6. Pulang ke Jogja

577 14 0
                                    


Hari ini adalah hari sabtu, aku mendapat pesan darinya bahwa dia telah sampai di Pontianak dan akan terbang ke Jogja, aku merasa sangat senang ditambah lagi dia memintaku untuk bertemu. Tapi saat itu aku merasa sedang tidak enak badan karna beberapa hari tidur yang tidak teratur akibat laporan ku yang menumpuk, aku tidak peduli dengan keadaanku saat itu yang aku pedulikan hanya ingin bertemu dengannya. Malam itu adalah malam minggu dimana teman2 kos ku tanpa sengaja mengajakku untuk keluar melihat ramainya Malioboro. Aku menyetujuinya, dan tak lupa aku sampai kan pada salah satu teman akrabku bahwa aku ingin menemuinya sekalian. Aku pergi bersama 3 temanku dia adalah Pery,mbak Intan dan Ratih. Aku bersiap2 dan segera pergi bersama mereka, sesampai di sana kami duduk di kursi yang ada di sepanjang jalan Malioboro.

"Aku pergi cari batik dulu ya" ucap mbak intan yang ingin membeli baju batik bersama Ratih.

Aku dan pery melihat2 sandal jepit yang di jual pedagang di pinggir jalan Malioboro. Kemudian kami bertemu lagi,

"mana Ardian ? Jadi ketemuan nggak ?" bisik Ratih padaku.

"Iya dia lagi jalan arah ke sini" jawabku yang tak sabar menunggu ke datangannya.

Kami kembali duduk sambil membeli makanan ringan di pinggir jalan. Aku sudah benar2 tidak enak badan kringat di tubuh ku keluar bercucuran, aku tidak mampu jika harus berjalan lagi makanya aku meminta mereka untuk menemuiku di situ saja jika mereka ingin berjalan2.

"Aduh, aku nggak kuat, kepalaku pusing banget" aku menarik tangan Ratih yang sedang berdiri.

"Ayo res lihat angklung" ajak pery.

"Ah ndak ah aku disini aja, pergi lah" ucapku.

"Mana sih Ardian tu kok lama benar" keluh Ratih yang sudah tidak tega melihatku.

Handphone ku berbunyi dia menelponku dan mengatakan bahwa dia sudah berada di dekatku, aku berdiri untuk memastikan bahwa dia benar2 sudah datang. Benar saja dia datang bersama 3 temannya juga, kami saling berjabat tangan. Aku sempat kesal pada Pery lagi2 dia yang lebih akrab pada Ardian, aku tidak bisa mengobrol padanya di tambah lagi kepala yang mau pecah rasanya, aku hanya duduk ditemani Ratih yang juga ikut kesal padaku.

"Ih gimana sih res, kan kamu yang mau ketemu Ardian kok Pery yang ngobrol" ucapnya protes padaku.

Aku hanya tersenyum padanya, tak lama kemudian Pery mengajak Ardian dan teman2nya untuk karokean, mbak Intan dan Ratih tidak setuju karna rencana kita hanya jalan2 ke Malioboro dan mengingat waktu yang sudah larut malam. Tapi Pery kekeh buat pergi ke sana aku bingung, aku belum mendapat kesempatan untuk mengobrol padanya, tapi suasana semakin kacau. Akhirnya aku merayu Ratih dan Mbk Intan untuk ikut, merekapun mau. Tapi saat di pertengahan jalan aku yang saat itu berboncengan bersama Ratih terpisah dari mereka di karena kan terjebak lampu merah. Aku menelpon Ardian menanyakan ke beeradaannya dan tanpa di duga turun hujan aku dan Ratih sempat terguyur, Ratih mulai sebal dengan keadaan seperti ini, aku tau dia khawatir padaku karna hanya dia yang tau bahwa aku sedang tidak enak badan.

"Aku benci sma pery, egois banget" ucapnya kesal sambil menyetir. Aku merasa tidak enak harus memaksanya ikut,

" udah, nanti kalo udah sampai, kamu sama Mbk Intan pulang aja, biar aku temani pery" ucapku yang mulai tidak enak padanya.

"Tapi kamu tu lagi nggak enak badan, mau senang boleh tapi ya harus tau ke adaan teman jugalah",ucapnya benci pada Pery.

Ratih memang tidak terlalu menyenangi pery jadi percuma juga aku harus membuatnya nyaman jika harus bersamanya.

Setelah sampai di tempat karoke Ratih dan Mbk Intan pun pulang, tapi aku tidak melihat Ardian, ternyata dia sedang menyusulku saat kami terpisah. Aku hanya bersama 2 teman Ardian dan Pery, baru saat itu lah Pery tau bahwa aku sedang tidak enak badan.

"Masih kuat kah apa,?" tanya salah satu teman Ardian.

"Masih kok" jawabku sambil tersenyum yang seaakan semuanya baik2 saja.

Tak lama kemudian Ardian sampai, kami langsung masuk dan bernyanyi bersama. Saat itu aku duduk bersama teman Ardian karna Ardian sudah duduk bersama Pery. Di dalam ruangan itu terdapat empat laki2, aku dan pery yang perempuan. Lagi2 aku merasa tidak nyaman, karna kalian tau teman di situ hanya aku yang beragama Islam. Handphone ku berdering mbak Intan memvideo call aku

"aku udah sampai, kamu masih ngapain ?" tanyanya padaku dengan memastikan bahwa aku baik2 saja.

Karna tidak terdengar aku meminta untuk chatting lewat WA saja, setelah selesai kami pulang dan mereka mengantarkan kami, tapi di pertangahan jalan salah satu teman Ardian meminta untuk singgah makan dulu, padahal waktu itu sudah larut malam yaitu pukul 12 malam. Kalian pasti berfikir aku ini wanita macam apa karna sudah malam pun masih keluyuran, ini bukan kali pertama aku keluar larut malam, saat berada di dekat ayah dan ibuku aku juga pernah pulang larut malam, aku memang anak yang nakal tapi setidaknya aku bisa jaga diri dan menjaga kehormatan orangtuaku, larut malam bukan lah sesuatu yang asing bagi anak Farmasi yang biasanya masih mengerjakan laporan hingga pagi. Jadi kalian tau lah ya kapan mataku ini bisa tertutup secara normal. Aku memang suka bergaul dengan anak laki2, sejak kecil pun aku slalu bermain dengan anak laki2,mengikuti permainannya,kegiataanya,bahkan pakaiannya. Ibuku juga heran kenapa dari kecil hingga sekarang aku tidak pernah mau memakai baju cewek dan menggunakan rok selain rok sekolah. Oke kita lanjut lagi, saat ingin makan tiba2 aku merasa ingin buang air kecil. aku berbisik dan meminta pery untuk mencari POM bensin, karna kita hanya makan di pinngir jalan. Setelah aku kembali salah satu teman Ardian memintaku untuk duduk di sebelah Ardian, tapi aku menolaknya, aku duduk di sebelah temannya. Aku dapat membaca kekecewaan pada wajahnya, bukannya apa teman, sebenarnya aku sangat ingin duduk bersamanya, mengingat dari tadi kami tidak saling berbicara bahkan saling berdekatan, tapi aku merasa malu dan tidak enak pada teman2nya di tambah lagi ada Pery yang sepertinya juga memiliki rasa pada Ardian.

Waktu semakin larut aku meminta untuk segera pulang, tapi lagi2 pery meminta untuk mampir terlebih dahulu di Tugu Jogja, karna selama aku di Jogja aku belum pernah singgah di mana tempat itu menjadi ciri khas kota terpelajar ini.
Saat kami singgah kami berfoto bersama lalu lama kelamaan Ardian memintaku untuk berfoto berdua, kedekatan kami terlihat oleh teman2 Ardian dan Pery aku merasa tidak enak sehingga aku menjaga jarak kembali, tapi ada satu teman Ardian yang senang sekali dekat padaku, padahal aku menjaga jarak dari Ardian agar semua terlihat seolah tidak ada apa2 tapi sepertinya dia menggunakan kesempatan yang ada. Aku sebenarnya merasa tidak enak pada Ardian lagi2 itu semua melenceng dari rencana dan harapannya. Tapi apa boleh buat aku juga bukan siapa2nya kan? Jadi aku merasa semua adalah teman. Pukul 2 pagi aku meminta untuk segera pulang karna badan ku sudah merasa sangat lelah, mereka mengantarkanku dan pery. Begitulah malam itu berlalu,ada senang,ada kecewa,dan ada yang sedih juga.

Between Friday And Sunday Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang