Lamaran Resmi

2K 108 4
                                    

Beberapa hari kemudian tepat dihari ulang tahunku yaitu hari ini, Mas Antares janji akan melamar. Kalian mau tau lamaran seperti apa yang kami adakan? Awalnya cuma mau lamaran biasa, tapi kalian tau emak-emak mau yang heboh. Manggil sanak saudara nun jauh dimata hanya untuk datang di acara lamaran. Ini baru lamaran, gimana kalau akad? Bisa-bisa Mama manggil penyanyi kesayangannya atau artis-artis terkenal.

Dekor sana dekor sini, bocah-bocah juga pada gangguin. Orang-orang komplek juga ikutan bantu, sudah dibilangin cuma lamaran, kok antusias banget sih?!

"Anak Pak Lurah mau lamaran, pupus harapan kita," Aku mendengar salah satu dari segerombolan cowo yang diminta Bapak untuk beres-beres di rumah.

"Iya Kim, kita itu cuma serpihan kue rokok kalau dibandingkan sama calon suaminya," balas yang satunya.

"Gak papa serpihan kue rokok, yang penting masih ada sedikit rasa manis," canda yang berbaju merah.

Jujur, aku gak tau nama mereka. Mungkin aku kurang main atau mereka itu orang baru di komplek.

"Udahan dulu yuk beres-beresnya, mending makan dulu. Ditunggu Bapak di ruang makan," ucapku menginterupsi pembicaraan mereka.

"Eh ada bidadari surga," celetuk yang tadi ngomong serpihan kue rokok.

"Hussh! Udah punya calon jangan dirayu-rayu, gak mempan! Ayo kita ke Pak Lurah," Aku tertawa, ada-ada aja. Aku ini kan bidadarinya Mas Antares.

Hah, Mas Antares?

Gara-gara Mas Antares mengiyakan kehendak emak-emak, aku jadi kalah telak. Seharusnya kan lamaran ini sesuai mau ku, eh malah emak-emak yang nyusun segala macam. Aku cuma disuruh duduk diam.

Handphone-ku bergetar, ada sebuah telpon masuk dari Mas Antares.

"Assalamualaikum," ucap Mas Antares.

"Waalaikumsalam, kenapa nelpon?" tanyaku.

"Disana masih beres-beres?" tanyanya balik.

"Iya, Mas sih mau-mau aja iyain para emak-emak. Jadi rame gini kan!" jawabku.

"Kalo cuma kita aja Mas takut," lanjutnya.

"Takut karena apa?" tanyaku.

"Takut ditolak lagi," jawabnya. Tawaku menyembur, sebegitu meragukannya kah diriku? Walaupun aku bocah, aku ini serius lho orangnya!

"Mas, Bapak ada ngomong apa?" tanyaku.

"Oh itu, katanya biar Bapak aja yang ngurus surat-menyurat pernikahan kita. Mas gak enak, tapi dipaksa. Biar cepet,"

"Gak mau! Kita aja yang urus sendiri, pantesan Bapak gak ngomong apa-apa sama aku. Taunya mau diurusin,"

"Kamu yakin mau ngurus sendiri?"

"Gak,"

"Lho, kok gitu?"

"Ngurusnya sama calon suami lah!"

"Kalau Mas gak lagi sibuk, ya. Akhir-akhir ini sering keluar kota,"

"Kalo gitu tunda aja nikahnya!"

"Jangan, Mas gak kuat kalau ditunda terus. Nunggu lagi, kapan sahnya kalau begitu," Suara Mas Antares terdengar frustasi. Ngebet banget nih orang mau nikah sama aku!

"Makanya kalo diajak harus mau. Aku mau makan dulu, Mas jangan lupa makan, ya!"

"Iya, assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Klik. Sambungan telpon terputus. Acara lamaran kami dilaksanakan jam 16.00 sore. Dan sekarang jam 14.30 aku baru makan. Semua sudah siap, kok tiba-tiba aku mau ketawa sambil nangis, ya?

Nikah Muda Itu RIBET! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang