Aku Punya Calon Sendiri

2.7K 120 0
                                    

Happy Reading!

***

Sebelum ashar Antares mengantarkan aku pulang. Gak ada adegan cium-cium tangan sampai kapanpun! Aku menyuruh Antares masuk ke rumah dulu. Kalau disuruh langsung pulang pasti aku bakal dicubit Mama.

"Ayo masuk," ajakku.

"Assalamualaikum..." ucap kami berbarengan. Antares membawa kantung plastik berlogo sebuah toko roti kesukaan Mama. Ehh, dia kapan sih beli itu? Kok aku gak tau.

"Waalaikumsalam, ehh udah pulang aja. Yuk masuk," ajak Mama.

"Antares langsung aja ya Tante, soalnya habis ini ada meeting sama teman. Ini Antares belikan roti untuk Tante." Antares memberikan kantung plastik itu pada Mama. Hadeh, bisa banget sok baik dihadapan Mama.

"Oh iya gak papa Nak, hati-hati di jalan ya." kata Mama. Aku yang anaknya aja gak pernah digituin. Lha dia siapa?!

"Ma, aku mau bicara sama Mama. Ini serius, tentang keberlangsungan hidup aku kedepannya." ucapku sungguh-sungguh.

"Halah gaya kamu tuh! Bilang aja mau nerima lamaran Antares, gitu aja kok ribet." tuh kan? Isi kepala Mama itu cuma si Antares aja terus!

Aku dan Mama duduk di ruang tamu. Saling tatap, kayak mau adu panco. Padahal cuma bicara dari hati ke hati.

"Ma, Siska udah punya calon sendiri. Jadi gak perlu si Antares itu ngejar-ngejar Siska lagi." kataku. Mama terkejut. Semoga Mama percaya!

"Mas Antares! Kamu ini gak sopan nyebut nama orang. Siapa calon kamu? Sebagus apa sih dia jadi kamu malah milih dia dibanding Antares?" tanya Mama.

"Aku cinta sama dia Ma!" jawabku.

"Siapa? Yang abdi negara itu? Mantan kakak kelas kamu? Siapa namanya itu? Zaini?"

"Iya, Kak Zaini. Aku suka sama dia. Aku cuma mau nikah sama dia aja! Titik!"

"Wow, silahkan kamu nikah sama Zaini. Pertanyaanya si Zaini suka gak sama kamu? Pernah ngobrol sekali aja dianggap suka."

"Gamau, pokoknya harus sama Kak Zaini!" Mama gak tau aja kalau akhir-akhir ini Kak Zaini sering menchat aku di whattsap. Hubungan kami baik, seperti kakak-adik zone. Tapi gak apalah, daripada gak ada kemajuan. Aku juga sudah bercerita dengannya kalau aku dijodohin. Responnya sih cukup membuat aku terkejut plus terbang ke langit.

"Adek yang sabar ya, Kaka disini belum selesai tugasnya."

Artinya dia bakal perjuangin aku dong! Yes! Bakal mundur tuh si Antares. Yaiyalah lawannya sama abdi negara kesayangan aku.

"Kapan dia kesini?" tanya Mama.

"Kalau tugasnya udah selesai," jawabku.

"Kapan? Jangan-jangan masih lama. Percuma dong, keduluan sama Nak Antares juga akhirnya."

Ya Allah Mamaku ini! Kenapa sih gak ngerti kalau aku tuh gak mau nikah muda! Aku nunggu Kak Zaini karena aku gak mau nikah muda! Umurku masih 18 tahun, perjalanan ku masih panjang! Tanpa nikah aku masih hidup. Nikah itu suatu hal yang sakral. Aku gak mau mempermainkan sebuah pernikahan.

"Mama, Siska takut nikah muda Ma. Mama gak tau kan apakah mental Siska siap untuk menghadapi problem dalam rumah tangga? Apakah Siska siap berumah tangga sedangkan Siska orangnya egois. Ma, Siska takut...." ucapku lirih lalu menangis.

Sesungguhnya sikap kasar ku ini hanya topeng belaka. Aku menutupi segala ketakutan yang ada dipikiranku dengan sok kasar dan sok kuat. Ya Allah aku benar-benar takut dengan nikah muda. Aku takut gak bisa menahan emosi ketika ada masalah. Aku juga takut diceraikan. Aku takut jadi janda muda.

Nikah Muda Itu RIBET! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang