Resepsi

3.1K 136 33
                                    

A/n : Adegan nganu-nganu skip bye.
Happy Reading!

Acara akad telah selesai, sedangkan acara resepsi dimulai setelah ashar sampai malam. Gigiku kering, dari tadi nyengir mulu buat foto. Mas Antares mana pernah nyengir, yang ada cuma senyum biasa.

Sekarang aku lagi menghapus make-up karena mau sholat dzuhur. Ya Allah kok makin deg-degan, padahal cuma sholat yang rutin dilakukan. Ada bedanya sih, kali ini diimamin sama Mas Antares.

"Resepsi nanti make upnya agak tipis dikit ya fondienya," ucapku pada Tika. Mereka makein foundation tebel banget, bagus sih. Aku gak punya bekas jerawat jadi rasanya gak perlu terlalu tebal.

"Okay, nih udah selesai. Ayo lepas dulu gaunnya," balas Tika. Aku melepas gaun dibantu Tika. Kemudian ke kamar mandi untuk cuci muka, wudhu, dan ganti baju.

Keluar dari kamar mandi, aku melihat Mas Antares lagi ngaca sambil ngepasin kopiahnya. Lha, ini makin deg-degan! Santai Siska, Mas Antares gak bakal nelan kok. Rasanya aneh, terbiasa makai jilbab di depan orang, ehh kudu lepas di depan Mas Antares soalnya tadi lupa bawa jilbab.

"Sudah wudhu?" tanya Mas Antares. Aku mengangguk. Lalu kami sholat, hatiku makin bergetar ketika mendengar Mas Antares mengangkat takbir.

Selesai sholat dan berdoa, Mas Antares berbalik ke arahku. Aku mencium tangannya. Mas Antares menatap lekat, haduh ini bikin salah tingkah aja!

"Mas, kenapa?" tanyaku.

"Gak papa," jawab Mas Antares lalu mencium keningku lama. Kenapa sih badanku ini, kalau Mas Antares dekat aku bawaannya langsung meluk aja. Kayak ada tombol otomatisnya. Ge'er dah Mas Antares dipeluk terus.

"Semoga Mas diberikan kesabaran yang banyak untuk membimbing kamu," ucap Mas Antares.

"Mas gak lupa kan diresepsi nanti kita dansa?" tanyaku.

"Iya gak lupa. Kenapa?" tanyanya balik.

"Ayo kita latihan dulu!" jawabku bersemangat. Sebenarnya aku masih malu-malu juga sih harus dansa di tengah-tengah tamu. Tapi gimana ya, itu kan impian aku dari kecil.

Mas Antares tertawa lalu membantu aku membereskan sejadah. Kemudian kami berdansa.

"Mas jangan kaku gitu mukanya!" ucapku.

"Emang gini adanya," balasnya. Aku menarik pipinya sampai membuat lengkungan manis.

"Senyum!" kataku. Mas Antares tertawa lalu memelukku. Setengah jam kami latihan, akhirnya selesai juga. Aku dan Mas Antares keluar kamar menuju ball room hotel. Sebelum turun tadi aku make up dikit, biar gak pucat-pucat amat.

"Mas Antares!" panggil seseorang yang aku gak tau dia siapa.

"Arsen, kamu baru sampai?" tanya Mas Antares. Si Arsen itu mencium tangan Mas Antares dan memeluk sebentar.

"Iya, Mas. Eh ini Kakak ipar, ya?" tanyanya. Aku melirik Mas Antares, kok dia gak bilang sih ini adiknya.

"Namanya Arsenio Akbar, dia adekku yang kuliah di luar negeri," jelas Mas Antares. Aku tersenyum.

"Nah, kalau ini Aksa Mahardika, dia dua tahun di atas Jihan." Mas Antares menepuk bahu si Aksa. Heran sama keluarganya ini, kok pada manis semua, ya?

"Eh kamu itu Siska yang pernah salah mukul orang kan?" tanya Aksa. Busyet! Ingat aja dia.

Jadi, saat aku SMP, aku punya sahabat namanya Reni. Dia diselingkuhin sama pacarnya, nah aku sebagai sahabat yang baik mau balas dendam si Reni. Reni menunjuk cowok yang sedang duduk di halte. Nah, langsung deh aku pukulin dia. Beberapa menit baru Reni bilang kalau aku salah orang. Malu banget, aku langsung lari dan gak pernah mau ke halte itu.

Nikah Muda Itu RIBET! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang