TWELFTH - Pentagon

409 21 25
                                    

"Jadi gue tanya, yang psycho gue atau lo?"

Ucapan itu muncul. Dengan intonasi yang tajam dan cukup intens sehingga menciptakan suasana kian menegang. Shella terperangah. Matanya terbelalak tidak percaya. Bola matanya terus memperhatikan mereka secara bergantian. Sorot mata di antara dua kubu terlihat sangat menusuk satu sama lain. Seolah sangkakala perang akan ditiup sekarang.

"Orang yang pernah ngebunuh, bukannya itu lebih pantes di sebut psycho?" Gabriel menjawab. Suaranya terdengar berbisik dengan intonasi yang tajam. Dia menatap lawannya dengan nyalang. Mengadukan manik matanya satu sama lain.

Shella otomatis terperanjat. Keterkejutannya bukan main lagi sekarang. Satu opini yang cukup mencengangkan itu seketika keluar. Menambah ke dalam jajaran tanda tanya baru di dalam kamus pikirannya. Cewek itu kontan mundur selangkah. Berusaha menciptakan spasi sejauh mungkin dengan posisi dua orang yang masing-masing berada di sampingnya sekarang. Cekalan kedua tangan setiap kubu makin menguat. Saling beradu untuk bisa mempertahankan posisi Shella.

"Buktiin semua, kalo lo bisa." Aiden memajukan posisinya. Cowok itu menepis tangan Gabriel dari jemari Shella dengan keras, kemudian dengan cepat dia menarik gadis di depannya itu untuk membawanya ke belakang tubuhnya.

Aiden tersenyum puas. Dia membawa gadis itu bersama dengan langkahnya. Tangan kanannya perlahan mulai menyatu dengan jemari cewek itu, menariknya pergi dan meninggalkan Gabriel yang masih mematung di tempat.

Sementara Gabriel, cowok itu langsung cepat-cepat menahan tubuh Aiden yang hendak pergi.

"Apaan lo, mau nyegah gue?"

"Jaga tuh cewek baik-baik..."

"Tanpa dikasih tahu, gue lebih dulu dari pada lo."

Aiden kembali berjalan. Membawa gadis di belakangnya dengan langkah yang terbilang cepat. Sejuta perhatian di sepanjang koridor memusatkan tatapan ke arahnya. Mereka sedang mencerna dengan baik apa yang kini tengah mereka lihat. Sebuah kejadian langkah. Benar-benar langkah karena image kedua cowok yang terkenal seantero SMA Bima Sakti itu sekarang tengah berurusan karena satu orang. Cewek pula!

Hampir 80% yang menyaksikan di sepanjang koridor itu berspekulasi bahwa cewek itu adalah pacarnya. Cewek asing dengan rambut lurus melebihi bahu itu sukses membuat kecemburuan seluruh siswi di sana kembali berkobar. Menyala dengan sempurna. Bahkan ada beberapa yang sudah merancang rencana untuk menggagalkan kedekatan cewek itu dengan sang pentolan Gravity.

Shella memperhatikannya dengan jelas. Banyak sepasang mata yang penuh murka tengah menatap ke arahnya. Sebagian besarnya siswi. Sedangkan yang lainnya juga ikut tercengang. Bukan hanya kehadirannya yang muncul bersama Aiden, namun karena tangan cowok itu yang sedang menggenggam jemarinya dengan kuat pun tak luput menjadi alasan utama dirinya diperhatikan.

"Lepasin tangan gue. Ngga enak tahu diliatin."

Shella sebisa mungkin memisahkan jemarinya dengan tangan Aiden. Sedangkan Aiden justru semakin menguatkan genggamannya karena cewek di belakangnya yang mulai berontak habis-habisan. Begitu mencapai area parkiran, tangan mungil cewek itu menariknya dengan spontan hingga membuat langkahnya berhenti.

"Lo tuh kenapa sih maksa banget buat nganterin gue?!"

Aiden menoleh. Mendapati wajah gadis di belakangnya yang benar-benar terlihat murka.

"Nyelametin nyawa lo!"

"Nyawa gue?" alis Shella bertaut. "Ngga usah alesan. Ini apa kalo bukan lo mau ilangin nyawa gue?" ucapnya sembari menunjukan tangan kanannya yang dilingkari perban itu.

Memori Untuk ShellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang