"Siapa, Gabriel? ke sana?" Abel mendadak tersedak. Air es teh manisnya yang baru saja dia telan mendadak muncrat keluar dan mengenai bajunya yang juga ikut menjadi basah. Dia langsung terperangah begitu Shella baru saja menyelesaikan ceritanya.
Menurut Abel, cerita itu benar-benar di luar dugaannya dan bisa dibilang sebuah kemustahilan yang tidak mungkin terjadi. Apalagi menyangkut sederet nama barusan yang justru sudah dikenal seantero sekolah sebagai predikat manusia es yang jarang banget berurusan sama orang, apalagi cewek!
Pagi itu, berhubung jam pelajaran Bahasa Arab mendadak dipending karena gurunya yang sedang breafing, dan kesempatan emas itu langsung dimanfaatkan mereka untuk melipir ke kantin. Karena pas banget suasana kantin lagi lengang karena jam KBM yang sebenarnya sedang berlangsung sekarang. Shella langsung menceritakan kejadian kemarinnya kepada ketiga sahabatnya. Dan benar sesuai dugaannya. Baru saja ia menyelesaikan sederet kalimat panjangnya itu, dia langsung disambut heboh dan membuat ketiga temannya langsung tercengang tidak percaya.
Shella mengangguk seraya menatap penuh yakin ke arah Abel.
"Canda lo, Shel. Masa cowok kayak dia mau ngelakuin kaya gitu?"
Shella menghela nafasnya. "Gue serius. Dia juga nelpon gue. Oh iya, katanya dia minta nomer gue ke elo ya, Bil?" Mata Shella langsung mendelik ke arah Billa.
Billa langsung menoleh. Kali ini posisinya seumpama seorang mafia yang sudah tertangkap basah. Cewek itu lantas nyengir. "Maap Shel. Abis dia sendiri yang minta ke gue."
"Terus kenapa ngga lo tolak?"
"Gue ngga berani. Lo kebayang ngga sih berhadapan langsung sama dia? mukanya aja datar ngga ada senyum. Kacau kalo sampe gue berurusan sama dia."
"Emang dia minta ke lo pake ancaman gitu ya?"
"Engga sih. Cuma ya mau gimana lagi. Udah terlanjur."
Shella menghela nafasnya. Dia benar-benar menahan geram sekarang. "Ya terus gimana dong nasib gue?"
"Udah nggak apa, terima aja, Shel. Itung-itung rejeki dimintain sama cogan," jawab Billa dengan entengnya sembari mencomot bakwan ke dalam mulutnya.
"Bener tuh! Jarang-jarang lagi cowok kaya Gabriel ngedeketin cewek. Untungnya lo ngga kaya Claudia," sanggah Abel yang kali ini berpihak ke arah Billa.
"Tapi aneh ngga sih, kok dia malah jadi ngedeketin Shella gini? padahal sebelum-sebelumnya dia paling anti sama cewek." Farah tiba-tiba menyergah dengan pernyataannya yang kontan membuat ketiga sahabatnya itu serentak menoleh ke arahnya.
"Maksud lo dia homo?" tanggap Abel seraya menaikan alisnya.
"Sejenis gitu deh."
"Tapi kalo homo ngapain juga ngedeketin Shella. Ngga mungkin lah. Masa ganteng-ganteng gitu homo."
"Coba aja ya, kalo sikap dia ngga dingin gitu, mungkin gue aja udah suka kali sama dia. Boyfriend goal banget deh pokoknya," suara Billa terdengar menggebu. Hal itu membuat Shella yang berada di sampingnya mendelik ke arahnya.
Kejadian kemarin memang cukup mampu membuat heboh teman-temannya. Apalagi menyangkut Gabriel, yang memang sudah dikenal di kalangan para siswa sebagai manusia kutub es yang sudah lama tidak mencair . Bagi mereka, Gabriel bukan hanya sekedar manusia es yang sulit didekati, tapi cowok itu juga idola bagi para kalangan anak kelas sepuluh, sebelas, bahkan kelas dua belas sekalipun.
Meskipun sikapnya yang kerap kali jadi nilai minus di mata para siswa seantero sekolahnya, anehnya dia tetap tidak pernah luput dari kekaguman para anak siswi yang justru tetap mengidolakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori Untuk Shella
Teen Fiction[ON GOING] ⚠️WARNING!!: [CERITA INI MENGANDUNG BAPER BERKEPANJANGAN DAN PENUH TEKA TEKI PENASARAN] Ada banyak kisah yang sudah tertidur jauh-jauh hari itu mendadak jadi terbangun lagi. Menghadirkan kembali sesuatu yang sudah dikubur dalam-dala...