebook Alfina Amalia tepatnya di grup Komunitas Bisa Menulis.

***

Aku mengunci pintu dari siang sampai malam. Aku mogok makan, mogok bicara semuanya aku mogokin! Yaiyalah! Ini bentuk kemarahan ku kepada Mama dan Bapak. Bisa-bisanya mereka menerima lamaran dari Antares itu! Kalian tau gak Antares itu siapa?

Dia itu tua bangka yang punya perumahan dekat sekolah ku dulu. Bukan yang punya sih, salah satu yang punya saham disana. Udahlah, anak IPA mana paham sama saham-sahaman! Ehh, memangnya aku paham apa selamat tiga tahun belajar di kelas IPA?

Bodoamat! Sekarang aku menunggu Desy yang katanya lagi on the way. Aku gak percaya dia sudah otw, pasti dia lagi garuk-garuk ketek!

"Siska, ayo Nak makan." itu suara Mama. Oh big no! Aku gak bakal bukain pintu kecuali Desy yang datang. Sebenarnya aku sudah nitip martabak telor sama dia. Aku gengsi mau makan, aku kan lagi ngambek.

"SISKA!!!" malaikatku! Itu suara toa Desy. Aku membuka pintu kamar sedikit dan langsung menarik tangan gempal Desy.
Aku memeluk Desy sambil nangis beserta ingus yang aku lap kan dijilbabnya.

"Woy sadar lu ngapa? Main peluk-peluk gua segala!" Desy hendak melepaskan pelukan. Tapi aku malah semakin mengeratkan pelukan.

"Aku mau dinikahin! HUAAAAAA..." kataku lalu menangis sambil nendang-nendang.

"Bagus dong! Kaya raya gak cowonya? Kalo iya kamu abisin aja uangnya terus racunin pakai sianida. Gampang kan?" balasnya. Aku menggeplak kepala Desy. Lulus dari SMA membuat kinerja otaknya agak sengklek.

"Iya kaya, tapi masuk penjara!" Desy malah tertawa. Ia menarik ku untuk duduk di atas kasur.

"Ceritain pelan-pelan sambil makan martabak," Desy membuka bungkus martabak telor. Aku mencari tisu, ini ingus ku udah meluber!

Jebret!!!

Alhamdulillah lega juga ini hidung.

"Najis! Muka sama kelakuan berbanding terbalik. Kasian cowo yang mau nikahin kamu!" Desy menggedik jijik. Bodoamat!

Kemudian aku menceritakan semuanya. Sambil nangis sekaligus memakan martabak telor. Desy manggut-manggut sesekali menanggapi. Ia terkejut ketika aku menyebut nama Gemma Antares.

"Jadi menurut kamu aku harus gimana?" tanyaku.

"Terima aja lah Sis, Kak Antares itu luar biasa deh baiknya! Dia teman Abang aku. Kamu gak lupakan kalau Bang Fadhil itu juga salah satu yang punya saham di perusahaan apalah namanya gatau aku!" jawab Desy. HUAAA gak ada yang sepemikiran sama aku! Aku harus gimana?

"Tapi Des, nikah itu ribet! Kamu tau kan aku gak bisa masak, gak bisa nyuci, gak bisa beresin rumah! Aku manja, aku lebay, aku kekanak-kanakan!" jelasku berapi-api.

"Gak bisa masak? Beli! Gak bisa nyuci? Ngeloundry! Gak bisa beresin rumah? Panggil tukang bersih-bersih! Kamu manja? Bukannya cowo suka sama cewe manja-manja bego kaya kamu ya?"

Mudah banget Desy ngomongnya. Tapikan aku yang akan melaluinya! Apalagi kalau suami minta haknya. Alamak! Takut aku! Masa aku nikah sama om-om sih? Gak banget!

"Des, kamu tau kan aku suka sama Ka Zaini. Aku cinta sama dia Des. Dari kelas sepuluh hatiku udah jatuh cinta sama dia,"

"Iya kamu cinta, lha dia? Emang dia cinta sama kamu? Dia kenal kamu juga karena duduk sebelahan doang. Sisanya gak tau-tau sama kamu."

"Aku mau nunggu dia Desy!"

"Ngapain nunggu yang gak pasti ketika yang sudah yakin pasti di depan mata,"

Nikah Muda Itu RIBET! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang