SECOND - Namanya; Gabriel

755 91 46
                                    


 

  Shella duduk di depan teras rumahnya sambil menatap sepuluh buah soal di bukunya dengan mulut yang sudah menguap untuk ke sekian kalinya. Sebenarnya dia sudah ngantuk, tapi paksaan tugas dari Bu Enggar yang harus banget dikerjakan dan akan dicek satu per satu maju ke depan, membuat matanya mau tidak mau meronda.

     "Sumpah! nih soal susah banget," cewek itu mendengus putus asa lantas menempelkan kepalanya di atas buku sambil memejamkan mata. Baru menutup sebentar, tiba-tiba selintas kejadian tadi siang membuat matanya kembali membuka.

     "...Lo alumni Smp Erlangga?..."

     Shella masih ingat betul sebagian kecil ucapan yang masih menempel di pikirannya. Lalu saat dia hanya menatap Aiden dan terdiam mati kutu tanpa menjawabnya serta langsung pergi ke-kelas, membuat dia terus memikirkan kejadian yang menurutnya masih menggantung itu.

     "Dia satu Smp ya sama gue?" Tanpa sadar, Shella menggumam pelan dengan sendirinya. Tapi tidak berselang lama, dia langsung mengangkat kepalanya lalu menggeleng keras-keras. "Aduh! kok gue jadi mikirin dia, sih!" Shella mencoba menghela nafasnya perlahan setelah menariknya kuat-kuat. Setelah memastikan pikirannya sudah tenang, cewek itu kembali menempelkan kepalanya di atas bukunya lagi.

     Shella baru ingin memejamkan matanya, tapi tidak jadi. Kali ini bukan karena memikirkan kejadian tadi siang. Tapi karena gertakan dari Risma. Sang sahabat sekaligus tetangga sebelahnya yang datang dengan tiba-tiba itu akhirnya membuat Shella mengurungkan rasa kantuknya dalam-dalam.

     "Woi! ngelamun terus, lagi mikirin apa sih?" Kepala Shella langsung mendongak begitu melihat Risma yang menepuk pundaknya dan langsung duduk di sampingnya. "Ngantuk tahu."

     "Btw, kenapa nih, manggil gue malem-malem gini?" Risma menatap Shella yang masih terdiam. "Ada masalah, ya?"

     Shella memang sengaja mengundang Risma, yang merupakan sahabat sekaligus tetangganya itu untuk bertemu di depan teras rumahnya. Bagi Shella, tempat curhat yang selalu buka full! dua puluh empat jam nonstop adalah Risma. Karena sekalinya dia pengen curhat secara tersurat, dia cuma perlu nongol di depan pintu sambil manggil-manggil nama Risma dan Risma bakal langsung keluar menghampiri.

     "Ris gue pengen nanya tentang-" belum sempat melanjutkan, ucapan Shella langsung dipotong Risma yang lebih dulu menyahutnya. "Pasti gara-gara Ray, ya? kenapa lagi tuh si bocah?" jawaban Risma yang terdengar asal sekaligus menduga-duga membuat Shella yang mendengarnya langsung mendesis. "Bukaaaannn, dengerin dulu coba makanya."

     "Terus kenapa? biasanya lo curhat ke gue tuh soal diaaa mulu, sampe bosen gue tuh."

     Shella menyandarkan kepalanya di bahu Risma. "Ris, gue ngga nyangka."

     "Kenapa?"

     "Lo pasti kaget kalo gue cerita."

     "Cerita dong. Jangan buat gue penasaran, deh!" Risma menggedikan bahunya hingga membuat Shella akhirnya mengangkat kepalanya. "Ris, lo tahu Aiden kan?"

     "Tuh si preman? Tahu, lah! dia tuh terkenal. Siapa coba yang ngga kenal dia?"

     "Nah ituㅡ" Shella membenarkan tempat duduknya sejenak supaya lebih dekat dengan Risma. Setelah dipastikan duduknya sudah nyaman, cewek itu lantas menepuk pundak Risma. "Dia pernah satu SMP sama gue."

     "Hah?! Canda lo, tahu dari mana?" Risma langsung terkesima. Reaksinya heboh dicampur bingung karena dia juga pernah satu SMP sama Shella. Apalagi ini menyangkut sama Aiden. Mereka paling anti sama tuh cowok. Dia juga kaget, karena selama di SMP, Risma ngerasa fine-fine aja. Nggak denger seliwiran nama Aiden ataupun nongol mukanya pun enggak sama sekali.

Memori Untuk ShellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang