Wedding Day

2.6K 128 30
                                    

A/n : Jadi wedding day ini kepanjangan kalo sampai resepsi. Aku potong menjadi 2 bagian. Happy reading!

[ Wedding Day ]

12 Agustus 2018, artinya besok adalah hari pernikahan aku dan Mas Antares. Sekarang tanganku sedang dihenna warna putih oleh Mbak Syifa. Pernikahan tetap berlangsung, gak ada pembatalan. Aku sendiri yang nelpon Mas Antares bahwa aku siap menikah dengannya.

Ceritanya begini, setelah Mas Antares memutuskan sambungan telpon, ada yang hampa di dalam hati. Sekitar tiga hari berpikir, apakah keputusan aku benar jika membatalkan pernikahan. Tiga hari uring-uringan, Mas Antares selalu muncul dimimpi. Anehnya, dia seakan-akan sudah menjadi suamiku.

Mana baik banget lagi, sejujurnya dia memang baik sih. Aku gak bisa menceritakannya dengan detail, malu sendiri. Selama tiga hari itu juga aku selalu sholat istikharah, minta petunjuk Allah. Juga gak lupa setiap hari diberi wejangan oleh Mama.

Hati semakin mantap dan malam itu langsung menelpon Mas Antares. Kalau gak salah begini isi percakapannya.

"Assalamualaikum, Mas," ucapku.

"Waalaikumsalam," jawabnya

"Mas," panggilku. Mas Antares berdeham.

"Maafin aku, maaf aku orangnya labil banget. Aku mau nikah sama Mas, jangan dibatalin. Aku gak tau kenapa selalu ragu, padahal awalnya aku udah mantap sama pernikahan ini," jelasku.

"Siska, bisa jelaskan apa yang membuat kamu selalu ragu?" tanya Mas Antares. Gawat! Gimana caranya aku jelasinnya.

"Mas janji jangan marah," jawabku.

"Gak janji," tolaknya

"Ih, janji dulu!" Tuh, kan! Aku takut banget kalau tiba-tiba dia marah terus malah dia yang batalin pernikahan.

"Mas janji," Akhirnya mengalah juga.

"Malam itu ada yang nelpon aku. Dia nyanyiin aku lagu cinta dalam hati, terus dia mengungkapkan isi hatinya. Aku baper dan berpikir lagi, mungkin aku masih mencintainya. Hatiku memberontak sama pernikahan ini, seharusnya aku bisa sama dia, bukan sama Mas Antares. Maaf ya, Mas," jelasku.

"Dia itu Zaini?" tanyanya.

"Iya, Mas," jawabku.

"Dia cuma nyanyiin kamu, nanti Mas bakal ngucap ijab qabul." Jadi maksudnya, yang nyanyi bakal kalah sama yang ijab qabul?

Nah, begitu kiranya isi percakapan. Sekarang aku gak ragu atau labil lagi.

"Siska ini dikeringin dulu," ucap Mbak Syifa membuyarkan lamunanku.

"Iya, Mbak," balasku.

"Mbak pulang dulu, ya!" pamit Mbak Syifa lalu meninggalkan aku sendirian di kamar.

Malam ini aku harus tidur lebih awal, besok subuh sudah harus di Benayu Hotel. Di sana proses akad sampai resepsi akan berlangsung. Buat kalian, jangan lupa datang, ya! Catat, Benayu Hotel!

***

"Siska, bangun sayang." Mama menepuk pipiku, sedangkan aku masih setengah sadar.

"Ini jam berapa sih, Ma?" tanyaku.

"Jam 4.20 ayo kita sholat subuh dulu. Bapak sudah nungguin di ruang sholat," jawab Mama. Aku mengangguk lalu mencuci muka dan mengambil air wudhu.

Mama lebih dulu ke ruang sholat. Biasanya Bapak jarang sholat subuh berjama'ah di rumah, karena Bapak seringnya ke Mesjid dekat komplek. Aku menaruh sejadah di sebelah Mama. Bapak sedang mengaji sedangkan Mama sibuk dengan handphone, karena dari tadi banyak telpon yang masuk.

Nikah Muda Itu RIBET! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang