SIXTH - Di balik Pesona

550 69 30
                                    


Esok paginya, Shella datang On Time. Sangat pagi. Bahkan Shella tidak juga menyempatkan dirinya untuk sarapan di rumah, dan memilih untuk membawa sarapannya ke sekolah. Sebenarnya alasannya berangkat pagi bukan karena takut terlambat,bukan,karena tuh cewek emang biasa berangkat paling siang di kelasnya. Tepat lima menit sebelum bel masuk dibunyikan. Bahkan terkadang,ia nyaris dilarang masuk dan harus berhadapan dengan Pak Deri yang galaknya kebangetan jika dia terlambat beberapa detik saja.

Sampai dengan canggihnya,Shella selalu menjadi patokan teman-temannya dalam memperkirakan waktu masuk. Alasannya, Shella selalu datang dengan membawa bel, begitu kata teman-temannya. Tepat saat dia mencapai bibir pintu,bel masuk berbunyi, diikuti seruan keras Pa Wahyu yang menyuruh anak muridnya untuk memulai mengaji di kelas.

Gadis itu menghela nafas berat sepanjang ia melangkah menuju kelasnya. Diperhatikannya arlojinya itu. Masih pukul enam lebih sepuluh. Masih pagi. Masih dingin. Langit pun masih nampak baru beranjak. Sama seperti dirinya. Tapi nampaknya,matahari justru lebih bersemangat pagi ini. Sinarnya sudah menepuk-nepuk bumi. Memaksanya untuk bangun dan kembali beraktivitas. Kira-kira begitu. Menurut Shella,katanya ngga jauh beda sama sekolah. Sama tugas. Yang pagi-pagi sudah bikin kepala keberatan kaya nanggung berat badan.

Dari sepanjang koridor yang dilewatinya, suara-suara manusia sepertinya belum terdengar. Suasananya masih lengang. Sepi. Toh ini masih pagi,jadi semua orang juga sama. Masih mengantuk. Namun,begitu kakinya mencapai tempat tujuan,dari balik pintu suara manusia sudah terdengar dari arah kelasnya. Ada lima orang yang sudah bertengger disana. Speechless! Kaya ayam jago. Dilihatnya teman sebangkunya,Farah juga sudah ada di dalam kelas. Cewek itu tengah sibuk menulis. Mengerjakan PR,menurut Shella. Baru dua langkah kakinya memasuki ruangan,pandangan Farah langsung berpaling dari bukunya.

"Eh, Shell! Sini deh, buruan." Eskpresi Farah langsung terpasang heboh. Ada sesuatu yang bakal mencuat hari ini. Gosip terbaru. Atau bisa jadi,hasil ulangan minggu kemaren,atau... Tuh orang balikan sama mantan. Shella menduga-duga penuh dalam batinnya. Ditatapnya Farah dengan tatapan intimidasinya. Cewek itu berusaha untuk tetap memasang mimik datarnya.

"Apaan?"

"Eh kok tumben sih lo berangkatnya pagi?"

Shella mendadak tertegun. Bola matanya kontan berputar seraya berdecak kesal. "Cuma nanyain itu doang?"

Farah langsung nyeringis. "Enggak, bukan itu, canda doang, lo sensi banget keliatannya," kata Farah seraya menduga-duga barangkali teman sebangkunya itu tengah PMS. Sedangkan Shella masih tetap bungkam.

"Gue lupa nanya sama lo tadi malem. Yang kata lo psikopat itu maksudnya apa?" cerocos Farah dengan posisi yang mendadak ia ubah untuk menatap Shella lurus-lurus.

"Psikopat?" Shella mendadak mengernyit bingung. Tapi tidak begitu lama, Shella akhirnya langsung paham. "Oh, yang kemaren tentang mereka?"

"Ho'oh. Apa jangan-jangan mereka beneran psi-"

Otomatis siku lengan Shella langsung menyikut lengan Farah ketika teman semejanya itu mulai menaikan volume suaranya. "Jangan keras-keras juga dong,Far. Kalo tentang itu gue juga masih bingung," ucap Shella sembari menurunkan tas ransel ke bangkunya.

Farah kembali nyeringis,namun gadis itu menjadi hening sejenak. Mimik wajahnya terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu. Sampai kurang dari sepuluh detik,cewek itu tiba-tiba kembali bersuara. "Ah,apa gara-gara waktu itu ya? Iya ding,bisa jadi."

"Waktu kapan? Lo udah tahu?" Shella mulai terpana.

"Lo juga pasti udah tahu lah,seantero sekolah juga tahu."

"Yang mana gu-" ucapan Shella mendadak berhenti dan mengalihkan pembicaraannya begitu matanya menangkap kehadiran Anggi di kelasnya. "Eh, Pang! liat basa Arab dong?"

Memori Untuk ShellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang