FIRST - Mestizo Boy

918 106 85
                                    


Siang itu, persis di tengah terik matahari siang yang memanggang, SMA Bima Sakti langsung heboh ketika tahu dua jagoan preman sekolahnya bertarung. Bukan hanya menyimak, bahkan langsung penasaran hingga membuat sebagian siswa-siswinya berlari menyaksikan langsung adegan film laga dadakan itu.

Beritanya ngga sampai setengah jam, lima menit bahkan langsung menjadi booming seantero sekolah. Salah satunya, Billa, yang sudah heboh lebih dulu begitu mendengar kabar dari temannya. Tanpa aba aba, dia langsung menyebarkan ke kelasnya sebagai target. Apalagi tahu kalo pelakunya anak kelasnya sendiri.

"SAMLEKOM!"

"SHELLA! SHEL!"

Teriakan heboh Billa melengking ke penjuru kelas. Mengalihkan perhatian teman-temannya. Suaranya nyaring, persis seperti meneriaki maling, membuat cewek yang dipanggilnya itu meringis. "Apaan sih, Bil? nggak usah teriak-teriak kali." Shella yang masih serius mengerjakan tugas, tidak peduli bahwa sahabatnya itu sedang histeria.

"Sorri nih sorri, tapi ini penting banget!" kata Billa, penuh kepanikanㅡ yang sukses membuat seisi kelas yang lagi absurd itu memperhatikannya spontan. "Ray lagi berantem tuh!"

Cuma butuh dua detik, segerombolan anak cowok yang lagi nyempil di sudut pojok ruangan dan sibuk perang sama musuh di hapenya, seketika langsung serentak menatap ke arah Billa.

Sementara Shella yang masih duduk tenang di kursinya kontan mengernyit bingung. "Lah- terus, apa hubungannya sama gue?"

"Ya, kan elo wakil KM-nya, bantu lapor ke Bu Ratna, kek."

Dari balik pintu, Abel yang baru saja datang sehabis dari toilet bersama Sindy mendadak jadi kebingungan dengan kondisi kelasnya yang nampak menegang. Setelah bertanya dan mendapat jawaban pada teman di sekitarnya, barulah cewek itu mendadak jadi menggebu seketika dan langsung menatap interogasi ke arah Billa. "Serius, Bil?! sumpah dia bikin kelas kita tercemar!"

"Iya makanya lo mau liat ngga?"

"Dimana?"

"Belakang kantin. Buru!"

Sebelum keluar, Abel menoleh ke Shella yang masih sibuk tertuju sama tugasnya. Meskipun kelihatan dari raut wajahnya yang menunjukan kalau dia udah pusing tujuh keliling mikirin rumus Fisika yang ngga kelar-kelar, tapi tetep aja, tuh cewek ngga berputus asa sama sekali. "Shell, lo ngga ikut?"

Shella melirik Billa dan Abel. Cuma sekilas, lalu balik lagi mengerjakan tugasnya. "Kemana? mau liat dia berantem?" Belum juga dijawab, cewek itu justru langsung berdecak malas, "Gue ngga ikut. Tugas gue belum kelar."

Bola mata Billa otomatis langsung berputar jengah. "Aelah, gue yang belum ngerjain satupun juga B aja. Udah deh ngga usah rajin-rajin amat, buru nih gue laper, sekalian mau kekantin," celoteh Billa yang sedari tadi menepuk-nepuk perutnya.

"Emang lo yakin mau ngerjain sendiri tanpa kita-kita? nanti juga lo ujung- ujungnya melipir ke kantin juga," sambung Abel yang berdiri di samping Billa, kemudian tatapan Abel beralih ke arah gerombolan anak cowok. "Lo-lo ngga pada mau bantuin misahin gitu?"

"Biarin aja, dih! lo mau liat orang berantem aja kaya mau liat konser Selena Gomez. Rempong amat," sahut Abirul dari balik bawah meja yang masih sibuk dengan game di ponselnya.

"Shell buruan dong!" Abel berseru tidak sabar, "Lo jadi ikut ngga? kita mau ke kantin sekalian."

"Iya gue ikut. Tapi gue cuma mau ke kantin ya, bukan mau liat orang berantem." Abel tidak menjawab. Tangannya langsung menarik tangan Shella ke luar kelas. Shella cuma bisa menghela nafasnya berat. Sebenarnya dia males karena harus panas-panasan di luar. Apalagi siang. Tepat banget karena matahari lagi semangatnya menaikan suhunya. Tapi dari pada di kelas ngurusin tugas yang pusingnya ngga kelar-kelar,dia lebih milih opsi dari Abel dan Billa.

Memori Untuk ShellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang