Dari M. Senja. 270517
Lauterbrunnen Village, Swithzerland-Part 17-
_________________________________
_________________________"Ngapain kalian kesini?"
Suara Aiden terdengar dari arah pintu masuk. Wajah cowok itu mengernyit dengan tatapan yang masih sama— datar. Dia berdiri dengan jemari tangan yang di masukan ke dalam saku celananya seraya memergoki ke tiga temannya yang masih asyik di tempat tongkrongannya. Bimo, Haikal dan juga satu laginyaㅡ Dhaniㅡ anak kelas sebelas ips lima yang masih tercatat sebagai anggota resmi Gravity itu serentak menoleh ke arah sumber suara.
"Ngopi, man. Kita lagi males di kelas. Ngomong-ngomong nih tempat makin asik aja. Udah lama gue ngga kesini," sahut Dhani sembari menunjukan cangkir berisi kopi hitam pekat itu ke arah Aiden. Pandangan Dhani seketika beralihㅡ menatap ke tiga temannya itu secara bergantian. "Udah lama juga gue ngga ngumpul bareng kalian."
Melihat aura sendu yang mendadak muncul di wajah Dhani, dengan spontan Haikal yang berada di sampingnya itu terkekeh dan langsung merangkul pundak cowok itu. "Santai, broo. Lo kaya cewek aja baperan. Gabung mah gabung aja, kita selalu welcome, coy."
Kedua cowok itu lantas tertawa. Sedangkan di lain sisiㅡ Bimo justru terlihat masih serius meneliti rasa dari kopi di cangkirnya. "Anjritt! Kopi gue pait banget njir...... Mbak Yul kurang gula kayaknya."
"Mampus kan lo. Makanya suruh siapa lo malah asik berduaan sama si Vella? Asal lo tahu ya, tuh kopi yang bikin gue. Mbak Yuli lagi sibuk soalnya," tanggap Dhani yang seketika tertawa dengan bahunya yang berguncang.
"Btw ada kiriman nih buat lo." Haikal menyergah. Ditunjukannya sebuah kotak putih dengan sebuah pita yang melingkar di atasnya itu ke depan Aiden. Sebuah kotak kadoㅡ yang sebenarnya Haikal dan teman-temannya sudah tahu apa isinya dan juga pengirimnya. Karena tanpa sepengetahuan si pengirimㅡ tuh kado memang selalu mereka yang menerima dan menghabiskannya juga. Dengan isi yang beragam mulai dari kue brownies hingga parfum ber-merk Hermes yang harganya fantastisㅡ tetep aja tuh kado ujung-ujungnya hanya berakhir menjadi milik Haikal Cs dan sama sekali ngga tersentuh-tuh-tuh sama Aiden.
"Siapa yang ngirim?"
"Ya biasalah."
"Buat lo aja."
"Oke mantab. thanks broo. Woy coy, yok kita serbu nih kado. Kali ini apa nih kira-kira isinya," Secara perlahan kotak kado itu dibuka Haikal dengan ke dua temannya. Sebuah isinya yang menyembul begitu tutup kado itu dibuka dengan spontan membuat ke tiga cowok itu terkejut.
"Wuihhhh, jam tangan, man! Produk Gucci lagi!" seru Bimo dengan tampang hebohnya ke arah Aiden. Sedangkan sang titik perhatian sama sekali tidak bereaksi apapun.
"Lumayan lah nih kado meskipun gue bosen sama isinya. Kebayang ngga sih lo, cowok dikasih kayak beginian terus mah udah umum. Kali-kali kek yang beda dikit," kata Bimo sambil berpura-pura menatap ogah-ogahan ke arah kado yang saat ini di pegang Haikal.
"Emang lo mau dikasih apaan?!" tanya Dhani.
"Yaa apa kekㅡ celana dalem merek Louis Vuitton juga ngga apa-apa." Bimo tertawa. Bahunya berguncang hebat. Dengan suara tawanya yang menurut Haikal seperti spongebob tersengat listrik itu tanpa menunggu lama lagi langsung meledakan tawa ke-dua temannya.
Haikal— orang yang duduk tepat di samping Bimo itu dengan senang hati langsung menoyor kepala sahabatnya itu. "Sumpah ucapan lo goblok banget Njir....."
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Untuk Shella
Novela Juvenil[ON GOING] ⚠️WARNING!!: [CERITA INI MENGANDUNG BAPER BERKEPANJANGAN DAN PENUH TEKA TEKI PENASARAN] Ada banyak kisah yang sudah tertidur jauh-jauh hari itu mendadak jadi terbangun lagi. Menghadirkan kembali sesuatu yang sudah dikubur dalam-dala...