EIGHTEENT - Tanda tanya baru

173 12 8
                                    

    Karena Shella adalah Senja-nya gue

    --Part 18--

________________________
_____________

     Shella berjalan dengan langkah cepat menuju kelasnya. Dengan pikirannya yang masih disesaki tanda tanya, diperhatikannya foto— yang dia bawa barusan dari atap itu dengan lekat-lekat. Shella sengaja memilih untuk kembali ke kelasㅡ dan membawa foto itu bersamanya. Langkah Shella mendadak berhenti setelah dilihatnya sang titik perhatian di pikirannya itu seketika mendadak muncul dalam pandangannya langsung. Dengan cepat, disembunyikannya foto itu ke dalam saku rok nya.

      "Mau kemana lo?" Aiden mengernyit heran. Diperhatikannya raut wajah Shella dengan tatapan penuh selidik. Aura wajah cewek itu sedikit berbeda. Karena biasanya Aiden selalu menjumpai wajah itu dengan penuh aura kebencian yang melekat kuat. Tatapan mata yang penuh murka dan wajah masamnya seketika hilang begitu saja. Digantikan dengan sikap yang gugup serta tatapan yang bahkan berpaling darinya. "Mana pesanan gue?"

     "Udah gue taruh di rooftop. Di meja. Udah selesai kan? Gue mau balik ke kelas," jawab Shella tanpa sedikitpun melihat ke arah Aiden.

     "Lo kenapa?"

     "Nggak pa-pa. Gue mau ke kelas sekarang," tidak jadi melangkah, Shella kembali berbalik. Kali ini aura murkanya kembali terlihat. "Oh iya— satu lagi— ngga usah ngatur gue. Gue bukan pembantu ya disini."

     Aiden menyeringai tipis. Sosok di depannya itu benar-benar terlihat menarik di matanya. Jika biasanya dia menjumpai beberapa siswi yang sweet abis ke dia, atau bisa dibilang caper garis keras, hal itu justru tidak dia temui sama sekali dalam diri Shella. Sekalipun cewek itu terlihat gugup seperti saat ini. Tetap saja— aura kebencian yang melekat dalam wajah cewek itu selalu berhasil tertangkap. Dan karena satu hal ituㅡ membuatnya justru semakin penasaran.

      Kedua insan itu kembali berjalan dengan tujuannya masing-masing. Saling berlawanan arah, dan menciptakan jarak sejauh mungkin di tengahnya dengan pikiran yang juga sama-sama mempunyai titik kerumitan tersendiri. Shella dengan langkah cepatnya berusaha untuk kembali ke kelasnya, sedangkan Aiden sendiriㅡ justru menuju tempat tongkrongannya— area rooftop sekolah. 

     Setelah sesampainya di kelas, Shella langsung menghampiri ke dua temannya yang masih setia duduk di dekat mejanya. Billa dan Abel. Sedangkan Sindi— cewek itu justru sudah berpindah dan sibuk melakukan challenge tiktok-nya bersama Rahayyu.

     "Lama banget Shell, lo ke kantin ngapain emang?" tanya Abel begitu melihat sahabatnya itu duduk di depannya.
   
     "Lo nggak ngajak-ngajak kita nih," tandas Billa.

     "Maap nih ya, soalnya ini tuh darurat banget, jadi gue mesti buru-buru." tatapan Shella kali ini berganti. Ke arah Sindiㅡ yang saat ini sibuk berpose dengan Rahayyu. "Eh Sin, buruan lanjut dong cerita lo. Sampe mana?"

     Sindi mendelik heran. "Ya udah selesai kali. Udah cuma gitu doang. Kalo mau lebih jelas, tanya aja noh ke Abel sama Billa."

     "Padahal kan gue belum tahu kelanjutannya. Btw siapa nama tuh cewek yang lo maksud itu?"

    "Maksud lo yang meninggal?"

    "Ya iyalah. Siapa lagi coba emangnya?"

    "Senja Shell. Tuh cewek namanya Senja," sergah Abel secara spontan mewakili jawaban dari Sindi.

     Mata Shella kontan melebar. "Senja?"

     "Iyah. Aneh kan? Gue aja bingung sama tuh nama. Agak nggak percaya juga kalo emang beneran ada anak sini yang namanya senja."

Memori Untuk ShellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang